BAB 9. Kamu Harus Membayar Jika Ingin Menginap!

1579 Kata
Liam tidak bohong dan tidak main-main tentang isi dari perjanjian itu. Karena seminggu kemudian, Flora benar-benar menerima transferan uang dengan jumlah yang cukup banyak. "Emangnya aku sekurus itu yah?" Gadis itu bergumam, kemudian beranjak menuju kaca yang ada di kamarnya. "Ya emang datar sih?" Gumamnya lagi. "Tapi kan bukan mauku jadi datar begini. Lagian emangnya aku bisa protes sama Tuhan minta di kasih yang montok gitu? Dasar Liam Ular sialan!" Gerutunya kesal sambil menjatuhkan diri ke kasur dan mulai menatap langit-langit kamarnya. "Kenapa dia bisa menyebalkan kaya gitu sih? Padahal dulu dia manis banget. Aku kangen sama Liam yang manis dan baik. Kangen peluk dia. Kangen ngobrol sama dia." Flora tidak sadar menitikkan air matanya yang langsung buru-buru dia hapus. "Tapi setidaknya, aku berhasil menunda pernikahan ini sampai empat tahun kedepan. Setidaknya tragedi yang kira-kira akan terjadi dalam beberapa bulan kedepan tidak akan ada. Sekalipun untuk membatalkan pernikahan adalah sesuatu yang tidak mungkin, tapi aku masih bisa merencakan perceraian secara matang." Ucap Flora berusaha menguatkan hatinya. Bohong jika Flora tidak takut dan Trauma. Bahkan gadis itu merasa takut ketika memasuki Restoran karena teringat kejadian itu. Flora juga tidak berani sekedar melihat keluarga kakeknya atau mengintip Isha di kampus sebelah. Flora takut hal buruk akan terjadi pada mereka jika Flora berada di sekitar mereka. Padahal, jika boleh jujur, Flora sangat merindukan mereka. Yang bisa Flora lakukan hanya melihat mereka di sosial media, dengan menggunakan akun palsu. Melihat senyum dan tawa yang mereka bagikan di Sosial Media. Sayangnya, Lian tidak memiliki sosial media, padahal Flora paling merindukan kembarannya itu. "Flo, nanti malam aku nginep di tempat kamu boleh nggak? Kamar aku lampunya mati dan baru bisa dibenerin besok." Sebuah pesan dari Mariana membuat Flora langsung beranjak dari tiduran santainya. "Aduh ngapain si Psikopat ini mau nginep sih?" Gerutu flora tidak nyaman. "Pakai alasan apa yah buat nolak?" gumamnya lagi. Flora baru membuka room chat Mariana hendak mengetik balasan, tapi gadis itu sudah menelpon. Flora mendengus kesal. "Iya Mar, aku baru mau balas." Jawab Flora buru-buru. "Sebenernya sih aku ada janji sama temen mau ke Bandung sore ini. Jadi malam ini unit aku kosong sih. Kamu boleh kok nginep, tapi aku nggak bisa nemenin, sorry banget." Flora tidak mungkin menolak permintaan tolong Mariana, karena selama ini mereka memang dekat. Tapi Flora juga tidak sudi tidur satu kasur dengan pembunuh itu. Karena itu, Flora rencananya akan tinggal di hotel satu malam. Lagipula dia baru saja mendapat kiriman uang dari calon suaminya. "Yah, padahal kangen ngobrol berdua sambil nginep kaya dulu." Balas Mariana terdengar menyayangkan. Flora memutar matanya malas, karena entah kenapa Flora yakin Mariana memiliki motif lain untuk menginap di kamarnya. "Maaf banget yah Mar, soalnya aku udah janji sama temen aku mau nginep, apalagi besok libur kuliah juga kan." "Yaudah deh, kalau gitu aku nginep di kamar kamu sendiri aja nggak papa. Makasih yah Flo, nanti sebentar lagi aku ke situ." Balas Mariana. "Kunci kamarnya aku titipin ke Justin yah Mar, soalnya aku mau pergi sekarang. Kamu bukannya nggak lagi di Apartemen kan sekarang?" "Iya sih Flo, aku masih di Kafe lagi ngerjain tugas sama temen. Kedengeran ramai yah?" "Iya Mar, kedengeran kalau kamu lagi di luar." Ucap Flora kemudian terkekeh dibuat-buat. "Yaudah nggak papa, nanti aku ambil kunci kamu di Justin." Balas Mariana sebelum menutup sambungan telpon. Flora langsung buru-buru berganti baju, memasukkan barang-barang pentingnya ke dalam tas dan buru-buru keluar dari Unitnya. Flora memang berusaha sebisa mungkin untuk menjauhkan diri dari Mariana dengan cara yang halus, agar tidak ketahuan. Karena sekalipun Tragedi itu belum terjadi, Flora tetap merasa takut pada salah satu temannya itu setiap kali dia teringat hari dimana dia mati. *** Flora hanya membawa piama tidur dan beberapa make up saja, kemudian keluar dari Unit Apartemennya setelah menitipkan kunci pada Justin yang sedang bermain game di kamarnya. Gadis itu kemudian memesan taksi Online menuju pusat perbelanjaan terdekat. Flora hendak membeli beberapa Vitamin yang hanya di jual di sana sesuai keinginan Liam. Selain itu, Flora juga berencana mencari hotel sambil duduk di taman yang ada di dekat Mall itu. Vitamin sudah dapat dan di tangannya juga ada satu kantong cemilan. Tapi sejak tadi dia tidak bisa mendapatkan kamar hotel yang kosong. Selain karena akhir minggu dimana banyak orang libur bekerja, dalam dua hari ke depan ada dua konser artis korea sehingga semua hotel di tempat itu sudah di booking habis hari itu sampai beberapa hari kedepan. Flora mengacak rambutnya frustasi kemudian menengadahkan wajahnya ke langit sambil mendesah. "Apakah aku harus tidur di masjid atau terminal malam ini?" gumamnya frustasi. "Tidur di emperan toko mungkin nggak akan bikin aku mati kalau cuma semalam. Tapi kalau ketemu teman pasti malu, nanti dikirain aku gembel." gerutunya kesal. "Emangnya ngapain kamu tidur di terminal? Apartemen kamu kena gusur?" Pertanyaan dari seseorang yang sangat Flora kenal sontak membuat gadis itu sedikit terlonjak kaget dan menoleh ke arah suara. Di samping kursi yang dia duduki, sudah berdiri menjulang calon suaminya yang tampan. Lalu sebuah ide yang sedikit gila terbersit di kepala Flora. Di kota ini, Flora tidak memiliki teman dekat selain Justin dan tidak mungkin datang ke rumah keluarga kandungnya. Karena itu satu-satunya orang yang bisa dia mintai tolong hanyalah calon suaminya yang menyebalkan itu. Flora tidak memiliki pilihan lain sebab dia tidak mungkin menginap di Apartemen Justin dimana Mariana tidur tepat di sebelahnya. Gadis itu langsung tersenyum manis ke arah laki-laki itu. Senyuman yang tidak pernah dia berikan sebelumnya ketika bertemu Liam, sebab laki-laki itu selalu menyebalkan. "Tuan William yang terhormat, bolehkan aku menginap malam ini?" tanya Flora setengah memohon. Wajah Liam langsung berubah jadi aneh. "Dasar m***m! kamu mau menggodaku malam ini agar tidak perlu membayar tiga milyar kan?" balasnya penuh tuduhan. Bukannya marah, Flora justru tertawa geli. "Mana mungkin gadis baik hati yang polos seperti seorang Saintless ini berani menggoda tuan William. Aku hanya butuh tempat tinggal malam ini karena ada sesuatu yang terjadi di Unitku dan seluruh hotel di dekat sini sudah penuh." Ucap Flora dengan nada memohon. Liam kemudian bergerak untuk duduk di sebelah gadis itu. Flora bisa mencium wangi harum dari tubuh laki-laki itu yang selalu menjadi favoritnya selama ini. "Tidak ada yang gratis di dunia ini Nona Saintless yang baik hati. Bahkan ke toilet saja bayar, apalagi menginap kan?" Cedric tersenyum menyebalkan setelah mengucapkan kalimatnya. Sesuai prediksinya, Flora akan langsung cemberut dengan menggemaskan. "Iya aku bayar! Dasar pelit! Berapa harga kamar di Apartemenmu semalam? Aku akan langsung transfer." Sungut gadis itu kesal. "Aku tidak mau uang, aku kaya." Balas Liam sombong. Flora langsung bergeser mundur sambil menyilangkan tangannya di d**a dengan ekspresi waspada yang langsung membuat Liam tertawa geli. "Apa yang menarik dari d**a kamu yang rata itu huh? untuk apa di tutupi?" kekeh laki-laki itu geli. "Sekalipun rata ini masin suci dan tidak akan pernah aku berikan pada laki-laki ular sepertimu." Balas Flora dengan ekspresi jengkel. Liam kembali terkekeh. "Besok kamu libur kuliah kan?" Tanya Liam yang langsung diangguki oleh Flora. "Besok adalah hari terakhirku di Indonesia. Kemungkinan aku baru akan datang lagi saat kamu sudah hampir lulus kuliah, karena itu sebagai latihan menjadi calon istri, kamu temani aku di rumah seharian, masakin aku makanan enak, temani aku menonton film, dan jangan membuat ekspresi jijik ataupun jengkel. Jika kamu suasana hatiku baik selama kamu temani, aku akan memberikan kamu bonus. Tapi kalau kamu meyebalkan, kamu harus membayar biaya menginap di lain waktu karena sekalipun kamu melakukan apa yang aku minta, jika tidak sesuai keinginanku maka itu tidak di hitung." Ucap Liam memberikan penawaran yang lagi-lagi menyebalkan. Flora diam selama beberapa saat, berusaha menghilangkan perasaan tidak relanya karena Liam akan pergi dalam waktu yang cukup lama. Flora yakin dia pasti akan merindukan laki-laki itu selama empat tahun berpisah. "Baiklah aku setuju." Balas Flora tanpa pikir panjang. Karena sekalipun harga yang di minta Liam termasuk menyebalkan, tapi Flora sedang ingin serakah. Dia merindukan hari-harinya sebagi istri Liam dulu, dan kebetulan laki-laki itu menawarkan kegiatan yang dia rindukan itu. Sekalipun niat Flora untuk sejauh mungkin dengan Liam agar nantinya bisa dengan mudah bercerai dari laki-laki itu agar tragedi menyeramkan itu tidak terjadi, tapi hati Flora menginginkan hal lain sekarang. "Tidak masalah jika hanya sedikit serakah kan? aku akan menyimpan kenangan manis ini seumur hidupku. Tidak papa Flora, ayo miliki kenangan manis sedikit dengan laki-laki ini sekarang." Gadis itu berbicara dalam hati setelah masuk ke dalam mobil yang ternyata dikendarai sendiri oleh Liam. Flora berusaha meyakinkan keraguan di hatinya tentang tawaran menggiurkan dari Liam. "Emangnya kenapa Unit kamu? kok kamu sampai nyari tempat buat tidur lain? Mana udah sore banget gini lagi." Tanya Liam sambil fokus menyetir. "Lampunya rusak, dan aku takut gelap. Jadinya aku mending tidur di tempat lain." Balas Flora berbohong. Liam tersenyum tipis dan tidak mengatakan apapun sekalipun laki-laki itu tahu bahwa calon istrinya itu berbohong. Sebab sejak Flora meminta menginap tadi, Liam sudah langsung meminta anak buahnya untuk memeriksa Apartemen yang di huni oleh Flora. "Yasudah, besok pulang dari antar aku ke Bandara, aku akan minta anak buah aku buat beliin kamu lampu sekalian." Balas Liam pura-pura tidak tahu. "Makasih." Balas Flora sambil tersenyum. Mulai merasakan perubahan Liam yang tidak semenyebalkan sebelumnya. "Apakah kamu bisa kasih tahu aku dulu sebelum kamu pulang kelak?" tanya Flora lirih. "Kenapa? kamu mau jemput aku di bandara sambil bawa spanduk gede yang tulisannya selamat datang calon suami?" balas Liam sambil terkekeh. "Biar aku bisa siap-siap." "Siap-siap?" Liam terkekeh geli. "Kamu pikir mau nikah kontrak gak butuh persiapan mental apah?" Gerutu Flora membuat Liam semakin tertawa. "Baiklah, aku akan kasih tahu dua minggu sebelumnya." Balas Liam setelah tertawa selama beberapa detik. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN