BAB 11. Menghabiskan Uang Liam

1455 Kata
Ketika pagi datang, Flora terbangun oleh aroma masakan. Gadis itu terdiam beberapa saat karena perasaan rindu yang menusuk di dadanya. Sejak kembali ke masa lalu setelah kematiannya, Flora tidak pernah menyangka bahwa dia akan secepat ini merasakan lagi, pagi hari yang dulu selalu membuatnya bahagia. Setelah berhasil menguasai emosinya, Flora beranjak dari kasur, merapihkan rambutnya dan berjalan sambil tersenyum, keluar dari kamar. Di dalam bayangannya, dia akan segera melihat punggung Liam di dapur sedang membuatkan sarapan. Tapi semua ekspektasinya langsung jatuh ke dasar jurang. "Nona Flora sudah bangun?" Tanya John sambil tersenyum ramah. Flora tersenyum dengan canggung kemudian mengangguk kikuk. Dia tidak menemukan Liam ada di manapun. "Tuan Muda kebetulan ada urusan mendadak. Beliau sudah menyiapkan baju ganti untuk nona Flora. Margaret yang membelikan sambil pergi ke pasar tadi pagi, jadi Nona Flora tidak perlu khawatir. Nona boleh memilih untuk sarapan terlebih dahulu atau mandi terlebih dahulu. Setelah sarapan, saya di perintahkan untuk mengantar Nona kemanapun Nona mau." John menjelaskan dengan lembut, sementara Margaret tersenyum dengan ramah dari arah dapur. "Apakah Liam sudah berangkat ke Inggris?" Tanya Flora terdengar kecewa. John tersenyum mendengar pertanyaan yang di lontarkan Flora. "Pesawat Tuan Muda, terjadwal nanti sore jam tujuh malam Nona. Sekarang Tuan Muda sedang ada urusan dengan beberapa rekan bisnisnya dan kemungkinan tidak bisa menemani Nona Flora seperti yang sudah di janjikan. Karena itu, sebagai kompensasi, Tuan Muda meninggalkan kartu kreditnya untuk mengabulkan semua hal yang Nona inginkan. Tuan Muda mengatakan, Nona boleh menggunakannya sesuka hati sampai jam empat sore." Balas John ramah. John dan Margaret berpikir Flora akan senang karena Liam memberikan kartu kredit tanpa limit sekalipun hanya beberapa jam saja, tapi keduanya kemudian tersenyum sambil saling pandang sesaat setelah mereka melihat raut wajah kecewa Flora. "Apakah dia berencana akan langsung ke Bandara setelah pulang dari urusannya?" "Benar Nona!" "Si b******k menyebalkan!" Flora bergumam lirih, tapi John dan Margaret bisa mendengarnya. "Lihat saja! aku akan menghabiskan uangmu kali ini." Tambah Flora lagi dengan raut wajah jengkel. "Kalau begitu, saya mandi dulu saja." "Silahkan Nona Flora, ini baju gantinya." Balas John sambil menyerahkan Papper Bag dengan logo merek mahal kepada Flora. "Gila! Harga satu set baju ini, dua kali lipat uang semesterku." Flora bergumam seorang diri setelah selesai mandi dan membuka baju yang di siapkan Liam untuk dia pakai. "Dasar orang kaya!" Flora terkekeh senang sambil melihat pantulan dirinya di kaca sambil memakai baju baru yang Liam belikan. "Lumayan! Ternyata aku bisa cantik. Aku hanya butuh uang saja." Kekehnya seorang sendiri sembari menyibakkan rambut panjangnya dengan sombong, kemudian terkikik sendiri. "Uang memang segalanya!" Ucap Flora sambil tersenyum lebar. Gadis itu kemduian keluar setelah mengikat rambutnya ekor kuda dan memakai make up natural. Margaret tersenyum manis dan mulai menghidangkan sarapan yang terlihat lezat. Seluruh pegawai Liam masih sebaik di kehidupan sebelumnya. Mereka melayani tamu Liam tanpa memandang status. Bisa dibilang, Flora hanyalah calon istri kontrak yang dibayar oleh Liam untuk memenuhi peran yang dibutuhkan laki-laki itu. Flora bukan anak emas orang kaya yang wajib untuk di hormati. Tapi sejak awal di perkenalkan, semua pegawai Lian tidak ada yang pernah berperilaku tidak sopan pada Flora. Sampai akhir, mereka bahkan melindungi Flora menggunakan nyawanya. Flora tidak akan pernah melupakan kebaikan semua orang yang sudah melindunginya di kehidupan lampau. Karena itulah, Flora akan berusaha untuk membuat pembunuhan itu tidak terjadi agar semua orang selamat. Sekalipun itu harus mengorbankan perasaanya pada Liam. *** "Menurut saya, toko ini leih baik jika Nona hendak membeli Tas." Ucap John memberi saran. Saat ini John, Margaret dan Flora sudah ada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta dan sudah berputar-putar sekitar satu jam, tapi Flora terlihat tidak fokus. Gadis itu berteriak penuh semangat ketika berangkat untuk berbelanja, tapi sesampainya di pusat perbelanjaan, Flora hanya melihat-lihat saja. Wajahnya tidak terlihat bersemangat. Karena itulah John merekomendasikan toko tas mahal karena Flora terlihat sedang melihat-lihat tas sambil memikirkan banyak hal. "Tidak bisa! setahuku toko ini hanya bisa menjual tas kepada orang-orang tertentu saja. Apalagi harganya membuatku takut." Balas Flora terlihat enggan. John tersenyum. "Kartu yang nona pegang, akan membuat pemilik toko mengosongkan pelanggan lain atau mengantar Nona ke ruangan Vip dan menawarkan banyak sekali koleksi mereka yang tidak bisa dijual pada sembarang orang." Ucap John membuat Flora menoleh dengan tertarik. "Benarkah?" Flora terlihat penasaran. "Bagaimana kalau kita masuk untuk membuktikan ucapan saya?" Ajakan John membuat Flora tersenyum penuh minat. "Baiklah! Ayo kita habiskan uang Liam." Ujar Flora kembali bersemangat. "Baik Nona. Ayo kita masuk!" Balas John diangguki Flora. Gadis itu langsung berjalan menuju toko tas mahal itu dengan penuh semangat. Flora kembali dibuat takjub oleh kekuatan uang. Semua ucapan John benar, Flora langsung di layani dengan sangat ramah, diajak ke ruangan lain yang hanya ada dirinya dan dua Bodyguardnya. Gadis itu bahkan langsung di layani oleh sang Manager. "Rupanya kartu ini sakti, kenapa aku tidak tahu di menyebalkan itu memiliki kartu sakti seperti ini?" Flora bergumam sendiri sambil menatap kartu hitam di tangannya itu sengan senyuman lebar. "Lima Ratus juta?" Flora berbisik pada John ketika mengetahui harga dari tas kecil yang di taksirnya. Wajahnya terlihat lucu dan menggemaskan menurut John dan Margaret, tapi dua orang itu tidak berani mentertawakan Flora. "Jika Nona suka, Nona bisa membelinya. Tuan Muda tidak akan marah." Ucap John menanggapi keterkejutan Flora. "Tapi Tas sekecil ini lima ratus juta?" Flora masih tidak percaya dengan apa yang saat ini ada di tangannya. "Kami akan membeli ini dan yang warna hitam, Tolong di bungkus." Putus John karena Flora masih diam saja sambil memandangi tas di tangannya. John bisa melihat bahwa gadis itu menyukai tas yang di pilihnya tadi. Liam berpesan John harus membelikan apapun yang Flora sukai, karena itu dia melakukannya. Tapi Flora langsung melotot sambil memegangi tangan John. "Ayo kita beli di tempat lain saja John." Flora berbisik pelan sekali. "Orang gila mana yang menghabiskan tujuh ratus juta untuk dua buah tas." bisiknya lagi dengan ekspresi yang menggemaskan. "Sudah saya bayar barusan Nona, karena itu tidak bisa di batalkan." Balas John santai sambil tersenyum. Tidak lama setelah itu pegawai yang tadi melayani Flora keluar dengan senyuman lebar sambil membawakan dua tas yang di pilih Flora setelah membungkusnya dengan rapih. "Kami tunggu kedatangan Nona selanjutnya." Ucap sang Manager ramah. "Aku tidak akan kembali ke sini seumur hidupku." Gumam Flora sambil mendesah. Matanya menatap dua Papperbag yang dibawa oleh John dengan perasaan sayang. "Tujuh ratus juta setidaknya bisa untuk membeli rumah." Dengusnya menyesal. Margaret yang sejak tadi memperhatikan hanya tersenyum. Margaret mulai mengerti kenapa Tuan Muda yang dia layani bisa terlihat begitu tertarik pada gadis biasa seperti Flora. "Ini hanya sebuah saran dari orang yang lebih tua jika Nona tidak keberatan. Tas dengan merek ini bisa Nona gunakan untuk investasi. Kedepannya, Tuan Muda tidak akan ada di Indonesia selama kurang lebih empat tahun kedepan. Saat ada keadaan mendesak, Nona bisa menjual tas ini. Harganya tidak akan turun terlalu jauh. Ada waktu-waktu bisa naik, karena yang tadi Nona beli adalah tas Limited Edison." John menjelaskan, setelah mereka sampai di sebuah Restoran mewah untuk makan siang. "Tapi aku tidak enak pada Liam karena menghabiskan sebanyak itu hanya untuk membeli tas." Desah Flora dengan raut wajah tidak enak. "Tuan Muda tidak membatasi jumlah uang yang bisa nona pakai hari ini, karena itu Nona tidak perlu Khawatir. Saya akan menjelaskan pada Tuan Muda ketika kami bertemu nanti." "Tapi bagaimana kalau uang Liam habis? Dia baru saja membayar satu setengah milyar untuk hutang orang tuaku. Dan sekarang aku malah seperti memerasnya." Flora tetap merasa tidak enak. "Uang Tuan Muda tidak akan habis sekalipun Nona membeli semua Tas di dalam toko tadi." Kekeh John geli. Mata Flora langsung membulat dengan menggemaskan. Ekspresi kagetnya benar-benar sangat menghibur. John jadi mengerti kenapa Liam sangat suka menggoda calon istrinya itu dengan kata-kata yang menyebalkan. "Apakah calon suamiku sekaya itu?" Tanya Flora setengah berbisik. John mengangguk sambil tersenyum. "Luar biasa! bagaimana manusia bisa memiliki uang sebanyak itu? aku jadi ingin berguru pada Liam. Siapa tahu aku bisa jadi kaya raya di usia muda juga." tambah Flora lagi sambil memperhatikan struk pembelian kedua tas mahal miliknya itu. John belum sempat membalas ucapan Flora, ketika tiba-tiba ada yang menabrak mobil yang mereka tumpangi. Flora hendak berteriak ketakutab, tapi tangan John sudah lebih dulu membungkam mulutnya. "Perjalanan selanjutnya mungkin tidak akan mulus Nona, saya minta maaf jika Nona tidak nyaman." Ucap Margaret dari bangku penumpang. Flora belum sempat bereaksi ketika Margaret kembali melajukan mobilnya dan menabrak bagian depan MObil yang menabrak mereka. Membuat beberapa orang yang baru keluar dari mobil itu terpental. "Nona akan baik-baik saja jika mengikuti intruksi saya. Nona mengerti kan?" Tanya John tetap tenang. Flora mengangguk dan air mata mulai berjatuhan di pipinya. Tubuhnya gemetaran hebat. Flora kembali mengingat tragedi menakutkan yang membuatnya terbunuh di kehidupan sebelumnya. "Apakah aku akan mati secepat ini?" Tanyanya pada dirinya sendiri sebelum semuanya menjadi gelap dan dia tidak sadarkan diri. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN