8.Violin

2027 Kata
"Baiklah. Sebelumnya aku ingin bertemu denganmu terlebih dahulu untuk membicarakan hal ini." "Kamu bisa datang ke apartemenku." Carlos mencatat alamat apartemen Virginia di selembar kertas, lalu menutup teleponnya. Ia segera melipat kertas itu dan memasukkannya ke saku bagian dalam jasnya. Kepalanya disandarkan di kursi seraya memikirkan sesuatu untuk mengatasi percobaan pemerasan yang akan dilakukan Virginia kepadanya. Pertemuan Carlos dengan wanita itu lima tahun yang lalu seharusnya tidak pernah terjadi. Semuanya berawal dari ia pergi ke kota Castell de Lacati Granabas untuk melihat lahan yang akan nanti dibangun menjadi sebuah penginapan untuk para turis, lalu saat ia sedang minum-minum di sebuah bar secara tidak sengaja ia mendengar gosip dari para petani anggur tentang kecantikan seorang wanita bernama Carola Sarmiento. Selama berada di kota kecil itu, Carlos mencari tahu tentang Carola, karena ia penasaran dengan gosip itu. Setelah ia mendapatkan alamat rumah Baltzar Sarmiento yang lokasinya berada di samping perkebunan anggur, ia segera pergi kesana berpura-pura untuk melihat cara pembuatan wine, karena pabrik wine milik keluarga Sarmiento membuka tour untuk warga sekitar atau turis. Carlos kemudian mendaftar untuk ikut tour itu. Pertama menjalani tour itu, Carlos dan para turis lainnya melihat-lihat perkebunan anggur setelah itu pergi ke pabrik wine. Di sana Baltazar menunjukkan bagaimana cara membuat wine dari proses pertama sampai akhir. Mereka juga mencoba wine yang sudah jadi. Carlos sempat merasa kecewa tidak melihat Carola yang kecantikannya sedang diperbincangkan oleh banyak orang. Sampai pada saat ia mendengar seperti suara benda terjatuh. Carlos dan para turis lainnya mencari asal suara itu dan ternyata suara itu berasal dari salah satu tong kayu yang berisi wine terjatuh dan Baltazar sedang memandang geram pada seorang wanita yang sangat cantik. Akhirnya Carlos tahu siapa wanita itu setelah Baltazar berteriak marah memanggil nama wanita itu. Itulah wanita yang menjadi alasan ia mengikuti tour ini. Pertama kali melihat Carola, Carlos merasa jatuh cinta kepadanya dan ia ingin wanita itu menjadi istrinya, tapi sayangnya hanya ada satu masalah, ia sudah menjadi pria beristri dan memiliki dua orang anak yang masih berumur 10 tahun dan 8 tahun. Di hotel tempat ia menginap, ia mencari cara bagaimana supaya ia bisa menikah dengan Carola. Satu-satunya cara ia akan memperkenalkan diri sebagai pria lajang dan sedang nencari seorang istri. Ia berharap Baltzar dan keluarganya tidak tahu tentang istri dan anak-anaknya, karena kota ini terletak sangat jauh dari Teneva dan Cartarbella. Untuk bisa mencapai kota Castell de Lacati Granabas harus menyebrangi laut, karena terletak di pulau yang berbeda. Selama sebulan, Carlos mendekati ayah Carola dengan mengatakan ia seorang pengusaha hotel dan berasal dari keluarga kaya dan terhormat. Usahanya selama sebulan mendekati Baltazar berhasil, bahkan ia mengutarakan keinginannya untuk menikahi Carola dan Baltazar setuju. Rencana Carlos berikutnya adalah mendekati Carola. Selama satu Minggu, ia berhasil berteman dengannya, tapi saat ia melamar Carola, wanita itu menolaknya. Carlos menjadi sangat marah. Rencana jahat terlintas dipikiran Carlos. Pria itu memanggil Carola untuk bertemu dengannya di sebuah lahan kosong yang akan jadikan penginapan olehnya. Carola pun datang tepat waktu. Di sana Carlos kembali menyatakan cintanya dan melamarnya sekali lagi. Carola tetap menolaknya. Carlos sudah putus asa dan ia nekat melakukan sesuatu yang jahat pada wanita itu. Carlos berusaha memperkosa Carola dan wanita itu berusaha melawan. Ia berhasil lepas dari Carlos dan berhasil melarikan diri. Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu, Baltazar mengatakan putrinya akan menikah dengannya. Ia sangat gembira. Hari pernikahan dengan Carola pun tiba, tapi wanita itu melarikan diri bersama kekasihnya. Ia pun tak terima Carola sudah meninggalkannya begitu saja. Setelah satu tahun mencari akhirnya ia menemukan Carola dan membunuhnya. Setelah selesai membunuh Carola, Carlos pergi ke sebuah bar untuk menenangkan diri dengan meminum bir. Di sanalah ia bertemu dengan Virginia. Wanita itu mirip dengan Carola. Carlos yang sudah mabuk mengajak Virginia berkencan di hotel. Setelah sekian lamanya tidak berselingkuh, akhirnya Carlos berselingkuh lagi. Hubungan mereka tetap berlanjut sampai akhirnya, Martin mengetahui perselingkuhannya dengan Virginia. Pria tua itu sangat marah kepadanya dan mengancamnya akan memberitahu Samantha. Carlos yang saat itu tidak mau bercerai dari Samantha, karena ia bisa kehilangan harta istrinya, Carlos berusaha untuk memohon pada Martin untuk tidak mengatakan apa pun pada istrinya, tapi Martin sudah tidak ingin menyimpan rahasia perselingkuhan Carlos dari Samantha. "Selama ini aku sudah menutupi perselingkuhanmu dan memberikanmu kesempatan berkali-kali, tapi kamu tidak berubah. Samantha harus tahu seperti apa suaminya." Martin pun pergi. Carlos yang saat itu merasa frustasi, ia kembali nekat melakukan sesuatu yang buruk lagi. Ia memukul kepala Martin dengan benda tumpul sampai pria itu pingsan. Virgina melihat apa yang dilakukan Carlos saat itu di apartemennya. Carlos membawa Martin ke rumah sakit dan mengarang cerita kalau Martin terjatuh di apartemennya. Semua orang percaya dan Carlos lega, karena tidak ada yang mencurigainya. Ia baru cemas kalau Martin tersadar. Kecemasannya segera berakhir setelah Martin meninggal. Carlos memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Virginia dan memberikan wanita itu uang yang banyak sebagai uang tutup mulut. Ia tidak menyangka wanita itu akan menganggu hidupnya lagi. *** Alrico berada di sebuah restoran miliknya. Ia membuka restoran itu sejak usia 18 tahun. Ia membuka usaha itu dari uang saku yang ia dapatkan dari ayahnya selama bertahun-tahun dan dari tabungannya itu, ia membuka usaha restoran di Cartarbella. Ia cukup puas dengan hasil yang didapatkannya. Dua tahun ia membuka restoran, ia baru mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Tentu saja tahun pertama restoran miliknya dibuka banyak masalah yang terjadi dan restoran yang dikelolanya hampir bangkrut, tapi Alrico tidak menyerah dan pelan-pelan restoran miliknya nemberikan sedikit keuntungan dan itu sudah cukup bagus. Pada tahun kedua ia nendapatkan keuntungan yang besar. Alrico sedang memantau restorannya dan ia melihat banyak tamu yang datang. Selama ia tidak ada di sini, ia mempercayakan restorannya pada sahabatnya, Dante. Saat ia sedang melihat-lihat restoran, ia terkejut melihat Carolina yang memakai seragam pelayan restorannya. Pandangan mereka saling bertemu dan Carolina terkejut melihat Alrico. Ia pun menghampiri pria itu. "Selamat siang!" "Apa yang kamu lakukan di sini?" "Seperti yang kamu lihat, aku kerja paruh waktu di sini dan sebentar lagi jam kerjaku selesai. Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu makan siang di sini?" Carolina memperhatikan Alrico dengan penampilan yang berbeda. Dia memakai stelan jas abu-abu mahal dengan kemeja putih tanpa dasi. Jam mahal melingkar di tangannya. Pria itu terlihat semakin tampan. Carolina sudah memutuskan untuk segera mendapatkan Alrico yang perlu ia lakukan hanya bersabar. "Tidak. Aku ke sini hanya sedang melihat-lihat saja. Teruskan saja kerjamu." Alrico pergi dan Carolina terus memandangi kepergian pria itu. Seseorang menepuk pundaknya dan Carolina terlonjak kaget. "Kamu sedang lihat apa?"tanya salah satu rekan kerjanya, Silvia. "Aku tudak sedang melihat apa-apa." "Tadi aku melihatmu sedang bicara dengan Mr. Castellar. Sepertinya kalian sudah saling kenal?" "Aku baru saja mengenalnya. Apa kamu kenal dengannya?" "Memang kamu tidak tahu siapa dia?" "Memangnya siapa dia?" "Mr. Alrico del Castellar adalah pemilik restoran ini." Carolina membelalak terkejut. "Bukannya pemilik restoran ini adalah Mr. Dante Soler." "Bukan. Mr. Soler hanya pengelola di sini. Pasti kamu terpesona oleh ketampanan Mr. del Castellar, iya, kan? Para pelayan wanita di sini juga sama denganmu. Betapa beruntungnya wanita yang menjadi kekasihnya. Meskipun dia masih sangat muda, tapi sudah menjadi pengusaha." "Kalian berdua jangan bergosip terus. Layani para tamu!"kata Dante yang memasang wajah galak pada mereka yang segera membubarkan diri. Dante kemudian menemui Alrico yang berada di kantornya. "Kedatanganmu ke sini sudah membuat para pelayan bergosip tentang dirimu. Terutama para pelayan wanita." Alrico tersenyum. "Oh ya. Apa yang mereka gosipkan tentang diriku?" "Macam-macam. Misalnya tentang wajah tampanmu, apa kamu sudah memiliki kekasih atau belum." "Biarkan saja jika mereka mau bergosip tentang diriku. Aku tidak peduli. Oh ya aku melihat beberapa pelayan baru di sini." "Aku kan sudah memberitahumu untuk menambah pelayan, jadi dua Minggu yang lalu aku membuka lowongan kerja di sini. Kebanyakan dari mereka kerja paruh waktu, karena ada yang bekerja di tempat lain." "Baiklah." "Apa ada masalah dengan para pelayan baru di sini?" "Tidak ada." Alrico kembali melihat layar komputernya. *** Sepulang sekolah Marinela pulang ke rumahnya yang terlihat sepi. Ia mengganti pakaiannya dan bersiap-siap akan bermain disekitar rumahnya. Dengan perasaan senang, ia keluar dari rumah. Hari ini tidak seorang pun teman yang mengejeknya lagi. Saat ia melewati rumah Mrs. Calderon, wanita setengah baya itu memanggilnya. "Marinela, kemarilah!" Marinela segera menghampirinya. "Ada apa, Mrs. Calderon?" "Aku punya sesuatu untukmu?" Marinela mulai penasaran dan ia mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah. Mrs. Calderon menyuruhnya untuk duduk di sofa dan tidak berapa lama wanita muncul di ruang keluarga dengan membawa sesuatu yang sangat besar. "Ini untukmu. Ayo bukalah!" Marinela membukanya dan terkejut melihat sebuah violin kecil yang indah di dalamnya. "Ini kan violin,"katanya dan masih tak percaya apa yang dilihatnya. "Apa kamu suka?" "Aku sangat menyukainya." "Syukurlah! Aku sudah menduganya." "Terima kasih." "Sekarang kamu sudah bisa berlatih bermain violin lagi." "Dari mana Anda tahu kalau aku suka bermain violin?" "Beberapa waktu yang lalu aku tidak sengaja mendengar permainan violinmu di rumah Bu guru Rachel. Kamu bermain violin dengan bagus. Aku tidak tahu dari mana kamu belajar bermain violin." "Ah ya Bu guru Rachel. Saat itu aku datang ke rumahnya untuk menyerahkan tugas kerajinan membuat bunga dari kertas lipat, lalu aku mencoba violin yang dipajang di rumahnya. Dulu aku belajar violin dari Mr. Hernandez, pemilik toko alat-alat musik saat aku disuruh Ibuku memberikan uang untuk membayar hutang kepadanya. Aku takjub melihat violin yang dipajang di sana dan aku mulai tertarik pada alat musik itu. Dia sangat baik padaku mau mengajariku. Katanya aku berbakat bermain violin, tapi sayang sejak Mr. Hernandez meninggal dua tahun yang lalu aku tidak pernah bermain violin lagi." "Sayang sekali jika kamu berhenti berlatih, tapi sekarang kamu bisa berlatih violin kapan saja, karena sekarang kamu sudah memiliki violinmu sendiri." "Iya. Tapi kenapa Anda memberikan violin ini kepadaku?" "Violin itu bekas keponakan dulu, lalu aku teringat denganmu, jadi aku memberikannya padamu." "Sekali lagi aku ucapkan terima kasih." Marinela memeluk wanita itu dengan perasaan senang. "Mainkanlah satu musik untukku!" Marinela mulai memainkan violinnya dan permainan violinnya cukup bagus meskipun ada nada-nada yang melenceng. Mrs. Calderon berharap akan ada guru yang melatih Marinela. Wanita itu bertepuk tangan setelah Marinela selesai memainkan musik untuknya. "Permainan violinmu itu sangat bagus hanya perlu berlatih pasti permainan violinmu itu akan tambah bagus." "Terima kasih. Aku ingin sekali masuk ke sekolah musik, tapi Ibuku tidak cukup uang untuk memasukanku ke sana." Marinela nampak sedih. Mrs. Calderon tersenyum. "Tidak apa-apa. Siapa tahu suatu hari nanti kamu bisa masuk sekolah musik." Marinela mengangguk. "Aku mau pulang dulu." "Baiklah. Hati-hati di jalan!" *** Alrico sedang mengendarai mobilnya kembali menuju villa saat hari sudah menjelang sore. Sayup-sayup ia mendengar suara violin. Ia menghentikan mobilnya dan keluar mencari asal suara violin itu. Di bawah pohon apel yang bunganya sedang bermekaran tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat Marinela sedang memainkan violin. Angin berhembus membawa aroma bunga apel. Alrico memejamkan matanya sambil merasakan sejuknya angin dan alunan musik violin. Hatinya terasa hangat. Sama sekali tidak disangka, Marinela bisa memainkam violin dengan indah. Alrico bertepuk tangan. Marinela terkejut melihat Alrico. "Kakak,"panggilnya. Marinela langsung memeluknya. Mereka kemudian duduk di bangku di bawah pohon apel. "Tadi aku tidak sengaja mendengar kamu bermain violin." "Aku baru saja mendapatkan violin ini dari Mrs. Calderon." "Musik yang kamu mainkan indah dan bagus hanya perlu latihan kamu bisa menjadi seorang violinist terkenal." "Benarkah?" Mata hijaunya berbinar-binar bahagia dan senyuman mengembang di wajahnya yang mungil. Saat melihat hal itu, Alrico ingin melindungi senyuman itu. "Iya. Dan aku akan jadi salah satu penggemar setiamu." "Kamu janji ya akan jadi penggemar setiaku." "Aku janji." Tiba-tiba perut Marinela berbunyi karena lapar. Gadis kecil itu tersipu malu. "Ayo aku akan mentraktirmu makan!" Marinela menurut saat Alrico meraih tangannya. "Tapi ini belum waktunya makan malam." "Apa kamu ingin menahan lapar sampai malam?" Marinela menggelengkan kepalanya. "Jadi ikut denganku untuk makan." "Baiklah. Kakak sangat baik kepadaku." "Aku Kakakmu kan, jadi seorang Kakak harus baik dengan adiknya." "Kakak benar. Tidak seperti Kakakku yang tidak mau mengakuiku sebagai adiknya." Alrico menghentikan jalannya dan menatap Marinela. "Kakakmu berkata seperti itu?" "Iya. Aku tidak tahu kenapa, mungkin Kakakku tidak menyukaiku." "Aku jadi penasaran dengan Kakakmu itu yang tidak mengakui gadis kecil imut dan manis sepertimu." "Kapan-kapan Kakak bisa main ke rumahku." "Baiklah." Alrico membukakan pintu mobil untuk Marinela.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN