Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Riana masih terbaring lemah di atas ranjang, saat Zainal masuk ke dalam kamar, ia baru datang dari kamar mandi. Rambut Zainal terlihat masih basah. Zainal membuka pintu lemari, untuk mencari pakaiannya. "Kamu istirahat saja, Na, aku makan di luar saja. Aku minta uang buat beli rokok, bensin, dan buat aku makan siang. Hari ini aku ada urusan, Haji Awi mau jual mobilnya, jadi aku makelarin, Na." Begitu santainya Zainal bersikap, dan berkata-kata, seakan apa yang ia perbuat pada Riana hanyalah hal kecil saja. Riana memejamkan mata, berusaha menyabarkan hatinya. "Uangnya ada di tasku, Mas. Aku tidak bisa bangun," ucap Riana lirih. Zainal mengambil tas Riana, lalu ia lempar ke dekat tubuh Riana. "Lima puluh ribu, Na." Dengan tangan gemetar, Riana mengambil dompet, lalu menarik uang lim