BAB 8. Perjanjian Tiga Milyar Rupiah

1368 Kata
"Apa-apaan perjanjian ini? Aku tidak boleh berbicara dengan laki-laki lain selama masa menunggu pernikahan? Kamu sudah gila?" Flora bersungut kesal. Tapi Cedric terlihat sangat santai sedang membaca buku di hadapannya dengan ekspresi tidak peduli. "Baca juga poin prioritasnya." Ucap laki-laki itu sambil mengunyah kacang Almond di hadapannya. Flora tidak habis pikir, kenapa suami yang dulu sangat dia cintai itu bisa semenyebalkan ini? "Ini tidak adil! Aku tidak mau tanda tangan." Ujar Flora sambil melemparkan berkas perjanjian itu ke meja. Wajahnya terlihat kesal, malas dan jengkel. Cedric melirik Flora sedikit, kemudian mendesah. "Sudah ku katakan baca juga poin prioritasnya." "Aku malas!" Balas Flora lagi. "Laki-laki yang tidak boleh kamu dekati di dalam perjanjian ini adalah laki-laki yang berpotensi akan menjalin hubungan asmara denganmu atau yang berpotensi menyukaimu. Contohnya laki-laki bernama Bastian itu." Ucap Cedric menjelaskan. "Kita hanya akan menikah kontrak dengan masa kontrak satu tahun. Selama pernikahan tidak diijinkan ada perasaan pribadi. Dalam hal ini, pernikahan kita hanyalah sebuah bisnis Tuan William yang terhormat. Kenapa anda meributkan kehidupan pribadiku sampai seperti ini?" "Satu milyar rupiah itu bukan uang yang sedikit. Selain hutang keluargamu yang jumlahnya nyaris sama dengan nominal yang aku sebutkan tadi, Ayahmu meminta uang sebesar lima ratus juta sebagai tanda jadi pernikahan. Aku sudah mengeluarkan uang sebanyak itu, sudah sepantasnya aku mendapatkan jaminan bahwa kamu tidak akan kawin lari dengan laki-laki yang kamu temui selama masa menunggu pernikahan bukan?" Ucap Cedric membuat Flora kehilangan kata-katanya. "Sudah! Sudah aku tanda tangani! Puas?" Balas gadis itu jengkel setelah dengan terpaksa menandatangi perjanjian yang sedikitpun tidak berpihak padanya itu. "Jika kamu menanda tangani perjanjian ini sejak awal, sepuluh menitku yang berharga tidak akan terbuang sia-sia." Cedric bersungut kesal. Membuat Flora menganga tidak percaya. Karena menurut gadis itu, yang seharusnya yang marah dan jengkel adalah dirinya, bukan Cedric. Tapi Flora mengetahui bahwa dia tidak akan menang berdebat dengan Cedric, sebab selain pandai berbicara, laki-laki itu juga sedikit berbisa ketika bicara. Flora terlalu malas mendengar kalimat kurang ajar atau kalimat menyebalkan dari mulut laki-laki tampan itu. "Kalau begitu aku pergi." Ucap Flora kemudian beranjak dari duduknya. "Jika kamu melanggar satu saja pasal yang ada di dalam perjanjian ini, maka kamu harus membayar kompensasi sebanyak tiga milyar rupiah." "Apa kamu bilang? berapa yang harus aku bayar sialan?" Flora yang sudah berbalik hendak meninggalkan Apartemen mewah itu langsung kembali menoleh dengan kaget. "Tiga Milyar Rupiah Nona Screwburry." Balas Cedric sambil tersenyum penuh kemenangan. Cedric tahu Flora tidak membaca keseluruhan pasal perjanjian itu karena sangat jengkel. Karena itu Cedric kembali membacakan hal paling penting dalam perjanjian itu. Dan sesuai prediksinya, wajah kesal dan jengkel Flora akan langsung terlihat jelas. "Ini pemerasan namanya!" Gadis itu kembali merebut berkas perjanjian itu dan duduk kembali di kursinya tadi untuk lebih meneliti isi perjanjian itu. Dan seketika, Flora merasa sangat bodoh sebab dia terbawa emosi dan tidak membacanya dengan teliti. "Bilang saja kamu ingin uangmu kembali dua kali lipat sialan! Dasar Lintah Darat." Sungut Flora penuh emosi. Cedric tersenyum lebar sambil mengambil kembali berkas perjanjian itu dari tangan Flora. "Kenapa jadi menyalahkanku, bukankah kamu sendiri yang menanda tangani perjanjian ini secara sadar?" Cedric terkekeh geli. "John akan mengirimkan salinan dari berkas ini padamu segera. Jadi pelajari semua poinnya dan jangan sampai kamu melanggarnya jika tidak ingin bekerja seumur hidupmu untuk membayar uang kompensasi." Cedric menambahkan. "Ini penipuan! Aku akan melaporkanmu ke polisi." Ucap Flora jengkel setelah mengacak rambutnya kesal. Dan hal itu membuat Cedric diam sejenak menikmati calon istrinya yang sedikit menggemaskan itu. "Laporkan saja sana! Kamu tahu siapa yang akan masuk penjara." Balas Cedric santai. "Dsara Iblis sialan! Aku akan membalasmu suatu hari nanti. Lihat saja!" Flora berteriak kesal sambil beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari Apartemen itu sambil menghentakkan kakinya jengkel. Sampai punggung gadis itu menghilang di pintu, Cedric terus menatapnya sambil terkekeh geli. Entah kenapa di depan Flora, Cedric seperti menemukan kesenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. *** "Harus menaikkan berat badan minimal sepuluh kilo. Dalam hal ini, akan ada uang tunjangan untuk memenuhi kebutuhan makanan setiap bulan." Justin sedang membaca isi perjanjian yang sekarang sedang membuat wajah sahabatnya sangat jengkel itu. "Tapi dia lumayan baik loh Flo, lumayan juga nominal uang tunjangannya. Uang jajan lo dari kakek Don kan terbatas. Dengan uang ini setidaknya kamu bisa makan enak setiap hari Flo." Ujar Justin menanggapi. Laki-laki itu kemudian sedikit terlonjak kaget mendengat Flora berteriak sambil mengacak rambutnya jengkel. "Aku emang bodoh banget yah Jus. Laki-laki Ular itu benar-benar bengsek! Bisa-bisanya aku masuk ke perangkapnya semudah ini." Flora terus menggerutu sejak tadi. "Poin pernjanjiannya nggak jahat-jahat banget kok Flo. Ini mendingan dari poin-poin perjanjian pernikahan kontral lain yang biasa terjadi di kampung kita." "Kaya kamu pernah lihat aja pernjajian semacam ini." Cibir Flora. "Eh, jangan salah! Gue kan sering ikut papa gue ngurusin masalah warga. Makanya gue tahu perjanjian macam ini biasa aja Flo. Apalagi keluarga angkat lo gila banget minta duitnya. Wajar aja kalau Liam melakukan ini. Gimanapun dia udah keluar uang banyak, setidaknya dia harus punya jaminan bahwa kamu tidak akan merusak rencananya kan?" Ucap Justin yang sialnya masuk akal di telinga Flora. Pikiran bahwa kata-kata Cedric adalah benar membuat Flora tidak bisa menolak tanda tangan. Dan kali ini pun, Flora tidak bisa membantah kata-kata Justin. "Biasanya emang dapat duitnya berapa sih kalau nikah kontrak kaya gini?" "Paling gede lima ratus juta, itu aja karena ada perjanjian boleh kontak fisik. Kalau cuma nikah kontrak yang cuma buat syarat urus administrasi kaya lo, paling banter juga tiga ratus jutaan Flo." "Sialan emang keluarga gue." Umpat Flora jengkel. "Tapi serius deh Flo, orang ini baik sama lo. Bahkan ada poin kamu harus sehat, dan ada tunjangan kesehatannya juga. Itu artinya selama empat tahun ke depan hidup lo terjamin. Masalah lo nggak boleh deketin cowok, dalam hal ini kata lo dia menegaskan Bastian, itu bukan hal yang sulit. Lagian lo juga nggak suka kan sama si anak mama itu. Dan niat lo ke Jakarta juga buat kuliah, bukan buat pacaran kan?" "Kok Lo belain dia sih Jus? Lo sebenernya teman gue atau temen dia sih?" Sungut Flora kesal. Justin terkekeh geli. "Gue belum kuat buat lindungi lo Flo. Gue belum punya hal yang bisa bikin lo lepas dari pernikahan kontrak sialan ini. Karena itu yang bisa gue lakukan cuma kasih lo masukan dan kasih loh perbandingan dengan kasus nikah kontrak lainnya biar lo bisa memahami situasi lo. Kalau gue punya banyak duit, gue pengennya lo nggak melakukan hal menyebalkan kaya gini." Balasan Justin membuat Flora diam beberapa saat kemudian tersenyum. Ketulusan Justin benar-benar sampai ke hatinya. "Di mata gue, lo kuat kok Jus. Karena kuat itu, nggak selalu di nilai pakai duit." Ucap Flora tulus. Justin terkekeh. "Tadinya gue mau minta bantuan papa gue buat batalin pernikahan lo. Tapi kata papa, orang yang maun nikah sama lo bukan orang sembarangan jadi papa nggak bisa ngapa-ngapain. Karena itu gue kepoin ke lo langsung, siapa tahu dia orangnya b******k. Niatnya gue mau bawa lo kabur kalau dia b******k. Tapi kalau kita kabur, kita mau makan apa? Orang gue masih miskin. Untungnya kelihatannya dia orang baik. Papa juga bilang kalau dia baik kok Flo." "Makasih banyak yah Jus. Gue nggak ada pilihan lain juga. Jadi kedepannya tolong ingetin gue kalau gue terlihat mau melanggar poin perjanjian. Soalnya gue nggak punya duit tiga milyar." Balas Flora sambil mendesah frustasi. "Dan tolong, masalah ini hanya boleh lo dan gue doang yang tahu. Gue nggak mau mariana tahu Jus. Lo tahu sendii kalau dia suka kepikiran dan suka keceplosan kan Jus?" "Tenang aja Flo, papa juga udah nyuruh gue diam kok. Nggak akan ada yang tahu pokoknya." "Lo emang sahabat gue. Untung aja gue msih boleh temenan sama lo sekalipun lo cowok. Kalau enggak, gue kayaknya bakalan ngamuk sama Liam." Desah Flora kesal. "Kayaknya dia tahu kalau gue nggak mungkin suka sama lo." Balas Justin sambil menatap Flora seolah dia jijik. Sebuah pukulan dari bantal sofa langsung mendarat di kepala Justin dan membuat laki-laki itu tertawa geli. Dalam kehidupan kali ini, Flora benar-benar merasa beruntung memiliki Justin di sisinya. Laki-laki penakut yang juga pemberani secara bersamaan. Karena sekalipun sambil gemetaran, Justin mampu menjadi penghalang peluru yang hendak menimpa Flora. Setiap hari, Flora tidak pernah berhenti mendoakan kebahagiaan laki-laki baik, sahabatnya itu. Flora benar-benar tulus ingin Justin panjang umur dan hidup bahagia. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN