"Siapkan penerbangan ke Batam, malam ini juga!" Ucap Liam, sesaat setelah Flora pergi bersama Justin. Perasaan Liam campur aduk, tapi dibanding semua itu, keselamatan Flora kedepannya tetap menjadi prioritasnya.
"Tuan muda bagaimana kalau diobati dulu luk__"
"Apa aku terlihat jelek?"
"Huh?" John terkejut karena Liam tiba-tiba memotong ucapannya dengan pertanyaan yang tidak terduga. "Ma-mana mungkin Tuan Muda jelek." Balas John sedikit terbata.
Liam bukan tipe orang yang akan menanyakan hal semacam ini. Dan setahu John, tuan mudanya itu juga bukan tipe orang yang akan mmbiarkan siapapun menyentuh wajahnya. Melihat Liam tidak bereaksi dan malah memberikan tanda agar semua orang tidak ikut campur saat Flora menamparnya, John sepenuhnya menyadari bahwa perasaan Liam pada Flora lebih dalam dibanding yang John dan Margaret bayangkan selama ini. Apalagi perasaan itu sampai mengusik ketenangan seorang Liam yang selalu tenang dalam menghadapi masalah.
"Tapi kenapa dia terlihat benci sekali hendak menikah denganku?" tanya Liam lagi dengan ekspresi bingung dan kesal. John tersenyum senang, karena Tuan Mudanya yang berharga, akhirnya bisa merasakan emosi memusingkan bernama cinta yang John pikir akan sulit Liam dapatkan momennya. Apalagi dia adalah seorang pangeran yang pernikahannya pun akan diatur demi kepentingan negara.
Menurut John, jatuh cinta adalah sesuatu yang berharga dan biasanya tidak akan berhasil di kalangan Bangsawan yang lebih memintingkan politik dibanding perasaan pribadi. Tapi setidaknya, sekali seumur hidup, Liam perlu merasakan emosi ini agar dia bisa memiliki kenangan yang berharga, sekalipun Liam tidak bisa hidup demi keinginannya sendiri di masa depan. Kira-kira itu yang ada di pikiran John selama ini.
John sudah mengetahui mengenai rencana pelarian Liam sepenuhnya. Dia juga akan menjadi pihak yang terlibat dalam pelarian itu. Tapi entah kenapa, John memiliki keyakinan bahwa Tahta, akan tetap menjadi milik Liam di masa depan sekalipun perjalanannya mungkin tidak mudah.
"Nona Flora masih sangat muda, dan emosinya juga belum stabil. Di tambah lagi, Tuan Muda juga tadi sedikit emosi dan menyentuh titik sensitifnya sebagai remaja. Jika Nona tidak menyukai Tuan Muda, mana mungkin dia terlihat kecewa ketika bangun pagi dan Tuan Muda tidak ada. Beliau juga terlihat tidak terlalu senang ketika kami ajak berbelanja. Menurut saya, dibandingnya diberikan akses pada Kartu Kredit tanpa batas, Nona Flora lebih mengharapkan tawaran Tuan Muda yang sebelumnya. Selain itu, Tuan Muda juga mengetahui kalau Nona Flora sudah lama ingin keluar dari kampung halamannya. Kota ini adalah kota pertama dimana akhirnya Nona bisa hidup lebih bebas. Karena itu menurut saya alasan kenapa Nona mengatakan tidak ingin menikah cepat-cepat karena Nona ingin menikmati masa kuliahnya bersama teman-temannya." Ucap John memberikan pendapatnya. Wajah Liam terlihat sedikit melembut.
"Kalau begitu, aku akan menghormati keinginannya untuk tidak ingin di hubungi selama empat tahun kedepan. Tapi aku tetap tidak bisa melepasnya bebas begitu saja. Panggil Patty dan Peter untuk mengawasi kucing nakal itu. Dan pastikan agar dia pindah dari tempat itu secepatnya!" Perintah Liam diangguki John.
"Baik tuan muda," jawab John patuh.
Tidak sampai tiga puluh menit, John dan Patty sudah menghadap Liam yang terlihat masih memikirkan tentang tamparan Flora di pipinya yang mulus itu.
"Kirimkan paket ini ke Unit Flora besok pagi. Dan beri tahu dia kalau aku sudah kembali ke Inggris. Selanjutnya keamanan dan kebutuhannya akan menjadi tanggung jawab kalian berdua. Kalau calon istriku sampai lecet sedikit saja, kalian tahu bahwa bukan hanya kalian yang akan menghilang dari dunia ini tapi juga orang-orang yang kalian sayangi. Mengerti?" Ucap Liam pada Patty dan Peter. Dua orang kepercayaanya yang juga sudah bersamanya sejak kecil seperti John.
Patty dan Peter kebetulan memang sedang ada di Indonesia untuk menyelesaikan urusan mengenai bisnis yang akan Liam geluti dalam pelarian kelak. Dua orang itu adalah bagian dari pasukan bayangan yang di ketuai oleh John. Pasukan keamanan yang sudah Liam bentuk diam-diam sejak dia masih muda dulu.
John dan Margaret kembali dibuat kaget karena Liam sampai menyuruh dua pasukan bayangannya, hanya untuk menjaga calon istri kontraknya. Dua orang itu menjadi semakin yakin bahwa perasaan Liam pada Flora bukanlah perasaan bisnis belaka, tapi benar-benar perasaan cinta.
Tapi, keduanya juga memendam kekhawatiran, sebab mereka tahunya Flora hanyalah rakyat biasa yang kemungkinan akan di tolak oleh Orang Tua Liam kelak. Hanya saja, melihat Liam terlihat bahagia, mereka tidak berani menghalangi kedekatan calon pasangan kontrak itu.
"Baik yang mulia!" Balas Peter dan Patty tanpa ragu sedikitpun.
"Jangan gunakan panggilan itu ketika di sini, panggil aku Tuan Muda seperti yang dilakukan John. Apalagi di depan Flora." Perintah Liam lagi.
"Baik Tuan Muda!"
"Kalian bisa menghubingi Justin untuk hal-hal yang tidak bisa diberitahukan pada Flora. Dia orangku." Perintah Liam yang terakhir sebelum dia melangkah keluar dari Unitnya hendak menuju Bandara.
***
Wajah yang dingin dan tidak berperasaan, rambut tidak terlihat rapih, lengan kemeja yang di gulung hingga siku sertabau asap rokok yang memenuhi seluruh ruangan. Semua tanda itu membuat John dan Margaret langsung tanggap bahwa saat ini Cedric sedang tidur dan Liam yang asli sedang bangun. Keduanya saling pandang dengan penuh waspada.
"Selamat pagi tuan Liam, John ingin melaporkan keadaan." John jadi jauh lebih kaku jika di hadapan Liam sebab kepribadian lain milik Cedric ini, tidak selembut Cedric dan tidak suka basa-basi.
"Bawakan mereka berdua ke hadapanku sekarang juga! Aku tidak peduli dalam keadaan hidup atau mati." Ucap Liam dingin.
"Tapi Tuan Muda, di sini kita tidak boleh sampai mel__"
"Berisik!" Teriak Liam lantang. "Aku tidak membutuhkan ocehanmu pagi ini Johny sialan! Bawakan orang yang hendak menjual Floraku yang manis ke hadapanku. Aku memberimu waktu tiga puluh menit. Jika dalam tiga puluh menit dua anjing sialan itu tidak ada di hadapanku, aku akan meledakkan rumahnya agar dia menghilang dari dunia ini beserta keluarganya." Geram Liam dengan nada mengancam.
"Kami akan membawa mereka ke hadapan anda secepatnya Tuan Muda." Balas John patuh.
"Baiklah! tanganku sudah gatal untuk mengukir tubuh mereka menggunakan pisau baruku yang cantik." Ucap Liam sambil tersenyum menyeramkan. Setelahnya dia kembali menyalakan rokoknya dan berdendang lirih. "Kira-kira Floraku yang manis sedang apa yah sekarang? Apa perlu aku kirimkan Video penyiksaan orang tua jahatnya agar dia senang?" Liam bergumam seorang diri sambil menatap foto Flora yang ada di ponsel Cedric.
"Tuan Muda, jika anda sampai membuat masalah, maka Tuan Cedric yang akan menanggung akibatnya. Anda tentu saja tahu kalau Tuan Cedric tidak boleh sampai melakukan hal-hal yang kejam bukan? Nona Flora juga bukan orang suka kekerasan, dia akan membenci anda jika anda sampai mengirimkan Video semacam itu." John kembali berbicara. Membuat Liam berbalik sambil menatap pelayannya itu dengan sebal.
"Kenapa semakin hari kamu semakin berisik Johny? Tutup saja mulut cerewetmu itu karena telingaku gatal setiap kali mendengar kamu mengoceh." Liam terdengar kesal.
Waktu pertama kali melihat Liam terbangun di tubuh Cedric, John merasa seperti tersambar petir. Bagaimana dia tidak kaget ketika mendengar Tuan Mudanya yang baik hati dan sopan memanggilnya dengan sebutan si b******k. Setelah itu Liam mengamuk dan memukuli salah satu Bodyguard yang merupakan seorang mata-mata. Laki-laki itu sampai nyaris meninggal jika John dan anak buahnya tidak menghentikkan Liam secara paksa.
Keesokan harinya setelah John berhasil membereskan masalah itu dengan tenang, Cedric akhirnya bangun dan menceritakan segalanya. John merasa menyesal karena dia tidak tahu lebih awal. Rupanya Liam selama ini menyembunyikan kepribadian gandanya itu dari semua orang. Hanya Damian dan Willy Knight yang tahu tentang rahasia itu.
Dan John mulai paham alasan dan kapan Liam akan terbangun setelah beberapa bulan ini dia membantu Cedric mempersiapkan pelariannya. Liam akan keluar jika terjadi sesuatu yang buruk pada orang-orang terdekat Cedric. Seperti yang sedang terjadi sekarang ini.
Setelah John memberikan hasil penyelidikannya tentang percobaan penculikan Flora, Cedric terlihat sangat marah dan jadi pendiam. Pagi harinya, yang keluar dari kamar bukanlah Cedric melainkan Liam.
Kepribadian lain dalam tubuh Cedric ini seolah berperan jadi tokoh jahat yang tidak mampu dilakukan Cedric. Liam dan Cedric seolah tercipta sebagai dua kepribadian yang berlawanan. Cedric si baik hati, rapih dan tatat aturan. Sementara Liam adalah si jahat yang kejam, berantakan, dan suka melanggar aturan.
Tidak semua kejahatan akan memicu terbangunnya Liam dari tidur lelapnya. Hanya kejahatan yang menurut penilaian Liam sangat membuatnya marah saja yang bisa menjadi pemicu bangunnya Liam. Dan apa yang dilakukan oleh Orang Tua Angkat Flora bukannya hanya menyulut amarah Cedric yang tenang saja, tapi laki-laki yang baik hati itu bahkann sampai berteriak dengan umpatan saking kesalnya. Dan setelah mendengar umpatan itu, John dan Margaret langsung bisa tahu bahwa kemungkinan Liam akan terbangun.
"Anda akan kehilangan Nona Flora jika anda melewati batas kali ini." John berucap tegas. Dia tidak akan membiarkan rencana yang sudah di susun Cedric dengan susah payah hancur begitu saja karena kekejaman Liam.
"Baiklah, baiklah! Aku tidak akan membuat mereka berdua mati! Puas?" Liam mendengkus dengan jengkel. "Tapi setelah semua ini selesai, pertemuakan aku dengan Flora. Bukankah aku harus berkenalan dengan calon istriku? Aku juga bagian dari Cedric kan?" Liam menambahkan dengan senyuman lebar tersungging dengan menyeramkan di bibirnya.
"Tuan Liam, saya tidak bisa mengabulkan permintaan anda yang ini. Sudah ada perjanjian antara Tuan Cedrik dan Nona Flora untuk tidak saling berhubungan sampai tiba hari pernikahan mereka. Lagipula Patty juga sudah mengabari Nona Flora kalau Tuan Muda sudah kembali ke Inggris." Tolak John dengan tegas tapi tetap sopan.
"Dasar pelit." Cibir Liam kesal. Tapi laki-laki itu tidak melakukan protes apapun setelahnya, sehingga John menganggap Liam memahami ucapannya dengan baik. Beberapa menit kemudian salah satu anak buah John datang dan mengabarkan bahwa orang tua Flora sudah datang. Mendengar hal itu, Liam langsung tertawa dengan menyeramkan. Seolah mainan baru yang sedang dia tunggu-tunggu, akhirnya datang dan bisa dia mainkan sesuka hatinya.
John menghembuskan napasnya dengan khawatir, melihat Liam beranjak dari kursinya sambil mendendangkan lagu kesukaanya. John berdoa di dalam hatinya. Semoga saja, kali ini, Liam benar-benar mendengarkan ucapannya tadi dengan sungguh-sungguh agar Cedric tidak terkena masalah.