PEMBALASAN

1397 Kata
                Matahari sudah terik, tandanya hari sudah siang. Shafa sudah mulai lelah. Dari pagi mengerjakan semua tugas pelayan di mansion Adrian. Shafa menengok ke arah jam dinding yang berada di dapur. Jam sudah menunjukkan pukul 12.15. Namun Shafa belum memasak makan siang. Shafa duduk berselojor di depan pantri. Mengistirahatkan tangan serta kaki yang lelah. Belum lama Shafa duduk, terdengar suara Adrian yang minta makan siang. Shafa segera berlari menuju Adrian yang sudah siap di meja makan.makan. Melihat Shafa mendekat ke arahnya tanpa membawa makanan, “Mana makan siangku,,?” Adrian bertanya dengan nada emosi. “Maaf tuan, saya belum sempat memasak.” “Apa kamu beniat membunuhku,,?Kamu tidak masak Agar aku mati kelaparan. Iya kan?” “Bu,,bukan begitu tuan. Saya baru saja selesai membersihkan seluruh ruangan di lantai dasar. Dan belum sempat memasak makan siang.” Shafa menjelaskan. “Banyak alasan kamu,,,cepat sekarang kau masak. Waktumu 30 menit. Tidak boleh lebih, dan tidak boleh kurang.” Dasar iblis kerak panci.Apa belum puas dari pagi menyiksaku,,,,fuh.” Shafa menghembuskan nafas lelah.             Shafa memasak dengan perasaan kesal, sehingga terbesit sebuah ide jahil di otaknya untuk mengerjai Adrian. Shafa memasak mie goreng level iblis.sesuai dengan julukan yang diberikan Shafa. “ Iblis Kerak Panci” sungguh cocok bukan? Shafa menampilkan senyum smirknya.Shafa tertawa membayangkan bagaimana reaksi Adrian saat makan mie goreng level iblis itu. Shafa terkikik sendiri seperti orang gila di pinggir jalan.             Shafa sudah selesai masak, kini waktunya menghidangkan makanan di depan Adrian. Adrian segera melahap makanan yang ada di depannya. Adrian baru memasukkan satu suap ke dalam mulut, wajah Adrian seketika memerah karena kepedesan. “ hah,,hah,,hah,,air,,mana air,,cepat,,hah,,hah,,!!” Adrian tak mampu lagi memarahi Shafa karena sensasi pedas yang teramat sangat. Adrian meneguk habis dua gelas air putih sekaligus. Berharap rasa membakar mulutnya itu segera reda. Tanpa berkata apapun, Adrian berlalu menuju kamar. Adrian memilih untuk tidak lagi menyentuh makanan yang ada di meja makan.             Shafa sangat menikmati apa yang terjadi kepada Adrian. wajah Adrian yang seketika memerahsetelah memasukkan sesuap mie kedalam mulutnya, membuat hati Shafa bersorak senang. “Rasain,,,emang enak aku kerjain. Ha,,ha,,ha,,!” Shafa kemudian membersihkan meja             Di dalam kamar, Adrian tidur dengan meringkuk seperti bayi yang masih berada didalam rahim ibunya. Adrian menahan sakit dan perih pada perutnya. Keringat dingin mulai mengucur di dahi pria itu. “Awas kamu Shafa,,,tunggu hukuman dariku,,,.!!  Adrian mengucapkan dengan nada tertahan menahan sakit juga emosi akibat ulah Shafa. tanpa Shafa ketahui bahwa Adrian kesakitan di dalam kamarnya.             Selama ini Adrian selalu menjaga pola makannya, Adrian tidak mau kalau sampai waktu makan terlewatkan begitu saja. Itu karena Adrian menderita sakit lambung akut yang hampir menyerang livernya sejak 2 tahun yang lalu. Sebelum Adrian di vonis  menderita sakit lambung akut, Adrian sering kali melewatkan waktu makan karena kesibukannya. Tak jarang, Adrian hanya memakan selembar roti selai saat sarapan. Dan Adrian makan nasi saat ia sudah merasa sangat lapar. Belum lagi kebiasaan buruk Adrian. Adrian hampir setiap malam menghabiskan waktu di club malam. Mengadakan pesta miras dan juga s**s bebas bersama para sahabatnya.             Semenjak Adrian divonis menderita sakit lambung akut oleh dokter. Adrian merubah pola makannya menjadi lebih baik. Dan tak pernah sekalipun melewatkan waktu makan, walau pekerjaanya sangat menumpuk. Hanya saja kebiasaan buruk Adrian ke club malam masih saja di lakukan.having s**s dengan wanita malam serta pesta miras di saat Adrian merasa stres dan jenuh. Meski sudah tidak sesering dulu.             Shafa sudah menyiapkan mental serta fisiknya,untuk menerima hukuman apa yang akan diberikan oleh Adrian. sambil melanjutkan membersihkan mansion, Shafa sangat gelisah. Tapi Shafa juga merasa lega sudah memberi pelajaran kepada pria yang menyebalkan dan kejam. Dua jam sudah berlalu. Tak nampak ada tanda tanda Adrian akan memberi hukuman pada Shafa. juga tidak terdengar Adrian marah ataupun mengumpat. Biasanya Adrian sudah marah besar,dan memaki Shafa. juga tak lupa hukuman yang diberikan kepada Shafa. shafa semakin takut. Apa aku sudah keterlaluan ya,,? Shafa bertanya pada dirinya sendiri. Shafa mulai yakin, ada sesuatu yang tidak beres dengan suaminya. Shafa meninggalkan pekerjaanya yang belum selesai, dan berlari menuju kamar Adrian.             Ketika Shafa masuk ke dalam kamar, Shafa melihat Adrian yang sedang meringkuk menahan sakit di atas ranjang. Kedua tangan Adrian memegang perutnya yang terasa sakit juga perih. Wajah Adrian pucat, keringat dingin mengucur deras di dahinya. Shafa mendekat, menempelkan telapak tangannya ke dahi Adrian, terasa suhu tubuh Adrian panas. Ternyata benar dugaan Shafa, kalau terjadi sesuatu pada Adrian. Adrian yang merasa dahinya di sentuh, seketika menampik tangan yang sedang menyentuhnya. Adrian tahu kalau tangan itu adalah tangan Shafa. “Untuk apa kamu kemari,,?” Adrian bertanya dengan tertahan menahan sakit. “ Saya hanya khawatir tuan.”  Shafa kemudian bergegas ke arah kamar mandi mengambil air hangat serta handuk kecil, guna mengompres Adrian. “ Jangan sentuh aku,,,” Kata Adrian saat Shaf hendak meletakkan handuk basah kedahi Adrian. tapi Shafa tak menghiraukan perkataan Adrian. Adrian tak sanggup lagi berkata apapun. Badannya begitu lemas. Hingga Adrian membiarkan Shafa mengompres dirinya.             Shafa kedapur untuk memasak bubur untuk Adrian. Shafa ingat kalau Adrian belum makan siang. Pria itu tidak jadi makan siang setelah makan sesuap mie goreng level iblisnya.kemudian berlalu pergi ke kamar. Shafa juga tidak lupa untuk menghubungi dokter keluarga Hutama. Shafa merasa bersalah, melihat Adrian kesakitan. Shafa tidak ingin terjadi sesuatau pada Adrian karena ulahnya.meskipun Adrian sangat kasar dan menjengkelkan.             Bubur yang di masak Shafa telah masak. Dokter keluarga Hutama juga sudah sampai di mansion. Shafa mengantar dokter tersebut ke kamar Adrian. Shafa meninggalkan dokter memeriksa Adrian. kemudian Shafa kedapur guna menganbil bubur yang di masaknya tadi. Shafa sampai di kamar Adrian saat dokter baru saja selesai memeriksa Adrian. Nampak Adrian terlelap setelah di suntik obat oleh dokter. “Bagaimana keadaanya dok?” Shafa yang terlihat khawatir segera bertanya kepada dokter. “Nona,, apakah tuan muda habis makan makanan yang asam atau pedas?” dokter bertanya dengan hati hati. “ Benar dokter. Apakah terjadi sesuatu pada tuan?” Shafa semakin merasa bersalah tapi dia tidak menyesal melakukan itu. “nona ,,tuan muda menderita sakit lambung akut. Lambungnya sudah amat tipis. Dan juga produksi asam lambung yang berlebih membuat sakitnya kambuh. Makanan pedas dan asam akan mempercepat produksi asam lambung. Dan itu tidak baik untuk tubuh tuan muda. Mohon untuk di perhatikan asupan juga pola makan beliau.” Dokter menjelaskan dengan sangat hati hati. “ baik dok,,,saya akan mengingat itu semua. Terima kasih dok,,,!!” “Tidak masalah nona, ini adalah resep obat yang harus di tebus. Berikan 3 kali sehari. Dan untuk obat yang ini di minum setengah jam sebelum makan.” “ Baik dokter,,terima kasih.,” “Sama sama nona, saya permisi mohon pamit dulu,” Shafa mengantarkan dokter ke pintu depan. Sepeninggal dokter itu, Shafa bingung hendak membeli resep obat Adrian. Shafa tidak tahu menahu mengenai jalan di daerah tersebut. Shafa takut tersesat. Shafa juga khawatir jika meninggalkan Adrian seorang diri di mansion itu. Shafa teringat akan sekretaris Rico. Dan Shafa segera menghubungi Rico nomor Rico yang ada di dalam buku telefon ruang tengah.             Shafa kembali ke kamar Adrian, untuk mengganti handuk yang sudah mulai dingin. Dan di ganti dengan handuk basah yang hangat. Shafa juga membangunkan Adrian untuk makan bubur yang masih terasa hangat. Adrian  di sandarkan ke kepala ranjang. Dengan Sabar Shafa menyuapi Adrian, dan pria itu terlihat amat tampan meski dengan wajah yang pucat. Di mata Shafa, sosok Adrian yang saat ini hadapannya adalah Adrian yang imut. Bukan lagi Adrian yang kejam. Disaat sakit,adrian lebih penurut, serta manja. Hal itu yang membuat Adrian menggemaskan. Baru separuh mangkuk bubur yang di makan, Adriang menggelengkan kepala. Tanda kalau Adrian sudah mulai kenyang. Tak lama, sekretaris Rico datang dengan membawa obat yang di minta Shafa.             Rico menatap tajam Shafa, solah ingin menguliti Shafa saat itu juga. Tanpa bertanya, Shafa juga tahu bahwa Rico membutuhkan penjelasan tentang apa yang terjadi kepada bossnya itu. Shafa mulai menceritakan apa yang terjadi mulai dari semalam Adrian menyuruh Shafa melihat secara langsung saat dirinya bercinta dengan Chatrine. Kemudian dengan semua yang terjadi hari ini. Adrian yang telah meliburkan semua maid dan pengawal. Serta ide jahil Shafa yang memberi Adrian mie goreng super pedas. Semua di ceritakan tanpa terlewat sedikitpun.             Rico yang sudah memahami apa yang terjadi, memilih untuk diam. Rico memang merasa tindakan Adrian sudah keterlaluan. Namuan dia tidak ingin mencampuri segala urusan bossnya itu. Biarlah Adrian sendiri yang membereskan. Rico juga mengerti kalau bossnya membutuhkan pelampiasan gairah. Bagaimanapun juga,Adrian pria normal. Rico memberi masukan kepada Shafa. agar lain kali Shafa lebih berhati hati lagi. Dan kejadian ini tidak akan terulang kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN