KEDATANGAN KAKEK

2124 Kata
                Pagi mulai menyapa, Shafa kembali beraktifitas seperti biasa. Shafa masih takut Adrian murka. Pasalnya semalam Adrian tidak tidur di dalam kamar. Shafa juga tidak mendapati Adrian tidur di ruang kerjanya. Entah kemana Adrian pergi semalaman. Yang jelas,  Shafa sudah mendapati Adrian berada di dalam kamar mandi setelah Shafa memasak di dapur.                 Shafa berjalan menuju walk in closet untuk menyiapakan baju kerja Adrian seperti biasa. Shafa juga bersiap melayani Adrian seperti sedia kala. Beberapa hari ini Shafa tidak melayani Adrian layaknya pelayan karena perubahan Adrian yang mendadak. Bukannya Shafa tidak ingin melayani, pasalnya Adrian menolak Shafa dengan dalil kalau Shafa adalah istrinya, bukan pelayannya. Hati perempuan mana yang tidak luluh oleh kata kata manis itu? Tapi kini berbeda lagi. Kini Adrian tengah murka sejak berada dalam pesta semalam. Membuat Shafa kembali takut akan perlakuan pria itu.                 Shafa berjingkat kaget saat seseorang tiba tiba memeluknya dari belakang, Shafa melihat dari ekor matanya, pintu kamar mandi sudah terbuka. Tak diragukan lagi, orang yang memeluk Shafa ialah Adrian. adrian melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Shafa. “Sayang,,,maafkan aku. Semalam kamu pasti sangat takut.”  Suara serak Adrian terdengar jelas di telinga Shafa. shafa menggerakkan tangan Adrian dan ingin melepaskan diri dari pelukan Adrian. Adrian tahu Shafa hendak melepaskan diri, Adrian semakin mempererat pelukannya. “ Aku tahu kamu masih takut kepadaku. Aku juga tahu kamu marah. Untuk itu maafkan aku sayang,,” Adrian semakin menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Shafa. Mendengar Adrian meminta maaf terlebih dulu, dapat mengikis rasa takut gadis itu. “ Aku sudah memaafkanmu Ad, dan sekarang aku juga tidak takut. Aku hanya berusaha untuk menempatkan diri.” Jawab Shafa sambil memutar tubuhnya. Tapi Shafa segera perpaling saat ia melihat adrian hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. “Benarkah,,? Tapi kenapa kamu memalingkan muka? Kamu tidak bohong kan?” “Tidak Ad,,,aku berbicara apa adanya. Awalnya aku memang masih takut. Tapi mendengarmu bicara dengan nada bersahabat, membuat rasa takutku memudar.” “Tapi kenapa kamu masih saja memalingkan muka?” Adrian melirik pada dirinya sendiri. Adrian mengembangkan senyumnya. Sekarang Adrian tahu apa yang membuat Shafa memalingkan muka. “Terima kasih sayang,,,sudah memaafkanku. Apakah kamu malu melihatku seperti ini?” Adrian menggoda Shafa “,,,” Shafa hanya diam, mencoba menyembunyikan  wajahnya yang sudah memerah seperti tomat. “Bukankah kamu sudah sering melihatku seperti ini? bahkan lebih! “ memang benar apa yang dikatakan Adrian. tapi kali ini, Shafa merasa berbeda. Bagaimanapun Adrian adalah pria dewasa dengan segala kesmpurnaan pada fisik pria tersebut. “Pakai dulu pakaianmu Ad,,” titah Shafa, namun tetap enggan menoleh ke arah Adrian. “Baiklah,,tunggu sebentar.” Tak lama Adrian sudah memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Shafa. “Sayang,,apa kamu sudah melihat hadiah yang aku siapkan?” “Hadiah?” Shafa kembali bertanya. Karena Shafa tidak menemukan apapun pagi ini. Adrian berjalan menuju laci nakas dan mengambil sebuah kotak berwarna merah. Adrian membuka kotak tersebut, Adrian mengeluarkan isinya. Nampak sebuah kalung dengan liontin hati berhiaskan batu ruby berwarna merah ditengahnya. Adrian memakaikan kalung tersebut di leher Shafa.Shafa ternganga dengan hadia tersebut. “Cantik” puji Adrian “Apa kamu suka?” Adrian bertanya dengan mengamati kalung yang terlihat sangat cocok di leher Shafa. Shafa tersenyum, melihat hadiah pemberian Adrian. Shafa kira Adrian akan kembali menjadi sosok iblisnya,Ternyata tidak. “Iya aku suka.tapi kenapa kamu memberiku hadiah semahal ini?” “Aku sudah bilang padamu, kalau aku akan memberimu hadiah selama 20 hari berturut turut sebagai pengganti hadiah ulang tahunmu”  Shafa merasakan seperti menemukan sisi yang baru dari Adrian. Shafa sungguh terlena akan perlakuan Adrian selama beberapa hari ini. “Terima kasih” hanya itu yang dapat di ucapkan oleh Shafa. “Ayo kita kebawah untuk sarapan dulu” Ajak Adrian Shafa dan Adrian sarapan bersama. Kali ini suasana di meja makan nampak lebih hangat dari biasanya. Senyum Shafa yang selalu mengembang, membuat setiap orang dapat melihat pancaran kebahagiaan di matanya. “Sayang hari ini kakek akan berkunjung kemari.” Adrian memberitahukan kedatangan kakek. “Benarkah,,?” Safa bertanya seakan tidak percaya. Shafa sangat senang dengan kedatangan sang kakek. Ini membuat Shafa kembali menemukan sosok ayah yang ia rindukan. Adrian mengangguk “ kamu senang sekali mendengar kakek akan datang berkunjung.” “Iya aku senang sekali. Apakah kakek akan menginap disini?” tanya Shafa yang amat penasaran. “Sayang,,,nanti kamu bisa tanyakan sendiri kepada kakek. Apakah beliau mau menginap.” Jelas Adrian “Baiklah. Aku akan memasak masakan andalanku. Pasti kakek mau menginap disini.” Shafa menjawab dengan antusias dan percaya diri. “Baiklah,,itu terserah padamu. Sekarang aku akanberangkat dulu. Kamu lanjutkan makananmu dulu.” Adrian berpamitan pada Shafa. Adrian mengecup singkat kening Shafa. Shafa seketika terdiam mematung, mendapat serangan mendadak dari Adrian. seolah tidak percaya dengan apa yang dilakukan Adrian kepadanya. Apakah ini tandanya Shafa sudah dapat meluluhkan hati Adrian? Shafa melebarkan senyum dengan apa yang dipikirkan.                 Hari sudah siang, sinar matahari sudah terik. Namun waktu masih menunjukan pukul 10.00 pagi. Kini Shafa sudah bersiap di dapur.ia akan memasak salah satu makanan favoritnya. Karena waktu memasak yang lumayan lama, membuat Shafa segera memulai aktifitasnya. Agar saat jam makan siang tiba, masakan sudah siap. Terdengar suara derap langkah kaki yang memasuki ruang utama. Shafa segera berlari menghambur ke pelukan kakek. Saat Shafa tahu kakek sudah datang. “Kakek,,,” dengan senyum merekah Shafa menyambut kedatangan Adam. “Iya nak, ini kakek. Bagaimana kabarmu?” “Aku baik kek,, kakek sudah melihatnya bukan?” “Iya ,,kakek tahu. Kakek hanya khawatir. Adrian tidak melakukan sesuatu padamu bukan?” Shafa menggelengkan kepala “Tidak kek. Kakek akan menginap di sini?” tanya shafa “Tentu kakek akan menginap. karena Kakek merindukanmu dan juga Adrian.” kedua mata Shafa berbinar mendengar jawaban Adam. “Kakek silahkan istirahat lebih dulu, aku akan melanjutkan memasak di dapur.” Shafa mengantarkan Adam ke kamar yang biasa di gunakan Adam saat menginap di sana. Shafa tahu kalau Adam sering menginap disana dari mbok Darmi, juga Shafa sering membersihkan kamar tempat Adam menginap saat Shafa masih diperlakukan sebagai pelayan. “Selamat beristirahat kek.” Shafa segera berlalu meuju dapur untuk melanjutkan acara masaknya. Shafa masih saja berkutat dengan adonan daging yang digiling menjadi bola bola. Ya,,, Shafa sekarang sedang membuat bakso. Mbok Darmi serta pelayan lainnya tidak mengerti dengan apa yang di masak oleh Shafa. mereka hanya membantu menyiapkan, mengupas bumbu serta memotong daun bawang. Sesuai dengan dugaan Shafa, bahwa tidak ada yang pernah membuat bakso di sana. Shafa sendiripun sempat heran, Dengan para pelayan yang tidak pernah membuat makanan seperi itu, padahal makanan itu banyak sekali di jual di jalanan. “Kamu sedang memasak apa nak,,?” Adam menghampiri Shafa yang masih sibuk dengan pekerjaanya. “Aku memasak bakso kek.” Shafa menjawab tanpa menoleh, karena kini Shafa sedang mencetak bakso dengan kedua tangannya. “Bakso,,itu enak sekali” Adam menimpali perkataan Shafa “Apakah kakek pernah makan bakso?” Shafa bertanya seolah Adam tidak asing dengan makanan yang dibuatnya. Sedangkan para maid tidak ada yang pernah tahu. “iya , kakek pernah memakannya. Tapi hanya satu kali saja.” Adam menjelaskan. “Ada yang bisa kakek bantu?” Adam menawarkan diri membantu Shafa memasak. “Tidak perlu kek,kakek hanya perlu menunggu baksonya matang.” Shafa menolak bantuan Adam. Shafa merasa tidak enak hati kalau sampai Adam membantunya. “Baiklah, kakek akan tunggu sambil membaca di perpustakaan.” Kata adam dan brlalu meninggalkan Shafa berkutat di dapur dengan sesukanya. “baiklah kek, nanti akan aku panggil saat sudah siap.” “Akan kakek tunggu.” Ucap adam sebelum benar benar meninggalkan Shafa. Selama dua jam Shafa berkutat di dapur. Ada beberapa isian sebagai kondimen di setiap porsi bakso. Shafa membuat bakso kecil, bakso besar dengan telur rebus di dalamnya, tahu isi,siomay juga mie kriting sebagai pelengkap bakso. Karena beberapa pelengkap itulah yang membuat proses memasak bakso lumayan lama. Shafa juga memasak dalam jumlah yang banyak. Agar semua maid dan pengawal disana dapat mencicipi. Mengingat tidak ada yang pernah makan bakso sebelumnya. Shafa menuju ruang perpustakaan tempat dimana Adam sedang membaca sambil menunggu masakan Shafa matang. Shafa membuka pintu perlahan, nampak Adam sedang duduk di sofa membaca buku. “Kakek, ayo kita makan siang. Makanannya sudah siap.” Adam menurunkan kaca mata yang melekat di hidung mancungnya. “Sudah siap ya,,,? Tak terasa tenyata sudah waktunya makan siang. Baiklah ayo kita makan bersama.” Adam mengajak Shafa turun untuk makan bersama. Di meja makan sudah tersaji bakso beserta pelengkapnya. Adam duduk di depan Shafa, Shafa segera mengambilkan bakso untuk Adam. Merekapun makan bersama diselingi obrola ringan. “Ini enak sekali nak, apa setiap hari kamu memasak?”  Adam sesekali bertanya “iya kek. Tapi hanya untuk sarapan dan makan malam saja. Biasanya yang memasak untuk makan siang para maid.” “tapi kenapa sekarang kamu yang memasak makan siang?” “Karena ini Spesial untuk kakek. Aku ingin menyambut kakek dengan makanan favoritku. Dan berharap kakek mau menginap disini.” jawab Shafa dengan Antusias. Adam tersenyum dengan apa yang di katakan Shafa. “jadi bakso ini sebagai suap agar kakek menginap disini?” Adam menggoda Shafa.Adam tahu kalau Shafa tidak bermaksud menyuap Adam. “Tidak,,bukan begitu kek. Shafa tidak bermaksud seperti  itu. Shafa hanya ingin menyambut kakek dengan sebaik mungkin.” Jujur Shafa “ha,,,ha,,ha,,” Adam tertawa melihat raut wajah yang begitu lucu menurutnya. “Kenapa kakek tertawa?” “Kamu lucu sekali nak,,,tidak salah kakek memilihmu menjadi pendamping Adrian. masakanmu enak sekali nak. Bagaimana kalau kamu buka usaha,,? cafe mungkin,,,!” Adam memberi saran “Tapi kek apakah Ad akan mengijinkan?” Shafa tampak sedikit ragu. “Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Nanti biar kakek yang bicara. Untuk modalnya , serahkan pada kakek.” Adam memberi solusi atas keraguan Shafa. Shafapun menyetujui saran Adam, ini saatnya Shafa usaha sendiri. Memang benar saat ini Adrian sangat baik dan lembut. Tapi Shafa sungguh masih meragukan Adrian. Firasat Shafa mengatakan akan ada hal buruk kedepannya. Entah apa itu, Shafa tidak tahu. Yang jelas saat ini Shafa harus berhati hati dalam segala hal. “Baiklah jika kakek memaksa” Shafa harus bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Shafa juga akan berusaha mencari jawaban dari pertanyaanya sendiri. Shafa akan mencari tahu dimana sebenarnya Shafa berada. Shafa tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. ***                 Langit sudah mulai menguning, sang mentari seakan lelah menyinari. Seperti halnya Adrian, yang kini mulai lelah dengan segala pekerjaan yang menyita sebagian besar waktunya. Adrian segera melangkahkan kaki menuju basement bersama Rico. Di dalam mobil sudah ada sebucket bunga mawar putih kesukaan Shafa, serta sebuah boneka beruang besar berwarna pink.  Sesuai perintah Adrian, Rico akan membelikan hadiah untuk Shafa selama 20 hari barturut turut. Rico sendiri juga tidak mengerti dengan kelakuan bossnya itu. Setau Rico, Adrian tidak pernah sekalipun memberi hadiah kepada orang lain. Apalagi dengan hal yang berbau romantis seperti ini. Rico sendiri juga tidak tahu menahu kenapa Adrian tiba tiba berubah seperti ini. Rico hanya berani menerka nerka saja. Tidak berani mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya.                 Sesampainya adrian di teras, Adrian di sambut senyum yang mengembang dari Shafa. tidak lupa dengan sang kakek yang mendampingi Shafa. Biasanya Adam akan menunggu kepulangan Adrian di perpustakaan. Tapi sekarang Adam turut serta menyambutnya. Ada apakah gerangan? Apakah karena Shafa? Adam seakan ingin memastikan sesuatu. Adam ingin tahu bagaimana Adrian memperlakukan Shafa. Apakah Adrian memperlakukan Shafa dengan semestinya atau sebaliknya.  Karena Adam tahu betul bagaimana Adrian. Adrian tidak akan mudah begitu saja menerima keputusan Adam untuk menikahi Shafa.                 Adam memang mengetahui perubahan Adrian melalui orang suruhannya. Selama ini Adam menyuruh seseorang untuk selalu mengawasi Adrian dari jauh. Adam juga menerima laporan mengenai Adrian setiap harinya. Tidak ada satupun yang terlewat. Adam sendiri ingin memastikan, apakah Adrian benar benar sudah berubah, ataukah Adrian hanya pura pura berubah karena sesuatu? Adrian keluar dari dalam mobil sambil membawa sebucket bunga mawar putih di tangan kanannya dan sebuah boneka beruang besar di gendongannya. Adrian memberikan bunga mawar putih serta boneka itu saat sudah berada di depan Shafa. “Ini bunga untuk orang yang spesial, dan ini hadiah ke 3 dariku.” Shafa menerima bunga serta boneka itu. Karena tubuh Shafa yang mungil,Shafa kuwalahan menerima boneka besar itu. Dan meminta salah satu pelayan untuk membawa boneka itu ke kamar. “Selamat datang yan,,” ucap Adam dan memeluk cucunya. Adrian biasa di panggil yayan oleh kakeknya. Yayan adalah panggilan sayang sejak Adrian kecil. Meski terdengar sedikit aneh, Adrian sangat menyukai panggilan itu. “Harusnya yayan yang menyambut kedatangan kakek. Ini kediamanku kek,,” Adrian membalas pelukan Adam. “Baiklah mari kita masuk, kamu mandi terlebih dulu yan. Nanti kita lanjutkan.” Adam mengajak Adrian segera masuk karena hari sudah mulai gelap. Udarapun sudah semakin dingin. Adam merasa sangat senang melihat perubahan Adrian, meski Adam masih ragu. Senyum tulus terukir di bibir pria yang mulai keriput itu .Adam berdoa dalam hati, semoga selamanya Adrian seperti ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN