BAB 10. Menginap

1401 Kata
Flora tahu bahwa Liam sangat kaya. Apartemen mewah yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang tertentu, pengawal profesional yang lebih dari satu, mobil mewah yang berganti-ganti sesuai mood Liam, serta kartu hitam yang Flora tahu harus memiliki aset dan harta yang banyak untuk memilikinya. Tapi hanya sebatas itu saja yang Flora ketahui tentang suaminya. Gadis itu pernah bertanya tentang bisnis yang di geluti oleh Liam dan rencana bisnisnya kedepan. Laki-laki itu hanya menjelaskan secara singkat bahwa di Inggris bisnisnya adalah tentang teh, lalu kedepannya di Indonesia dia ingin mencoba bisnis ekspedisi. Liam akan mengalihkan obrolan Flora jika dia berusaha mengorek lebih dalam. Karena itu dikehdiupan kali inipun, Flora masih tidak tahu apapun tentang Liam. "Hari ini menu makan malamnya seafood, kamu nggak ada alergi kan?" tanya Liam sambil berjalan dengan langkah lebar menuju Lift yang akan mengantar mereka ke lantai dimana Unit mewah laki-laki itu berada. "Aku pemakan segalanya." Balas Flora terdengar lirih. Sejujurnya gadis itu mulai mengantuk, dia tidak biasa makan malam diatas jam enam sore. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dimana dia biasanya sudah mengantuk. "Oke kalau gitu." Ucap Liam kemudian masuk ke dalam Lift diikuti Flora yang beberapa kali terlihat menguap. Liam diam-diam tersenyum tipis melihat calon istrinya yang terlihat sangat mengantuk itu. "Emang biasanya jam segini kamu udah tidur?" tanyanya langsung diangguki Flora kemudian menguap lagi. "Tapi kamu belum makan malam kan?" "Iya aku belum makan malam gara-gara seseorang." desahnya lirih. "Seseorang?" Tanya Liam penuh selidik. "Hmm, ada orang menyebalkan yang membuatku tidak napsu makan." Gerutu Flora tampak kesal. Liam tersenyum tipis. "Baiklah, nanti kita bahas soal orang itu. Dia bukan laki-laki kan? Karena kalau dia laki-laki kamu berpotensi membayar denda sebanyak tiga milyar." Balas Liam menyebalkan seperti biasa. "Apakah dikepalamu isinya hanya uang saja tuan William? Padahal uangmu sudah tidak terhitung jumlahnya, tapi kamu masih saja memeras warga miskin sepertiku. Jika kamu seorang raja, rakyatmu pasti akan menderita." Cibir Flora dengan wajah jengkel. "Karena itulah aku enggan menjadi raja dan melarikan diri ke Indonesia." Balas Liam dengan nada bercanda. Flora menatap calon suaminya itu dengan tatapan malas. Dia tidak tahu bahwa apa yang baru saja Liam katakan bukan hanya kalimat candaan semata, tapi sebuah kenyataan. "Seseorang tidak akan bisa menjadi raja hanya karena dia punya uang. Setidaknya dia harus memiliki wajah yang tampan dan juga hati yang baik." Balas Flora sambil keluar dari Lift, diikuti Liam. "Standar raja dari mana itu?" Kekeh Liam geli. "Film yang aku tonton." ucap Flora sambil tertawa geli. "Seandainya saja Standar menjadi raja bisa sesimpel itu." Balas Liam sambil masuk ke dalam Unitnya. Ada satu orang Bodyguard yang langsung membukakan pintu, begitu dua orang itu berdiri tepat di depan pintu. "Kamu akan menajdi raja jika Standarnya seperti yang aku sebutkan?" Tanya Flora dengan ekspresi meremehkan. Liam terkekeh geli, dan hal itu membuat beberapa orang yang ada di dalam Unit Apartemennya saling pandang dengan kaget. "Hentikkan omong kosong itu! Kamu tidak cocok jadi Raja!" Flora menambahkan. Membuat beberapa Bodiguard yang ada di sana kembali dibuat kaget dengan topik pembicaraan antara Flora dan Liam. Tapi mereka diam saja karena melihat tanda dari Liam untuk tidak ikut campur. Selama ini Liam bukan orang yang buruk. Seperti yang sering dikatakan Damian, Liam adalah orang yang selalu memikirkan kebaikan rakyatnya dengan tulus. Dia juga orang yang ramah, dan tidak pernah semena-mena pada orang lain apalagi karyawannya. Tapi beberapa tahun belakangan ini, sejak laki-laki itu mengetahui bahwa dia memiliki kepribadian ganda yang kejam, Liam hampir tidak pernah terlihat sebahagia sekarang. Semua Bodyguard yang ada di Unit Liam sekarang adalah orang-orang yang sudah menjaganya sejak kecil, karena itu, mereka diam-diam menjadi terharu karena tuan muda yang selama ini mereka lindungi, bisa tertawa dari hati lagi seperti sekarang. "Padahal aku tampan, kaya dan baik hati. Kenapa aku tidak bisa jadi raja?" tanya Liam geli. "Karena orang yang bebas seperti kamu, tidak akan bahagia hidup dengan banyak aturan yang menyebalkan seperti menjadi raja. Selain itu, posisi setinggi itu berbahaya. Terutama untuk orang-orang yang kamu sayangi. Mungkin saja, tempat setinggi itu bisa melukai orang-orang di sekitarmu seperti yang sering aku lihat di film." Jawaban Flora langsung meredupkan senyuman lebar Liam. Tapi detik berikutnya, laki-laki itu kembali tersenyum. "Benar! kalau aku jadi raja, aku tidak bisa mengataimu sesukai hati." Balas Liam kembali membuat Flora menatap laki-laki itu malas. Nada bicaranya terdengar seperti meledek, tapi sebenarnya jawaban panjang Flora tentang menjadi seorang raja tadi, menyentuh jiwa Liam dengan mengejutkannya. Selama ini hidupnya hanya berisi orang-orang yang mendukungnya menjadi raja selanjutnya. Liam selalu di dorong untuk belajar banyak hal agar bisa menjadi pemimpin yang sesuai harapan rakyatnya. Karena itu, tidak pernah ada yang memberikan pendapat egois seperti yang Flora katakan tadi. Kebahagiaan yang selama ini Liam pikirkan, hanya tentang kebahagiaan rakyat dan banyak orang. Dia tidak pernah benar-benar memikirkan tentang kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Benarkah Liam boleh bahagia dan memilih jalan bahagia seperti yang Flora sebutkan tadi? Pertanyaan itu mulai mengganggunya. *** Setelah selesai makan malam, Liam langsung mengantar Flora ke kamar dan membiarkannya tidur. Gadis itu terlihat sangat mengantuk sehingga Liam tidak tega mengganggunya hanya untuk dijadikan teman bicara. Malam ini entah kenapa sangat cerah. Liam duduk di balkon kamarnya ditemani John. "Benarkah orang sepertiku boleh bahagia John?" Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Liam. John yang memang sudah mendengar percakapan antara Liam dan Flora tadi, tersenyum menanggapi. "Kenapa Tuan Muda tidak boleh bahagia? Tuan muda tentu saja harus bahagia lebih dulu supaya bisa membuat orang lain bahagia." Balas John bijak. Liam tersenyum getir, mendengar jawaban John. Keduanya berbincang sampai jam sebelas malam. Liam kemudian berpamitan untuk pergi tidur, sementara John pergi ke ruangan lain dimana rekan-rekannya berada untuk mengatur Shift. Setelah berganti piama, Liam beranjak dari kamarnya dan masuk diam-diam ke dalam kamar yang di gunakan Flora. Dengan langkah pelan, laki-laki itu menghampiri gadis yang sedang tertidur lelap di pinggiran kasur itu. "Hiduplah dengan baik selama aku nggak ada! Jangan makan makanan minimarket setiap hari! Jangan lupa minum vitamin dan jadilah kuat. Aku membutuhkan calon istri yang kuat di masa depan, sebab jalan hidupku tidak lah mudah." Liam berbisik sambil membelai kepala Flora lembut. "Jangan dekat-dekat dengan Bastian, dia akan menyakitimu jika kamu memberinya harapan. Jangan terlalu ramah dengan laki-laki lain juga, karena aku tidak suka. Jadilah gadis baik selama aku tidak ada! Agar aku tidak selalu ingin datang menemui kamu karena waktuku tidak sebebas yang kamu pikirkan." tambahnya lagi. "Aku akan merindukan kamu, istri kecilku." Bisik Liam lembut. Laki-laki itu kemudian mendaratkan sebuah kecupan di dahi Flora dan membenarkan letak selimut gadis itu yang berantakan. Liam kemudian keluar dari sana pelan sekali, dan kembali ke kamarnya. Laki-laki itu mengambil ponselnya di meja, dan membuka Chat dari seseorang. "Dia tidur di tempatku dan dia sudah makan, tidak perlu khawatir!" ucap Liam kemudian mengirim pesan itu. Hanya selang beberapa detik setelah pesannya terkirim, nomor yang tadi dia kirimi pesan menelponnya. "Aku tidak tahu alasan kenapa dia menghindari Mariana, tapi aku merasa ada yang aneh dengan hubungan mereka berdua. Flora adalah teman yang baik, dan selama ini dia juga sangat dekat dengan Marian. Lalu alasan Marian malam ini menginap di tempat Flora juga aneh, sebab setelah aku selidiki, lampu kamar Mariana tidak mati." Ucap seseorang di seberang sana. "Bisakah kamu membuat keributan atau memikirkan cara apapun agar Flora bisa pindah dari sana Jus?" "Ini nggak efektif kalau kita hanya pindah ke Apartemen biasa, sebab Mariana tetap akan bisa mengikuti kami. Kecuali Flora pindah ke Apartemenmu, disana mungkin mariana tidak akan bisa mengikuti." Balas Justin dengan nada khawatir. "Aku akan melakukan segala cara agar Flora bisa pindah ke Apartemenku, tapi kamu tolong bantu yakinkan dia! Masalah kakeknya, biar orangku yang akan urus." "Oke Liam, aku akan membuat keributan di Apartemen ini supaya si keras kepala itu mau pindah." Balas Justin lagi sebelum mematikan sambungan telponnya dengan Liam. Sejak awal, Justin memang ada di pihak Liam. Yang mengatur pertemuan pertama antara Liam dan Flora di Apartemen waktu itu, adalah Justin sendiri. Awalnya, Liam hanya ingin melihat langsung kandidat calon istri yang paling membuatnya tertarik. Tapi setelah bertemu dengan dramatis itu, Liam melihat Flora menangis. Karena itu dia meminta Justin membuat Drama ketika Liam lewat lagi, sebab laki-laki itu ingin memastikan apakah Flora baik-baik saja. Dan berkat sandiwara itu, Liam jadi tahu bahwa pundak Flora terluka. Laki-laki itu langsung tahu apa penyebabnya, setelah meminta Justin menyelidikinya. Dan keesokkan harinya, Liam langsung mengutus anak buahnya untuk memberi peringatan pada keluarga angkat Flora agar tidak menyakiti Flora lagi sebab Liam sudah membayar mahal untuk perjanjian pernikahan mereka. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN