13. Masih di Bali

2342 Kata

“Waaah!” Aku bertepuk tangan sangat keras ketika melihat pementasan tari Bali di Amphitheater GWK akhirnya selesai. Ini kali kedua setelah kurang lebih tujuh tahun yang lalu aku berada di tempat yang sama menyaksikan tari yang sama pula. Tari Kecak. “Habis ini langsung pulang?” Pak Razan yang dari tadi hanya diam di sampingku akhirnya bersuara. “Pak Razan udah mau pulang? Capek, ya?” Aku meringis tak enak hati. “Kamu nggak capek apa, Dell?” “Ya capek sih, cuma enggak tak buat capek. Eh gimana sih, ya maksud saya aji mumpung gitu, Pak. Sudah lama sekali saya enggak piknik. Jadi ya gini.” “Besok pagi kita pulang. Del.” “Ya makanya, saya puas-puasin mumpung lagi di sini. Kan besok sabtu. Minggunya saya bisa tidur seharian.” Aku meringis lagi. “Tapi kalau Pak Razan udah capek, kita pul

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN