"Orang tua angkat Nona mengirimkan orang untuk menculiknya Tuan Muda. Sepertinya mereka berencana menjual Nona Flora pada seorang__"
"b******k!" Terdengar suara Liam mengumpat dengan nada kemarahan yang terdengar jelas di telinga Flora. Gadis itu tersadar sudah ada di dalam kamar yang dia tempati di Apartemen Liam.
"Mereka meretas nomor Nona Flora sehingga mereka bisa menemukan keberadaan Nona yang sedang bersama kami. Tapi saya sudah membereskan orang-orang itu." Terdengar kembali suara John menjelaskan.
"Di retas?" Flora bergumam seorang diri lalu mulai memutar otaknya. Bagaimana ponselnya bisa diretas? pertanyaan itu berputar-putar di kepala Flora sekarang. Lalu gadis itu bangkit dari posisi tidurnya dan nyaris berteriak karena teringat sesuatu. "Mariana psikopat sialan!" Umpatnya kesal. "Bisa-bisanya aku tertipu." Kesalnya.
Pada malam hari saat Flora menginap di rumah Liam, Mariana mengirimi dia pesan. Tapi karena Flora tidur lebih cepat, gadis itu baru membukanya keesokan harisnya setelah dia selesai mandi.
Isi pesannya adalah sebuah Link Video yang di kirimkan oleh Mariana. beserta beberapa kalimat yang meminta Flora untuk membuka link itu. Judul dari link itu adalah judul dari sebuah makalah yang sebelumnya sudah dua gadis itu diskusikan bersama, karena itu Flora tidak curiga ketika membukanya.
Tapi ketika Flora membuka Link itu, isinya bukan materi kuliah melainkan sebuah video aneh yang Flora tidak bergitu paham. Mariana berdalih dia salah mengirimkan Video, dan kembali mengirim Video yang benar setelah beberapa menit.
Flora membuka video aneh itu, saat dia sudah di dalam perjalanan bersama John. Kemungkinan karena dia memasuki toko tas mahal dengan keamanan yang luar biasa orang suruhan orang tuanya itu tidak bisa melakukan aksinya untuk menculik Flora. Dan baru melancarkan aksinya saat mobil yang dikendarai Margaret sudah memasuki lorong jalan yang gelap dan tidak terlalu ramai.
"Kenapa aku tidak sadar tentang hal ini? Bukankah di kehidupan sebelumnya juga kejadiannya mirip seperti ini? Rupanya semua kejadian, tetap kembali ke jalurnya sekalipun banyak hal sudah aku rubah." Flora bergumam seorang diri sambil kembali mengingat hari dimana dia dikejar-kejar oleh orang-orang itu. Flora pikir, Bastian adalah mata-mata orang tuanya yang memberitahukan lokasi Flora saat percobaan penculikan itu karena sikap Bastian yang aneh dan beberapa petunjuk. Tapi Flora baru mengingat bahwa hari itu kejadiannya hampir mirip dengan sekarang.
Mariana mengiriminya Link aneh tentang tugas yang tentu saja membuat Flora tidak curiga. Lalu malamnya hal itu terjadi. Anehnya orang-orang suruhan orang tuanya selalu menemukannya kemanapun Flora melarikan diri. Jika waktu itu John tidak datang, jiwa waktu itu Liam tidak menjawab telponnya, maka Flora yakin dia akan tertangkap dan berakhir di jual pada laki-laki tua bangka hidung belang.
Di kehidupan kali ini banyak hal berubah termasuk pertemuannya dengan Liam dan faktor-faktor lain. Dan mengingat orang tua angkatnya mendapatkan uang lebih banyak dibanding di kehidupan sebelumnya, Flora pikir penculikan ini tidak akan terjadi. Tapi ternyata dia salah, keserakahan orang tua angkatnya sudah sampai ke tulang. Atau jangan-jangan penculikan ini motifnya bukan hanya untuk menjual Flora?
"Tuan Muda, menurut saya akan berbahaya jika kita meninggalkan Nona Flora seperti ini selama empat tahun sebelum pernikahan. Bagaimana kalau kita..."
"Aku tidak mau! Pokoknya aku tidak mau menikah sebelum aku lulus kuliah. Itu harga mati dan jika kamu melanggar kamu harus bayar enam milyar." Teriak Flora lantang setelah berlari keluar dari kamar dan membuak pintu dengan keras. Liam, John, Margaret dan dua pengawal lain otomatis langsung menoleh ke arah Flora dan membuat gadis itu sedikit malu.
"Siapa yang mau menikahimu sekarang huh? dari mana asal kepercayaan dirimu itu? Untuk apa aku melakukan sampai sejauh itu hanya untuk calon istri kontrakku?" Nada suara Liam terdengar dingin sekali membuat Flora langsung mengatupkan bibirnya menahan sakit di hatinya. "Antar dia pulang John! Dia sudah tidak perlu ada di sini." Liam menambahkan kemudian masuk ke kamarnya dan membanting pintunya keras sekali.
"Sebenci itukah dia sama aku sampai sejijik itu menikah denganku? Apa yang ada dikepalanya hanya uang saja?" Liam bergumam lirih sambil menyugar rambutnya frustasi.
Liam sendiri tidak begitu paham kenapa dia bisa semarah itu hanya karena mendengar keberatan Flora tentang pernikahn yang terdengar sangat serius di telinganya. Tapi John dan Margaret mengetahui alasan kenapa Tuan Muda mereka yang di depan Flora selalu manis bisa berubah jadi sedingin itu.
"Tuan muda sedang banyak pikiran, penerbangannya juga dibatalkan karena beberapa alasan. Karena itu Tuan Muda jadi sedikit sensitif dan pemarah." John berusaha menjelaskan sebisanya agar Flora tidak terlalu marah. Tapi John sedikit kaget melihat gadis itu menangis sekarang.
"Aku juga tahu kalau aku harus pulang. Kenapa harus mengusirku sejahat itu? Aku nggak akan menempel di sini seperti ulat sekalipun rumahmu bagus seandainya kamu menyuruhku pulang baik-baik. Dasar b******k sialan! Memangnya kamu siapa huh?" Teriak Flora sambil menangis. Suaranya lantang sekali dan membuat Liam kaget. Laki-laki itu tidak menyangka bahwa ucapannya akan membuat Flora menangis seperti itu. Sekarang Liam merasa bersalah tapi terlalu malu untuk keluar dan meminta maaf. "AKu tidak butuh tas mahal yang kamu berikan itu, aku tidak butuh uangmu. Buang aja ke Neraka!" Teriak Flora lagi kemudian mengambil tas miliknya dan keluar dari Apartemen itu sambil menghentakkan kakinya. Di mata John dan Margaret, sikap Flora ketika marahpun masih menggemaskan. Dua pegawai Liam ini memang sudah benar-benar mendukung hubungan tuan mereka dengan gadis bernama Flora yang sebelumnya mereka pikir matre itu.
"Biar saya antar Nona Flora, bagaimanapun__"
"Jangan peduli padaku! jangan bicara padaku! dan jangan ikut campur urusanku. Urus saja Tuan Muda menyebalkanmu itu. Aku bisa pulang sendiri! aku punya kaki!" Potong Flora jengkel.
"Nona, saya tahu Nona sedang marah. Tapi bagaimana kalau Nona__"
"Apa? kamu mau meeminta aku memaafkan sikap Tuan Mudamu yang menyebalkan itu? Jangan harap! sekalipun dunia ini kiamat, aku tidak akan memaafkannya." Teriak Flora jengkel. John mati-matian menahan senyum gelinya.
"Maaf Nona, tapi saat ini Nona hanya menggunakan piama yang semalam Margaret gantikan. Piama itu sedikit kekanakan karena hanya piama itu yang bisa Margaret temukan secara mendesak semalam, jadi__"
"Memangnya kenapa kalau jalan pakai Piama, ini tidak buruk. Baju ini masih sopan." cicit Flora dengan wajah sedikit memerah. Gadis itu sadar seberapa memalukan piama yang dia kenakan sekarang karena memiliki ekor. Tapi dia sudah terlanjur marah-marah sehingga dia malu jika menuruti ucapan John. Dan dia menjadi semakin malu melihat raut wajah John yang berusaha menahan senyum.
"Tapi Nona__"
"Suruh dia masuk dan ganti baju John. Jika dia keras kepala, seret dia masuk." Teriakan lantang Liam terdengar di telinga Flora dan membuatnya jengkel. Gadis itu menendang pintu dengan keras sampai membuat John, Liam dan beberapa pegawal laki-laki itu kaget.
"Tidak mau! memangnya anda siapa Tuan Muda? seenaknya saja mengatur hidupku huh? Aku akan mengembalikan uang satu setengah milyarmu dalam empat tahun kedepan sehingga kita tidak perlu menikah." Ucap Flora jengkel.
"Lalu kamu akan mengibaskan ekormu pada semua orang yang kamu temui dalam perjalanan pulang? kamu pikir mereka akan memberikan kamu satu setengah milyar jika kamu melakukannya?" Balas Liam juga jengkel sebab ucapan Flora terdengar seperti wanita itu tidak mau menikah dengannya.
"Memangnya kenapa kalau aku mengibaskan ekorku? Kamu tidak berhak ikut campur tentang hidupku karena kontrak pernikahan kita baru akan dimulai empat tahun lagi." Flora berteriak jengkel.
"Maka aku akan mencongkel mata mereka semua yang melihat kamu memakai piama berekor ini." Balas Liam dingin. Flora melangkah dengan pasti ke arah Liam dengan ekspresi sangat marah, setelah itu sebuah tamparan pedas mendarat di pipi Liam.
"Flora ayo pul__" Justin yang sebelumnya memang hendak bertemu dengan Liam di lantai bawah langsung di hubungi oleh laki-laki itu untuk naik dan mengantar Flora pulang. Sekalipun dia marah, Liam tidak bisa membiarkan Flora pulang sendiri sementara gadis itu menolak diantar oleh John. Tapi begitu sampai, Justin malah melihat adegan kemarahan Flora dan sebuah tamparan keras yang mengenai pipi Liam.
Semua orang kaget, termasuk Liam sendiri juga sangat kaget. "Jangan pernah hubungi aku sebelum pernikahan kita empat tahun lagi. Aku tidak sudi berkirim chat dengan laki-laki yang mengira aku akan menjual diri hanya karena aku memakai piama berekor. Kita bukan siapa-siapa dan tidak saling mengenal sebelum kita menikah kelak!" Teriak Flora marah sekali. Setelah itu dia berjalan cepat ke dalam kamar, di sana sudah ada baju ganti yang di siapkan oleh Margaret tapi Flora memilih menggunakan lagi baju yang dia pakai untuk datang kemarin. Setelah selesai berganti baju, Flora berjalan cepat sambil melirik Liam marah dan menarik tangan Justin untuk pulang.
Di dalam Mobil Justin Flora menangis sejadinya. Dia sakit hati sekali dengan ucapan Liam yang terasa sangat dingin itu. Flora tidak peka bahwa Liam sebenarnya sangat perhatian dengannya karena tertutup emosi.
"Aku benci dia Jus! Aku benci banget sama calon suamiku." Isak Flora terus menangis sambil sesekali mengomel dan menyumpahi Liam. Tapi Justin tahu, Flora sebenarnya tertarik dengan laki-laki yang hendak menikah kontrak dengannya itu. Dan Justin juga tidak membenci Liam, karena di belakang Flora, Justin tahu Liam banyak membantu gadis itu.
"Gue kalau lagi emosi juga kadang suka ngomong yang nyebelin kan? Kalian berdua hanya sedang emosi. Redakan dulu emosi kamu, setelah itu kalian bicarakan baik-baik masalah ini. Aku yakin ini hanya masalah sepele. Jangan melakukan hal yang nantinya akan kamu sesali Flo." Balas Justin Bijak. Tapi setelah itu Flora malah semakin menangis dan terus mengomel sehingga Justin memilih diam.
Tapi keesokkan harinya, bersamaan dengan paket tas dan baju-baju yang dibelikan Liam, Flora mengetahui bahwa calon suaminya itu sudah pulang ke inggris. Kesempatan untuk berbicara setelah emosinya mereda seperti yang dikatakan Justin, langsung hilang. Justin lagi-lagi benar, Flora menyesal sudah menuruti emosinya kemarin. Padahal Liam selama ini sangat baik padanya, sekalipun mulutnya sangat menyebalkan.
***