SIKSAAN

1279 Kata
                Shafa terbangun karena merasa seluruh tubuhnya amat sakit. Shafa ingat, semalam ia menangis hingga tertidur dengan posisi duduk. Sekarangpun masih seperti posisi semalam. Kemudian Shafa berdiri dan meregang otot otot yang terasa kaku dan kebas. Seluruh sendinya terasa copot. Belum tuntas Shafa meregangkan seluruh ototnya, terdengar suara bariton yang menggema, siapa lagi kalau bukan Adrian. “Kamu sudah bangun rupanya,,,bagaimana dengan pembelajaran semalam. Apa kamu menikmatinya?”                 Shafa terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas Shafa merasa kesal. Dimana Shafa herus menyaksikan suaminya sendiri bercinta dengan wanita lain di depan matanya. Menjengkelkan bukan,,? Bukan pembelajaran yang ia dapat, melainkan siksaan. Memang benar Shafa belum mencintai Adrian. namun harga diri Shafa sebagai seorang istri telah di injak injak sedemikian rupa. Tidak pernah sekalipun Adrian menghargai usaha Shafa sebagai istri. “Cepat jawab,,,,apa kamu tuli,,?”Adrian meninggikan nada bicaranya. Adrian mulai kesal karena Shafa tak kunjung menjawab pertanyaanya. Shafa terlonjak kaget saat Adrian menbentaknya. “i,,iya tuan” Shafa menjawab asal. Kini rasa takut yang lebih mendominasi. Perangai Adrian yang seperti ini mulai menakutkan.bathin gadis itu sudah sakit,dan Shafa tidak ingin ada lagi siksaan secara fisik.                 Shafa mengedarkan pandangan ke arah ranjang Adrian. shafa merasa lega karena tidak menemukan wanita yang semalam menghangatkan tubuh suaminya. Shafa segera merapikan ranjang dan menyiapkan baju ganti untuk Adrian. karena Shafa melihat kalau Adrian sudah mandi, jadi ia tak perlu lagi memandikan Adrian. shafa menyiapakan baju santai, karena hari ini week end. Shafa ke kamar mandi hendak membersihkan diri sebelum ia ke dapur menyiapkan sarapan.                 Di dapur Shafa merasa heran, karena tak ada satupun maid yang terlihat. Kemana perginya semua pelayan? Tidak biasanya seperti ini? Tanya Shafa dalam hati. Shafa merasa ada yang janggal. Firasatnya mengatakan akan ada hal yang tidak baik. Shafa melanjutkan pekerjaan menyiapkan sarapan untuk Adrian. hening, hanya ada suara spatula yang beradu dengan kuali.                  Tiga puluh menit berlalu. Sarapanpun sudah siap. Shafa menyajikannya di meja makan. Terlihat Adrian sudah siap di meja makan sambil memperhatikan tablet di tangannya.rahang Adrian tiba tiba mengeras menahan emosi. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Kemudian terdengar Adrian berbicara dengan seseorang di sebrang telefon. “ Cepat bereskan masalah ini,,bawa ketempat biasa para tikus itu.” Adrian segera menutup telefon ketika melihat Shafa hendak menyajikan sarapannya. Shafa hanya memasak nasi goreng telur ceplok dan ayam krispi. Shafa sedang malas memasak, karena hanya Shafa seorang diri pelayan yang ada di mansion, Shafa tidak tahu kemana para pelayan lainnya.bahkan para pengawal yang biasanya berada di depan, kini tidak ada satupun.hanya seorang satpam yang berjaga di pos depan. Sebelumnya mbok Darmi tidak mengatakan apapun.                 Usai Adrian sarapan, Shafa memberanikan diri bertanya .“Maaf tuan ,, kalau boleh saya tahu, kemana perginya semua pelayan dan pengawal? Kenapa hanya saya seorang yang berada di sini?” Adrian mengangkat sebelah alisnya. “Hari ini semua pengawal juga para maid libur. Mereka berada di rumah mereka masing masing.” Adrian menjawabnya dengan enteng. “Lantas kenapa saya tidak di beritahu?” karena Shafa memang tidak tahu menahu mengenai liburnya semua maid dan pengawal. “Karena kamu tidak libur. Lagi pula tempat tinggalmu di sini. Untuk apa aku meliburkanmu?” bola mata Shafa membulat mendengar ucapan adrian. “Dan untuk pekerjaan semua maid yang libur hari ini, kamu yang menggantikannya.” Adrian kemudian berlalu meninggalakan Shafa. Mulut Shafa menganga . ia kaget. Bagaimana ia bisa mengerjakan semua pekerjaan itu? Untuk bebersih saja belum tentu selesai dalam sehari. Belum pekerjaan mencuci dan memasak untuk makan siang dan makan malam. Sungguh ini akan menguras seluruh tenaga Shafa. Sebenarnya apa yang ada di fikiran pria itu? Apa dia berniat membuatku mati kelelahan,,? Gerutu Shafa. tanpa membuang waktu lagi, Shafa segera membersihkan seluruh mansion. Belum selesai membersihkan di lantai 1. Terdengar suara Adrian memanggil. Lebih tepatnya menelfon dari lantai 3 ke dapur. Karena mansion Adrian begitu luas, suara Adrian tidak akan sampai ke dapur kalau berteriak. Shafa segera melangkahkan kaki kelantai 3 menuju ke ruangan khusus olahraga, karena Adrian berada di sana. “ Anda memanggil saya tuan?” tanya Shafa sambil terengah engah karena setengah berlari dari lantai dasar menuju lantai 3. “Memangnya siapa lagi yang berada di mansion ini selain kamu? Dasar bodoh..!  cepat buatkan aku orange juice dalam 5 menit.” Ucap Adrian dengan nada perintah tanpa bantahan. Shafa segera berlari menuju tangga dan menuruni tangga. Dasar iblis kerak panciiii,, emang dia gak lihat apa seluas apa mansion ini,,,,di pikir aku robot apa,,,. Kakikukan capek   hffft,,,mana pekerjaan belum kelar,,, aku sumpahin biar jadi hitam dan jelek kayak kerak panci,,,. Shafa menggerutu menahan kesal. Kayaknya dia emang sengaja meliburkan semua maid, agar dia leluasa nyiksa aku. Lihat aja ntar,,bakalan aku bales suatu saat nanti,,,. Shafa membuatkan minum Adrian sambil ngomel ngomel sendiri. Shafa sangat kesal dan jengkel, merasa di bodohi Adrian. terdengar suara telefon di dapu berbunyi, Shafa segera mengangkat gagang telefon. Namun tidak menempelkan di tenganya. Tanpa di tempelkan pun sudah terdengar jelas suara Adrian. “ Mana orange jusnya,,,,lama banget,,,!! Tenggorokanku sudah kering. Cepat bawa kemari dalam 15 detik. Satu,,, dua,,, tiga,,,tut.” Shafa menutup telefon sepihak. Dan Shafa segera membawa orange juice Adrian dengan cepat. “hah,,hah,,, akhirnya sampai juga,,” dengan nafas ngos ngosan, karena Shafa harus berjalan cepat dari lantai dasar menuju lantai 3 dimana Adrian berada. Shafa mencoba menormalkan pernafasannya dan menuju ke arah Adrian yang sedang mengayunkan barbel di kedua tangannya. “Ini tuan ,,orange juice yang tuan minta.” Shafa menaruh orange juice di meja sebelah Adrian. “Hhmm,,,” Adrian hanya menjawab dengan deheman saja. “Apa ada lagi yang tuan inginkan?” Shafa kembali bertanya sebelum ia meninggalkan Adrian. “Bawakan camilan untukku,,,,jangan kau bawakan makanan yang sudah ada di lemari es. Aku mau yang masih hangat.” Adrian berbicara tanpa menatap Shafa, karena terlalu fokus dengan apa yang di lakukannya. “Baik tuan,,,” Shafa segera berbalik hendak ke dapur, tapi sebelum Shafa sampai pintu, Adrian menyerukan sesuatu. “ Waktumu membut camilan hanya 15 menit,,,” Shafa membulatkan matanya. Memangnya dia pikir aku ikut kompetisi memasak apa,,,? Mau apa apa di waktu. Shafa menggerutu kesal dan segera berlalu meninggalkan Adrian. Sadar waktu yang di berikan Adrian tidak banyak                 Di dalam lemari es Shafa melihat ada buah pisang kepok. Shafa sengera mengambil dan mengupasnya. Satu buah pisang, di p[o***g menjadi dua bagian agar tidak terlalu besar ketika sudah di baluri adonan tepung. Shafa membuat pisang goreng, karena dirasa itu paling cepat. Mengingat waktu yang diberikan Adrian hanya 15 menit.                 Shafa membawa pisang goreng yang masih panas ke ruangan olah raga. Adrian yang mengetahui kedatangan Shafa,mlihat ke jam tangan yang di taruh di atas meja. Ternyata tepat 15 menit, seperti yang Adrian inginkan. Saat Adrian hendak makan pisang goreng buatan Shafa, Adrian kepanasan. “Aduh,,,ini masih panas bodoh,,,. Kamu mau membuat tanganku melepuh?” Adrian nampak kesal. “Bukankah anda yang meminta di buatkan camilan?” “ iya memang aku yang meminta. Tapi aku meminta yang hangat, bukan yang panas. Dasar bodoh,,,” Adrian memaki Shafa karena tidak sesuai dengan keinginannya. Di sini yang bodoh aku atau dia? Bahkan sudah jelas asapnya masih mengepul. Lagian mana bisa, makanan langsung menjadi hangat seketika setelah di angkat dari minyak panas. “Apa kamu mengumpatku? Cepat tiup makanan ini. Aku tidak mau lidahku melepuh karena makanan ini.” Dengan segera Shafa membawa piring berisi pisang goreng sedikit menjauh. “Mau kau bawa kemana makanan itu?” “Akan saya dekatkan dengan ac tuan, agar panasnya cepat turun.” Adrian bungkam, enggan menanggapi perkataan Shafa. Shafa membawa piring ke dekat ac. Shafa juga membelah pisang goreng menjadi 2 bagian, agar lebih cepat turun temperaturnya. Tidak sampai satu menit, pisang goreng panas itu menjadi lebih hangat. Kemudian di taruh di atas meja tempat Shafa menaruh orange juice tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN