Maya duduk di kursi kerja Cindy yang kini jadi kursi kerjanya. Maya mengambil ponsel untuk menelepon Bik Isti. "Halo, Non." "Bibi masih di hotel?" Tanya Maya. "Iya, sebentar lagi kami pulang." "Agak siang juga tidak apa-apa, Bi." "Non dimana?" "Di cafe." "Siapa yang mengantar Non ke cafe?" "Supir baru Om Aska." "Oh sudah ada supir baru?" "Iya. Dari kampung Bik Juju." "Oh." "Bik. Om Aska ingin Pak Isman jadi supirnya dan supir baru itu jadi supirku." "Hah! Kenapa, Non?" "Karena kata Om Aska, Pak Isman bisa aku atur semauku. Sedang supir baru itu hanya akan mengikuti perintah dia. Om Aska ingin memata-matai gerak gerik ku." "Itu bagus, Non. Artinya Tuan Baskara sudah mulai punya perhatian kepada Non." "Tapi aku tidak bisa bebas lagi, Bik." "Non mau bebas ke mana?" "Aku ing