IZIN ADRIAN

2137 Kata
                Usai makan malam,Adam dan Adrian berbincang di taman belakang. Shafa menghampiri dengan membawa camilan serta teh sebagai teman ngobrol. Shafa berlalu maninggalkan kedua pria beda generasi itu untuk menikmati waktu pribadi. “Yan bagaimana kabar perusahaan?” Adam membuka percakapannya bersama Adrian. meski Adrian tidak memberi tahu Adam , Adam tahu bagaimana perkembangan perusahaan yang di pimpin oleh Adrian. “Baik kek,,semua berjalan dengan lancar. Kakek tidak perlu mengkhawatirkan perusahaan. Kakek hanya perlu menikmati  hari tua kakek. Lakukan apapun yang kakek suka.” Adam tersenyum mendengar penuturan Adrian. “oh iya yan,,,apa kamu sudah mencicipi masakan Shafa?”  Kakek sengaja memancing  Adrian. karena Adam tahu pasti. Adrian sangat menyukai masakan Shafa, karena masakan Shafa seenak masakan Riana mendiang ibu Adrian. “Suka kek,,,sangat suka. Kakek tahu,,? Setiap kali makan, yayan selalu teringat akan mama. Yayan merasa kalau mama kembali ke sisi Yayan.” Adam mengusap punggung tangan Adrian seolah menguatkan hati cucu kesayangannya itu. “Kakek tahu,,,kakek juga merasakan hal yang sama.” Adrian membulatkan bola matanya “Benarkah,,,? Apakah karena ini kakek menikahkanku dengan Shafa?” Adrian seolah tidak percaya dengan apa yang di katakan Adam. “Lebih dari itu yan,,,kakek merasa Shafa memang pantas untukmu” Adrian mengernyit nampak bingung dengan semua ucapan Adam. “ Mbok,,,tolong hangatkan kembali bakso tadi siang. Aku yakin Yayan belum mencicipi bakso buatan Shafa.” Adam memanggil mbok Darmi yang kebetulan berada di taman. “Baik tuan besar” mbok Darmi segera menuju  ke dapur dan melaksanakan perintah Adam. “Bukankah kita baru saja selesai makan malam kek? Lihatlah,, perut Yayan sudah mulai membuncit.” Adrian mengelus perutnya sendiri “Sedikit saja, kamu coba terlebih dulu.” Adam mencoba membujuk. Adrian memang tidak bisa menolak permintaan Adam. Karena bagi Adrian, Adam adalah satu satunya keluarga yang masih ada. Mbok Darmi memberikan semangkok  bakso kepada Adam. “Cobalah,,kamu pasti akan suka.” Ucap Adam dengan sangat yakin. Adrian menyuapkan sendok berisi satu buah bakso dan mengunyahnya. Mata Adrian melebar merasakan betapa enak bakso tersebut. Adam tersenyum lebar melihat ekspresi Adrian. “Bagaimana,,,enak kan?” Adrian hanya mengangguk, karena Adrian masih mengunyah bakso. “Kakek berencana membuatkan satu usaha untuk Shafa.” Adam melanjutkan ucapannya. Adrian langsung mendongak, mendengarkan apa yang akan di ucapkan kakek selanjutnya. “Kakek ingin membuka sebuah cafe untuk Shafa, agar dia tidak merasa bosan selalu berada di rumah dan memiliki kesibukan.” Adam melihat ke arah Adrian, ingin tahu bagaimana pendapat cucunya itu. “Apa Shafa sudah mengetahui hal ini?” sahut Adrian bertanya “ya,,Shafa juga sudah menyetujui rencana kakek. Kakek lihat Shafa suka sekali masak.” Adrian mengangguk membenarkan ucapan Adam. “Tidak ada salahnya kita mengembangkan bakat Shafa.” Adam melanjutkan lagi. “Iya kakek benar. Aku akan menyuruh Rico menyiapkan segala sesuatu yang di perlukan,” “Tidak yan,,,Shafa tidak akan menerima itu. Shafa gadis yang mandiri. Dia tidak akan membutuhkan bantuanmu. Bahkan denganku. Shafa mau menerima modal dariku dengan syarat bagi untung. Dan Shafa bersikeras untuk mengembalikan modal di saat uangnya  sudah cukup.” Adam menjelaskan pada Adrian agar Adrian sedikit tahu tentang istrinya. “Baiklah jika itu keinginannya. Aku akan memantaunya dari jauh.” Adrian menyetujui apa yang di inginkan Adam serta Shafa.                 Tak terasa Adam dan Adrian berbincang hingga larut. Entah apa saja yang mereka bicarakan. Hingga pukul 23.00 akhirnya Adam menyudahi acara ngobrol sambil minum teh tersebut. Adrian memasuki kamarnya yang sudah gelap. Tandanya Shafa berkelana mengarungi dunia mimpi. Adrian menyusul Shafa, merebahkan diri di samping gadis itu. Beberapa malam terakhir, Adrian sudah tidak mendapati Shafa menangis di tengah malam. Mungkin karena sikap lembut yang Adrian tunjukkan berpengaruh terhadap diri Shafa. Adrian memejamkan mata, dan ikut mengarungi dunia mimpi.                 Pagi yang sama seperti biasanya. Aktifitas yang selalu sama setiap harinya, tidak membuat Shafa merasa bosan. Sikap lembut Adrian beberapa hari ini, seolah olah menjadi  mood boster  bagi Shafa. pagi ini Shafa berencana untk meminta izin Adrian membuka usaha bersama Kakek.   Sebelum Adrian turun untuk sarapan, Shafa terlebih dulu menghampiri Adrian yang masih mengikat simpul dasinya. Shafa berinisiatif untuk mengikatkan simpul dasi Adrian. sambil mengikat simpul dasi,Shafa mengungkapkan keinginannya untuk mencoba membuka usaha bersama kakek serta meminta izin kepada Adrian. “Ad,,,bolehkah aku membuka usaha,,,?” adrian mengangkat sebelah alis. “Untuk apa kamu membuka usaha? Apakah uang dariku masih belum cukup?” Adrian menggoda Shafa “ Bukan seperti itu, aku hanya ingin belajar menjadi mandiri. Dan lagi aku merasa bosan jika setiap hari hanya berada dalam mansion tanpa melakukan sesuatu.” “Bukankah biasanya kamu suka berkebun?”tanya  Adrian “Iya,,tapi sudah tidak ada tempat untuk menanam benih sayur.” “Memangnya kamu ingin membuka usaha apa?” Adrian kembali bertanya “Aku dan kakek ingin membuka sebuah cafe dengan menu andalanku.” “Apa jaminanmu jika aku mengizinkan kamu membuka usaha?” “Ak,,,aku,,,” Shafa geleng kepala tidak tahu harus menjawab apa. Shafa tidak memiliki apapun untuk di jadikan jaminan. Bahkan semua kebutuhan Shafa sudah di sediakan oleh Adrian. “Baiklah,,,kalau begitu cium aku terlebih dulu.” Shafa melebarkan bola matanya, terlihat pipi Shafa yang sudah merah merona karena permintaan Adrian. “Kenapa,,,kamu tidak mau?” Perlahan Shafa mendekatkan bibirnya  hendak mencium pipi Adrian. dengan cepat Adrian menoleh ke arah Shafa. Adrian segera menahan tengkuk Shafa berusaha memperdalam ciumannya. Shafa melebarkan mata saat ciumannya salah sasaran. Dalam hati Shafa ingin segera menyudahi ciuman itu. Tapi tubuhnya seakan tidak ingin mendengarkan apa kata hatinya. Shafa semakin terbuai oleh ciuman Adrian. Adrian menyudahi ciumannya saat oksigen di dalam dadanya mulai menipis. Adrian mengusap saliva yang menempel di bibir Shafa dengan ibu jarinya. “Ayo kita bersiap kebawah untuk sarapan” Adrian meninggalkan Shafa yang masih berdiri mematung. Shafa kemudian mengikuti Adrian yang sudah berada di meja makan bersama kakek. “Bagaimana yan,,apa sudah kamu bicarakan dengan Shafa?” Shafa seketika menoleh ke arah kakek, merasa namanya di sebut. “Kakek tidak perlu khawatir, kami sudah sepakat. Tapi,,,” Adrian tidak melanjutkan kalimatnya. Adrian menoleh ke arah Shafa. Shafa merasa ada sesuatu dengan tatapan Adrian. “Dengan beberapa syarat,,” Adrian melanjutkan kalimatnya setelah Shafa mengerti arti tatapan Adrian kepadanya. “Apa syaratnya?” Shafa yang sedari tadi hanya diam mendengarkan, kini ia bertanya dengan antusias “Shafa hanya boleh keluar rumah saat aku bekerja di kantor. Dan Shafa harus segera pulang sebelum aku berada di rumah. Untuk hari week end, Shafa hanya akan memantau cafenya dari rumah. Sesibuk apapun Shafa, tetap akulah yang harus menjadi prioritasnya. Bagimana,,setuju?” “Setuju,,” dengan semangat Shafa segera menyetujui semua persyaratan dari Adrian. Adam tersenyum senang melihat semangat Shafa yang menggebu. Adam tahu selama ini Shafa tak pernah sekalipun keluar rumah untuk sekedar jalan jalan. Shafa mengembangkan senyum, menunjukan kegembiraan gadis itu. Sesederhana inilah Shafa. tidak perlu mengeluarkan harta melimpah untuk membuatnya tersenyum. “Baiklah,,,sekarang kita sarapan terlebih dulu. Nanti kita akan mencari ruko atau gedung kecil untuk kita buka cafe. Sekalian kita jalan jalan.” Shafa semakin melebarkan senyum mendengar penuturan dari kakeknya. ***                 Kini Shafa sudah bersiap untuk keluar bersama Adam untuk mencari gedung sebagai tempat untuk membuka usaha cafe yang telah direncanakan. Adam dan Shafa menyusuri pusat kota, berkeliling mencari satu gedung yang tempatnya strategis. Sebenarnya bisa saja Adam menyuruh orang suruhannya untuk mencarikan gedung tersebut. tapi Shafa menolak dengan halus, dengan alasan Shafa sekalian jalan jalan dan ingin melihat keramaian kota. Selain itu Shafa juga ingin mengetahui seluk beluk kota yang sekarang ditinggalinya. “Nak,,,kenapa kamu tidak mau menyuruh orang suruhan kakek?” Adam mencoba membujuk Shafa agar gadis itu tidak kelelahan karena mencari sewa gedung. “Tidak kek,,,Shafa ingin menyiapkan sendiri tempatnya. Shafa juga ingin jalan jalan, Shafa bosan berada di mansion terus. Apa kakek lelah?” Shafa bertanya karena takut Shafa kelehan karena menemaninya. Adam menggeleng tanda Adam tidak merasa lelah. Adam masih kuat kalau hanya mengelilingi kota seharian penuh. Meskipun Adam sudah mulai tua dan keriput, tapi tubuhnya masih gagah dan bugar. “Kalau kakek lelah, kita istirahat dulu ya,,,!” pinta Shafa kepada Adam. Adam tahu kalau Shafa mengkhawatirkannya. Akhirnya Adam setuju untuk istirahat sejenak di sebuah restoran. Sebenarnya tidak ada yang merasa lelah. Karena meski berkeliling kota, mereka berdua tetap di dalam mobil. Dan akan keluar saat menemukan gedung yang di sewakan.                 Adam sudah menawarkan untuk membeli saja sebuah gedung alih alih menyewa. Tapi bukan Shafa jika menerima begitu saja. Shafa sudah merasa cukup dengan bantuan kakek menanam modal pada usahanya. Shafa tidak ingin merepotkan Adam lagi. Biarlah yang lain akan menjadi urusannya. Shafa sangat yakin kalau Shafa bisa. “Kakaek ingin makan apa?” Shafa menanyakan menu apa yang di inginkan Adam. “kakek makan spagheti saja” “Baiklah kek, kalau minumnya?” “jus mangga dengan sedikit s**u, jangan terlalu manis.” Shafa mengangguk mengerti. Shafa melambaikan tangan memanggil salah satu pelayan restoran. “ada yang bisa saya bantu nona?” “Ini mbak saya ingin memesan 2 spagheti , satu lemon tea, satu jus mangga dengan sedikit s**u, jangan terlalu manis.” Shafa memesan makanan sambil beristirahat. “Nak,,,kenapa kamu ingin sekali mengurus semuanya sendiri. Kamu bisa minta tolong pada kakek.” “Shafa hanya ingin memiliki pengalaman kek. Shafa juga tidak ingin terus merepotkan kakek. Shafa sangat berterima kasih kakek mau menanam modal pada usaha Shafa.” Shafa menjelaskan dengan halus, takut kalau kakek tersinggung. “Kakek sama sekali tidak merasa direpotkan olehmu. Justru kakek merasa senang bisa membantumu nak.” Shafa merasa terharu dengan perkataan Adam. Shafa bersyukur telah di pertemukan dengan orang baik di tempat yang asing baginya. “Sudahlah,,,tidak perlu sungkan seperti itu, kamu sudah kakek anggap seperti cucu kakek sendiri.” “Kek maafkan Shafa yang masih belum bisa menjadi cucu yang baik untuk kakek. Shafa juga masih belum bisa menjadi istri yang baik untuk Adrian. Shafa sungguh minta maaf kek.” Ucap Shafa dengan tulus. Adam bisa mengerti dengan apa yang dirasakan Shafa. jauh di dalam lubuk hati Adam, Adam sedikit banyak juga merasa bersalah dengan apa yang di alami Shafa selama tinggal di mansion Adrian cucunya. Tak lama makanan yang Shafa pesan telah datang. “Ayo kita makan terlebih dulu. Tidak enak kalau sudah dingin. Nanti di lanjutkan lagi.” Ujar Adam untuk mengalihkan perhatian Shafa. Mereka berduapun menyantap makanan yang ada di depannya dengan khidmat. “Kek,, makanan apa yang paling kakek suka?” Shafa mencoba memecah keheningan antara dirinya dan Adam. “Kakek harus jawab jujur atau tidak?” Adam nampak sedikit ragu untuk mengatakan makanan favoritnya. “ Ya harus jujur donk kek,,,! Coba bilang,,,nanti Shafa akan buatkan khusus dan spesial untuk kakek.” “Kakek paling suka nasi pecel plus rempeyek.” Shafa berbinar mendengar jawaban Adam. Pasalnya hanya Adam seorang yang tahu dengan masakan khas rumahan di tempat tinggal yang dulu. Dengan senang hati Shafa akan memasakkan nasi pecel untuk kakek, biarlah Adrian makan masakan mbok Darmi. Shafa masih mengingat saat Adrian memakan nasi pecel. Adrian bilang kalau makanan itu seperti kotoran ayam. “Baiklah kek,,,makan malam nanti aku akan memasak nasi pecel khusus untuk kita berdua.” “Kenapa hanya berdua? Lalu Yayan?” Kakek bingung dengan ucapan Shafa. “Adrian tidak menyukainya kek,,,Ad bilang kalau pecel buatanku seperti kotoran ayam” Shafa mengatakan dengan frontal serta bibir yang mengerucut. Sebagian pengunjung restoran yang tidak sengaja mendengar omongan Shafa, seketika membanting sendok. Sepertinya nafsu makannya menghilang karena ucapan Shafa. Adam tertawa terbahak bahak mendengar penuturan Shafa yang lucu menurutnya. “Kamu tidak perlu khawatir mengenai itu nak, kakek pastikan Yayan akan makan masakanmu sampai tak bersisa.” Adam berusaha menenangkan Shafa serta mengalihkan perhatian. Agar Shafa tidak menyadari bahwa saat ini dirinya tengah menjadi pusat perhatian seluruh isi restoran tersebut. “Mari kita mencari sewa gedung lagi. Agar cepat clear.” Ujar Adam. Mereka berdua berlalu meninggalkan restoran itu setelah meninggalkan bill di atas meja.                   Setelah sekian lama berkeliling, Akhirnya Shafa menemukan sebuah gedung. Meski letaknya agak jauh dari jalan utama,  Tapi tempat itu cukup dekat dengan area kampus. Dan ini cocok sekali dengan konsep cafe yang ingin Shafa buka. Shafa ingin membuka cafe dengan konsep ROMANTIC. Tentu saja di tujukan para muda mudi yang sedang kasmaran. Dengan sasaran penjualan adalah mahasiswa. Sebenarnya Shafa ingin menggunakan konsep Green Land. Tapi setelah mengetahui posisi gedung, Shafa berpindah konsep. Letak cafe yang berada di antara dua gedung universitas dan beberapa perkantoran, akan sangat menguntungkan untuk memulai usaha.                 Shafa dan Adam melihat lihat isi gedung yang akan di sewa. Tampak cukup luas, ruangan depan yang terluas di antara yang lain. Di ruangan ini Shafa dapat mengadakan live musik untuk menghibur para pengunjung. Di  lantai 2, para pengunjung dapat menikmati pemandangan sekitar area kampus. Shafa serta Adam menyukai gedung itu ,mereka sepakat untuk mengambil gedung itu.                 Pencarian gedung sudah deal, sekarang tinggal mencari pegawai . untuk satu itu Shafa sudah memikirkannya. Shafa akan merekrut kerabat mbok Darmi yang membutuhkan pekerjaan. Ada juga  kerabat dari beberapa maid yang lain. Shafa berharap usahanya ini akan sukses tanpa ada campur tangan Adrian.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN