19. Percikan Cemburu

2203 Kata

Mataku terus mengerjap karena mendadak otakku terasa blank. Hidung mancung yang menusuk pipi juga membuat jantungku seperti ingin melompat keluar. “Pak, ini hidungnya—” Tanpa sadar tanganku meraba hidung itu. “Wah, mancungnya!” “Dell—” Suara Pak Razan tertahan. Dia melepas tangannya dan menatapku penuh dengan keheranan. “Kenapa?” “Kamu ini, ya!” “Saya? Apa?” “Kamu lebih tertarik dengan hidung saya, daripada kata-kata saya?” Pak Razan memejamkan mata putus asa. “Eh, gimana?” Aku menggaruk pelipisku sejenak, lalu mengetuk kepalaku beberapa kali. “Dell—” “Sebentar. Biar saya perjelas dulu. Barusan Bapak bilang kalau kepura-puraan yang tadi pengen jadi kenyataan, gitu?” “Iya...” “Saya enggak salah dengar?” Pak Razan menggeleng. “No!” Aku maju satu langkah, lalu berjinjit denga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN