Part 37

1612 Kata
Jessica berdecak kesal mendengar penuturan Reyhan. Makin lama laki-laki itu makin terlihat menyebalkan di matanya. Kalau dalam kehidupan Devan, Reyhan ini mirip sekali dengan sahabatnya bernama Zayn. "Dih, apaan, sih! Geer banget!" cibir Jessica. Namun Reyhan justru tertawa puas mendengar penuturan wanita di hadapannya itu. Entahlah, rasanya senang sekali bisa membuat Jessica kesal. "Beneran nih, enggak mau? Kalau mau bilang aja biar gue suapin?" "Enggak, makasih!" Jessica langsung menolak mentah-mentah tawaran Reyhan. Lagi pula siapa yang mau disuapi oleh seorang pria. Devan yang berada dalam wujud Jessica itu pun bergidik ngeri membayangkan jika betulan ia disuapi oleh Reyhan. Reyhan mengerutkan keningnya melihat Jessica bertingkah aneh. "Kenapa?" Sadar atas apa yang dilakukannya, Jessica pun segera mengontrol dirinya dan kembali menampakan raut juteknya. "Eh, enggak kenapa-kenapa!" Walaupun sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, mata Reyhan masih tetap tertuju pada Jessica. Ia memperhatikan setiap lekukan wajah wanita itu. Satu kata yang dapat mendeskripsikan seluruh kekagumannya pada Jessica, yakni cantik. "Tumben diwarnai?" tanya Reyhan yang kembali memecahkan keheningan di antara mereka. Jessica mengangguk lalu tangannya mencomot permen kapas yang Reyhan pegang. "Iya, mau coba gaya baru. Keliatan jelek, ya? Reyhan refleks menggelengkan kepalanya. "Eh, kata siapa? Cocok tahu, jadi makin kelihatan cantiknya." Mendengar itu Jessica hanya bisa merotasikan bola matanya malas. Para lelaki memang sama saja. Sama-sama suka modus pada perempuan lain, padahal mereka sudah punya pasangan. "Alah, gembey!" cibir Jessica seraya menyebikkan bibirnya. Reyhan berdecak mendengar respons Jessica yang jauh dari harapannya. "Udah baik dipuji aturannya bukannya bilang makasih kek, malah nyindir!" "Ini kita jalan bareng kayak gini enggak apa-apa 'kan?" tanya Jessica. Ia baru teringat dengan Natasha. Gadis itu 'kan masih berstatus sebagai tunangannya Reyhan. Ia tidak ingin setelah pulang dari taman bermain ini akan terjadi kesalah pahaman antara dirinya dan Natasha, dan menjadikan hubungan mereka merenggang. Reyhan sempat terdiam sebentar mencerna apa yang dikatakan Jessica barusan. Jika dipikir-pikir memang benar ia tidak seharusnya jalan berduaan di sini dengan Jessica tanpa persetujuan Natasha. Namun jika diingatkan kembali statusnya dengan Jessica, itu semua masih terdengar wajar karena ia dan Jessica hanya berstatus sebagai sahabat. Wajar 'kan jalan bareng sama sahabat? Yang enggak wajar itu jika mereka berdua memiliki hubungan khusus di belakang Natasha. "Emangnya kenapa? Enggak boleh ya, sahabatan jalan bareng kayak gini? Kita 'kan cuman kebetulan ketemu di sini dan mutusin buat jalan bareng, bukan niat selingkuh," balas Reyhan. Kini giliran Jessica yang terdiam setelah perkataan Reyhan barusan. Reyhan beralih menatap anak-anak yang duduk di tengah-tengah mereka yang sejak tadi anteng memakan permen kapas yang masing-masing berada di tangan mereka. "Nayla sama Felicia mau lanjut main atau habisin permen kapas dulu?" "Lanjut main!" jawab Nayla tanpa ragu. Anak perempuan itu memang sangat aktif sekali. "Habisin permen kapas," balas Felicia yang masih terlihat santai memakan lembar demi lembar permen kapas di tangannya. "Ya udah, Jes, kalau gitu gue sama Nayla mau lanjut main," ucap Reyhan. "Ya udah sana!" usir Jessica. "Nanti gue ke sini lagi," balas Reyhan. "Enggak usah ke sini lagi juga enggak apa-apa," kata Jessica. "Pokoknya lo jangan ke mana-mana, kalau mau pergi dari sini jangan lupa handphone-nya diaktifin sama jangan di silent biar gue gampang ngehubunginya," balas Reyhan tanpa memedulikan respons Jessica. Sedangkan Jessica, ia menunggu Felicia menikmati permen kapas, Reyhan dan Nayla terlebih dahulu lanjut bermain. Tidak ada lima menit, ponsel Jessica tiba-tiba berdering, setelah dicek ternyata yang menelponnya adalah Reyhan. "Halo?" "Ada atraksi badut nih di sini," kata Reyhan di seberang sana. "Di sebelah mana?" "Di dekat bianglala, area paling belakang," jawab Reyhan yang sudah stay di sana bersama si kecil Hana. "Oke, gue ke sana sekarang." Setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas, Jessica langsung menatap Felicia. "Kata Om Reyhan di belakang sana ada atraksi badut, Felicia mau lihat enggak?" tanya Jessica. Anak yang sedang fokus menikmati permen kapasnya itu sontak mengangguk semangat. "Mau! Tapi permen kapasnya belum abis," ucap Felicia dengan wajah memelasnya yang semakin membuat anak itu terlihat gemas di mata Jessica. "Bisa dimakan nanti. Sini biar Aunty ikat bungkusnya. Kalau tetap dibuka, permen kapasnya jadi jelek," kata Jessica yang tentunya hanya karangannya saja. Felicia langsung memberikan permen kapas yang dipegangnya kepada Jessica. Setelah benda itu sudah ditutup, Jessica segera mengajak anaknya berjalan ke area bagian belakang taman bermain itu. "Aunty mau naik itu," pinta Felicia sambil menunjuk bianglala. "Iya nanti, naik bianglalanya terakhir sebelum pulang, ya?" Jessica mencoba menego. "Oke!" Melihat adanya banyak orang yang berkumpul di bawah wahana kora-kora, Jessica yakin jika di sanalah para badut beratraksi. Dan Tanpa mencari keberadaan Reyhan, Jessica langsung mengajak Felicia masuk ke kumpulan orang-orang itu. "Loh, udah sampai," ucap orang di samping kiri Jessica. Saat Jessica melihat ke kiri, ternyata orang yang berdiri di sampingnya adalah Reyhan dan Nayla. "Loh, kok malah ketemu lagi," balas Jessica yang terdengar malas. Ia malas harus berpas-pasan kembali dengan laki-laki itu. Padahal susah payah ia menghindari keberadaan laki-laki itu. "Emang kenapa kalau kita ketemu lagi?" tanya Reyhan. "Ya enggak apa-apa, cuman nanya doang," jawab Jessica. Jessica menghadap ke depan, memperhatikan para badut di depannya beratraksi memainkan bola. Dan secara tiba-tiba, salah satu dari mereka berjalan ke arah dirinya, ralat, lebih tepatnya ke arah Felicia. Membuat anak kecil itu buru-buru membalikkan tubuhnya. "Aunty, takut!" Jessica malah tertawa. "Ngapain takut, badutnya mau ngasih Felicia bola itu. Diambil dong." Felicia memeluk kaki Jessica erat, kemudian menggelengkan kepalanya keras. "Enggak mau!" Karena Felicia berkata seperti itu, badut itu pun beralih ke Nayla. Berbanding terbalik dengan Felicia, Nayla justru menerima bola pemberian badut itu dengan senang hati. "Tuh, Nayla aja bera-" "Oke, sorry. Felicia, badutnya udah pergi tuh, enggak mau nonton lagi?" potong Reyhan. "Enggak! Mau main aja," jawab anak kecil itu. Reyhan dan Jessica terkekeh. "Ya udah ayo main lagi yuk, Nayla?" Nayla mengangguk dan Felicia kembali semangat. Setelah itu ke-empat orang tersebut pergi meninggalkan badut yang sedang beratraksi itu. "Aunty! Aunty! Mau main itu," pinta Felicia sambil menunjuk wahana kora-kora. Mata Jessica maupun Reyhan sontak melebar. "Anak kecil enggak boleh naik itu, yang lain aja, ya?" "Ya udah, Aunty sama om Reyhan aja yang main itu," ucap Felicia dengan lantangnya dan malah disetuju oleh Nayla. Jessica dan Reyhan saling berpandangan, lalu keduanya kembali menatap keponakan mereka. Astaga, kenapa keinginan anak kecil ada-ada saja. "Kalau Om sama Aunty main wahana itu, kalian gimana dong?" tanya Reyhan. Reyhan menatap Jessica dan perempuan itu mengedikkan bahunya acuh. "Yang lain aja ya? Kalian mau main apa?" Jessica mencoba mengubah keinginan keponakannya tersebut. Tak mungking ia menuruti keinginan Felicia. Siapa yang akan menjaga anak-anak jika ia dan Reyhan naik itu? "Enggak mau!" Jessica dan Reyhan pun kembali saling berpandangan. "Gimana, nih?" "Ya udah sebentar, gue telpon emaknya si Nayla dulu buat jaga mereka," ucap Reyhan, lalu ia meraih ponselnya yang ia simpan di saku kemejanya. Kebetulan mamanya Nayla masih berada di area taman bermain ini. "Kak, bisa masuk sebentar enggak? Nih bocil pengen gue main kora-kora, enggak ada yang jagain. Enggak diturutin malah ngamuk." "Ada-ada aja dah, ya udah bentar," balas ibu kandung Nayla di seberang sana. "Sip, buruan!" "Ya." Tak berselang lama sosok wanita cantik menghampiri mereka berdua dan mengajak Reyhan berbicara. Pasti itu adalah ibu kandungnya Jessica. "Jadi mamanya Nayla itu kak Citra," ucap Jessica. Sementara itu Citra cengengesan. "Iya, Jes. Aku mamanya Nayla." Dari mana Jessica tahu Citra? Jawabannya karena Jessica dan Citra sama-sama member dalam salah satu pusat kebugaran. Citra beralih menatap Reyhan. "Ini ada Jessica, kenapa lo nyuruh gue ke sini lagi?" tanyanya cukup kesal, karena ia sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya. "Masalahnya kita berdua yang disuruh naik sama dua bocil ini!" seru Reyhan. "Gusti, pantesan. Ya udah sana, anak-anak gue yang jaga!" "Ya udah, ayo, Jes!" Jessica mengangguk lalu dirinya dan Reyhan berjalan menuju loket pembelian tiket untuk wahana kora-kora. Tak perlu membutuhkan waktu lama, kini keduanya sudah duduk bersebelahan di atas wahana berbentuk kapal itu. Reyhan melirik Jessica yang mimik wajahnya terlihat cukup tegang. Kemudian bertanya, "takut lo, Jes?" Jessica menggeleng kaku. "Enggak, siapa juga yang takut?" "Kelihatan kali!" Dan secara tiba-tiba, tangan kiri Reyhan menggenggam tangan kanan Jessica yang berpegangan pada besi di depan mereka. "Enggak usah takut, kora-kora enggak semenyeramkan itu kok. Lebih sereman si Fika yang lagi ngamuk," canda Reyhan bermaksud membuat Jessica terhibur dan melupakan rasa takutnya. Lidah Jessica kelu, tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia benar-benar takut menaiki wahana ini, karena trauma pernah melihat kecelakaan saat orang-orang menaiki wahana itu. *** Sekitar pukul sembilan malam, sangat terlihat jika anak-anak sudah mulai bosan bermain. Oleh karena itu, kini sudah saatnya pulang. Namun sebelum itu, sesuai dengan janji Jessica dengan Felicia tadi bahwa ia akan mengajak anak itu naik bianglala sebelum pulang. "Felicia, jadi main biang lalanya enggak?" tanya Jessica. Felicia mengangguk semangat. "Jadi dong, Aunty!" Jessica tersenyum lalu beralih menatap Reyhan. "Rey, gue sama Felicia mau naik bianglala dulu. Kalau mau pulang duluan pulang aja enggak apa-apa." "Gue ikut!" "Terserah, kalau gitu gue beli tiketnya dulu," ucap Jessica. Namun saat wanita itu akan beranjak Reyhan menahannya dan memaksa jika ia yang akan membeli tiket masuk menaiki bianglala itu. "Ayo masuk," ajak Reyhan setelah kembali dari membeli tiket. Jessica mengangguk canggung, lalu keempat orang itu masuk bersama ke dalam satu bianglala. Wahana itu tidak langsung bergerak, melainkan masih harus menunggu beberapa menit terlebih dahulu. Menunggu sekitar satu menit, akhirnya bianglala itu pun bergerak, membuat dua orang anak yang ada di sana memekik senang. "Yeay! Terbang!" seru Nayla. Jessica terkekeh gemas lalu menoleh ke samping kanannya untuk melihat pemandangan kota dari atas sana. Seketika sebuah senyuman muncul menghiasi wajahnya. Sungguh, pemandangan di bawah sana terlihat sangat indah. Setelah puas memandangi pemandangan itu, ia beralih menatap Felicia yang duduk di samping Reyhan. Namun, bukannya menatap Felicia, matanya malah bergerak untuk menatap mata Reyhan yang kini sedang menatapnya juga. Pria itu tersenyum simpul, kemudian bibirnya mengucapkan satu kata yang membuat bulu kuduk Jessica merinding.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN