BAB 2. Pengkhianat Itu Sahabatku

1207 Kata
"Saya John nona Abel, tetap di belakang kami dan jangan takut." Suara yang sangat Flora kenal itu membuat gadis itu lega tapi juga bingung. Kenapa John dan teman-temannya menodongkan pistol ke arah mobil dimana Justin dan Mariana berada? "Keluar dari sana dengan baik, atau kami ledakkan mobil kalian." Teriak salah satu teman John. Detik berikutnya Justin dan Mariana keluar dari mobil sambil mengangkat tangannya. Justin terlihat gemetar, Flora bisa melihat itu dengan jelas. Sementara Mari terlihat menangis ketakutan. Dalam situasi mengerikan itu, Flora kesulitan menilai siapa yang ada di pihaknya sekarang. Apakah kedua sahabatnya yang tadi berencana mengantarnya pada Adrian? Ataukah John yang merupakan orang kepercayaan suaminya? Tapi belum sempat Flora bereaksi, beberapa mobil datang dan dari sana keluar orang-orang bertopeng aneh yang juga membawa pistol. Dan detik itu, Flora tahu kebenaran bahwa Mariana ternyata tidak berada di pihaknya. Suara tembakkan memekakan kembali terdengar di telinga gadis itu. Bukan hanya tembakan, tapi suara tawa Mariana semakin membuat malam itu terasa sangat menyakitkan. "Kenapa kamu melakukan ini Mari? Kenapa kamu mengkhianati kami?" Teriakan Justin sambil berusaha melawan beberapa orang samar-samar terdengar di telinga Flora yang sekarang sedang menahan sakit kepala yang luar biasa. "Karena orang sok cantik yang merebut semua yang aku inginkan, harus lenyap dari dunia ini." Balasan Mariana juga terdengar jelas di telinga Flora. "Nona, kami akan menahan mereka. Anda bisa berenang bukan? Sungai ini tidak terlalu deras. Jika anda melompat dan mengikuti arus maka anda bisa melarikan diri. Saya mohon, anda harus hidup." Bisik John sambil melindungi Flora. "Saya tidak bisa meninggalkan kalian." Ucap Flora sambil menangis gemetaran. "Kami akan baik-baik saja selama Nona baik-baik saja." Bisik John lembut. Flora bisa melihat dari mata gelap laki-laki itu bahwa dia berusaha tersenyum untuk menangkan Flora. Saat itu, Flora belum sempat membalas ucapan John. Tapi tubuhnya terjatuh ke belakang sambil di peluk oleh Justin, bersamaan dengan suara tembakan yang memekakan. "Lompat Flo! Aku akan menahan mereka. Kamu harus lompat." Bisik Justin dengan mata memerah. Gadis itu bisa melihat ada darah mengalir di d**a laki-laki itu. Flora tidak menyangka bahwa sahabatnya yang penakut itu sampai rela tertembak demi melindunginya. Detik itu, Flora merasa sangat beruntung karena di dalam hidupnya, dia memiliki sahabat setulus Justin. Suasana menjadi sangat kacau. Flora kemudian bangkit dan hendak melompat ke sungai sesuai dengan perintah John dan Justin, tapi sebuah tembakan kembali terdengar diiringi dengan suara teriakan Justin yang lagi-lagi menghalangi peluru itu mengenai Flora. "b******k! cowok lemah kaya lo nyusahin doang!" Mariana berteriak marah pada Justin. "Jangan sakiti Justin!" Flora berteriak lantang pada Mariana, tapi dia terlambat. Karena sebuah peluru mendarat di kepala Justin dan laki-laki itu kemudian ambruk di depan Flora. Tubuh Flora melemas, tapi dia tetap berusaha meraih pinggiran jembatan untuk melompat. Flora tidak ingin usaha orang-orang untuk melindunginya akan berakhir sia-sia. Hatinya sangat hancur seperti tidak lagi bersisa. Kepalanya sakit, tangannya sakit, seluruh tubuhnya terasa sakit. Kemudian dia terjerembab ke tanah di dekat jembatan karena seseorang menariknya dari jembatan yang nyaris di raihnya. Sebuah pistol kemudian menempel di keningnya. Flora bisa mendengar tawa puas Mariana. Dia juga bisa mendengar John meminta maaf dengan suara yang lirih karena sekujur tubuhnya penuh dengan peluru. Justin sudah terbujur kaku dengan lubang mengerikan di kepalanya. Dan beberapa orang yang tergeletak, bersimpah darah di dekat John. Flora bisa melihat dua pengawal yang di berikan Liam untuknya diantara orang-orang yang sudah tergeletak tidak bergerak itu. Salah satunya adalah koki favoritnya yang es krim buatannya adalah kesukaan Flora. "Alasan kenapa mereka semua mati adalah keberadaanmu. Jika kamu tidak pernah kembali menjadi bagian dari keluarga Windsor dan menikahi Liam, maka mereka semua tidak akan mati." Ucap seorang laki-laki yang saat ini sedang menodongkan pistol ke kepala Flora. "Silahkan mati dalam penyesalan Arabella Windsor." Ucap Pria itu lagi sambil menarik pelatuk Pistolnya dan menciptakan bunyi yang memekakkan. Senyuman Liam tiba-tiba saja terbersit di ingatan Flora. "Tuhan memang tidak ada." Flora berucap lirih dalam hati, seiring dengan pandangannya yang semakin kabur. Flora pikir, suara pistol yang memekakkan itu akan menjadi suara terakhir yang dia dengarkan di dunia. Sebab dia ingat betul tentang rasa sakit yang dia rasakan ketika peluru yang keluar dari pistol sang pembunuh menembus kepalanya.Tapi tiba-tiba saja Flora terbangun di kamar lamanya. Tubuhnya baik-baik saja. "Flora! cepat bangun! Nenek masak ayam kecap kesukaan kamu." Teriakan Mira membuat mata Flora bergerak ke arah pintu. Beberapa menit kemudian dia melihat kepala Iris menyembul di sana dengan raut wajah yang tidak ramah. "Jam berapa ini? enak banget baru bangun huh? Buruan mandi karena lo harus nemenin gue belanja gaun buat Prom Night Ulang Tahun Sekolah. Lo tahu kalau gue males bawa-bawa belanjaan kan Upik Abu?" Ucapan Iris dengan nada meremehkan seperti biasa. "Prom Night? Ulang tahun sekolah?" Flora bertanya dengan bingung. "Nggak usah pura-pura pikun deh Lo." Iris terlihat kesal. "Ulang tahun sekolah yang keberapa?" Flora bertanya memastikan. Dia sangat bingung dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba ada di kamar lamanya. "Yang ke delapan puluh lah, kenapa si lo? Kepala jelek lo lupa ingatan atau apa?" Tanya Iris heran sambil menatap Flora heran. "Buruan mandi! Abis itu keluar sarapan dan kita akan langsung berangkat ke butik." Ucapnya malas sambil keluar dari kamar Flora "Ulang tahun ke delapan puluh?" Flora bergumam sendiri. Dia ingat betul bahwa ulang tahun sekolahnya yang ke delapan puluh hampir bertepatan dengan kelulusan SMAnya. Ada acara Prom Night yang tidak bisa gadis itu hadiri karena dia terjatuh dari tangga saat menemani Iris belanja. "Apakah aku baru saja kembali ke satu tahun sebelumnya?" Flora bergumam seorang diri. Sebutir air mata jatuh di pipi gadis itu. Dia masih diam di tempat sambil berusaha memahami keadaan yang membingungkan. "Apakah semua kejadian buruk itu hanya mimpi?" Flora masih berbicara dengan dirinya sendiri. "Tidak mungkin semua itu mimpi, aku merasakan jelas rasa sakitnya." ucapnya lagi. "Flora! Buruan!" Teriakkan Iris membuat Flora terkejut. "Iya aku mandi sekarang!" Balas Flora kemudian buru-buru mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. "Lelet banget sih? dari tadi ngapain aja? Kesiangan kan kita jadinya." Iris menggerutu kesal. Flora diam saja sambil mengikuti Iris menuju mobil mereka. Sebuah mobil kemudian terparkir di depan gerbang rumah mereka. "Oh, tamunya Daddy datang." Ucap Iris lagi. Gadis itu kemudian berlari masuk ke dalam rumah. Flora masih memikirkan banyak hal sehingga dia tidak terlalu peduli dengan tamu orang tua angkatnya itu. Sampai dia mendengar suara laki-laki itu menyapanya. "Selamat pagi, apakah tuan rumahnya ada?" Bahasa Indonesia dengan Logat Britis itu seketika membuat Flora menoleh dan mendapati wajah John sedang tersenyum ramah padanya. "John, aku mau ke Minimarket depan sebentar?" Ujar salah satu rekan laki-laki itu yang seolah memfalidasi nama laki-laki yang sangat Flora kenal itu. "Loh, Nona, Kenapa Nona menangis?" Pertanyaan John membuat Flora kaget kemudian menyadari bahwa ada air mata yang jatuh di pipinya. "Ah maaf, sepertinya mata saya kemasukan debu." Balas Flora terbata. Tepat saat itu, Orang tua Iris keluar dan menyambut John dengan ramah. Bersamaan dengan Kesadaran Flora bahwa dia benar-benar dikembalikan ke masa lalu. "Aku tidak akan membiarkan Liam menjadi suamiku. Jika itu tidak berhasil, maka aku akan menceraikannya secepatnya setelah kita menikah. Dan aku juga tidak boleh ditemukan oleh keluargaku. Aku akan hidup sendiri agar semua orang bisa hidup." Ucap Flora lirih. Penuh tekad. "Dan tentu saja aku akan membalas dendam." Tambahnya lagi. Gadis itu buru-buru menghapus air matanya ketika Irish kembali datang dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN