Part 38 : Reyhan Sakit

1660 Kata
Jessica melirik jam tangannya sekali lagi kemudian mengernyitkan alisnya. "Si Reyhan ke mana, dah? Sampai jam segini kok enggak muncul juga. Bikin khawatir aja," gumam Jessica yang tiba-tiba mencemaskan keadaan Reyhan yang tak kunjung juga muncul. Padahal sudah satu jam berlalu acara amal ini dimulai, namun sampai saat ini tidak ada tanda-tanda Reyhan akan muncul. Entah ke mana perginya laki-laki itu. Padahal ia dan Reyhan didaulat menjadi perwakilan Tiger Air untuk acara amal. Tangan Jessica bergerak mengambil ponsel miliknya di dalam tas, lalu mencari nama 'Capt Rey' di puluhan kontak yang dimilikinya. Setelah ia menemukan kontak Reyhan, dengan cepat Jessica pun menghubungi sahabatnya itu. Disambungan pertama Reyhan tidak mengangkat panggilan telepon darinya, begitu pun di panggilan selanjutnya. Entah apa yang tengah dilakukan Reyhan di sana sampai tak sempat mengangkat panggilan telepon darinya. Hingga panggilan yang ke-lima kalinya, barulah Reyhan mengangkat teleponnya. "Rey, lo ke mana aja, sih?! Gila, lo telat satu jam! Sekarang lo ada di mana?!" cecar Jessica. Ia benar-benar emosi karena Reyhan tidak datang diacara cukup penting ini bagi perusahaan. "Maaf." Dahi Jessica berkerut, suara Reyhan terdengar seperti orang yang baru bangun tidur. Juga, suaranya sedikit bindeng, mirip sekali seperti orang yang sedang sakit. "Rey, lo sakit?" tebak Jessica. Nada bicaranya kini sedikit menurun, tidak menggebu-gebu seperti tadi. "I-iya, gue enggak enak badan. Makannya gue enggak jadi datang ke acara amal itu. Maaf ya, enggak bilang sama lo sebelumnya. Tapi gue udah ngehubungi pak Haris tadi," jelas Reyhan dengan suara paraunya. "Ya ampun, emangnya lo sakit apa?" tanya Jessica. "Demam sama pilek biasa. Maklum 'lah, akhir-akhir ini cuaca lagi enggak stabil," jawab Reyhan. Jessica mengangguk menanggapi ucapan Reyhan, walaupun ia sendiri tahu Reyhan tidak mungkin akan melihatnya. "Makannya jangan makan sembarangan sama kalau ada waktu luang pakai buat istirahat, bukannya pakai main game sampai begadang!" omel Jessica. "Ya, maaf. Gue janji enggak akan kayak gitu lagi," balas Reyhan. Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka. Jessica kembali memperhatikan acara yang sedang berlangsung di depan sana. Sedangkan Reyhan sibuk memijat keningnya yang terasa pening. "Ya udah, kalau gitu lo istirahat gih, supaya cepat pulih dan kembali kerja. Jadwal flight udah menanti lo," titah Jessica. "Iya, lo juga jangan lupa istirahat," balas Reyhan. "Oh iya, lo udah sarapan belum?" Jessica baru ingat selama ini Reyhan tinggal di apartemen sendirian tidak menyewa pembantu. "Belum." Jessica menghela napasnya dalam mendengar jawaban Reyhan. Sudah ia duga, pasti Reyhan belum sarapan. Jangankan sarapan, bangkit dari ranjangnya pun ia sedikit ragu. "Kenapa? Lo 'kan lagi sakit, harusnya lo sarapan terus minum obat, lalu istirahat yang cukup," omel Jessica. "Gue enggak bisa bangkit dari ranjang. Kepala gue sakit banget kalau berdiri," keluh Reyhan. Lagi-lagi Jessica menghela napasnya dalam. Baiklah. Tidak ada pilihan lain selain menghampiri laki-laki itu ke apartemennya dan membuatkan atau membelikannya sarapan. "Oke, tunggu gue, gue ke sana sekarang. Kalau udah enggak kuat nahan lapar, mendingan lo order aja dulu," ucap Jessica sebelum ia mengakhiri sambungan teleponnya. *** Kini Jessica sudah sampai di apartemen Reyhan. Ia langsung masuk ke dalam apartemen laki-laki itu, karena sebelumnya Reyhan sudah memberikan kode apartemennya kepadanya lewat pesan singkat. Jessica mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru apartemen, namun ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Reyhan. Satu-satunya tempat yang memungkinkan keberadaan laki-laki itu adalah di kamarnya. Dan benar saja, saat ia membuka salah satu pintu yang ia duga sebagai kamar Reyhan, ia menemukan keberadaan laki-laki itu yang tengah terkulai lemas di atas ranjangnya. "Rey," panggil Jessica. Mendengar suara yang sangat familiar sekali di telinganya, perlahan Reyhan membuka kedua kelopak matanya. Dengan pandangannya yang masih kabur dan kepala yang masih terasa pening, Reyhan pun mencoba bangkit. "Eh, udah jangan bangun!" Sontak Jessica pun berjalan cepat menuju ranjang Reyhan. Ia langsung menahan tubuh laki-laki itu yang terlihat lemas sekali, lalu membantunya bersandar pada headboard. "Padahal enggak usah dipaksain bangun kalau masih pusing," ucap Jessica. Reyhan tersenyum kecil mendapat perhatian wanita pujaan hatinya itu. "Lo udah pesan makanannya belum?" tanya Jessica yang dibalas gelengan kepala oleh Rayhan. Sebenarnya bisa saja Reyhan delivery, namun ia bingung bagaimana cara mengambilnya karena ia sendiri kesulitan jika harusnya mengambilnya sendiri keluar. "Lo bawain gue bubur 'kan? Tolong suapi gue!" pinta Reyhan yang langsung disetujui oleh Jessica. "Harus banget disuapin, Rey? Emang enggak bisa sendiri?" "Jessica, please," pinta Reyhan dengan mata memelasnya. Jessica menghela napasnya kemudian mengangguk dan membuat Reyhan tersenyum lebar. "Ya udah, gue ambil mangkuk dulu," ucap Jessica pasrah. Jessica beranjak sebentar menuju dapur untuk mengambil mangkuk, lalu setelah itu ia kembali lagi ke kamar Reyhan. "Nih, makan," ujar Jessica seraya menyodorkan sesendok bubur ke depan mulut Reyhan. Bukannya terbuka, mulut tersebut justru bergerak maju. "Masa kayak gitu ngasih makannya." Jessica menghela napasnya berat, benar kata mamanya laki-laki itu, Reyhan manja jika sedang sakit. "Ya udah, maaf. Bubur ayam datang, ayo makan dedek Reyhan," ucap Jessica dengan suara imut dibuat-buatnya. Melihat tingkah menggemaskan Jessica, Reyhan pun hanya bisa tersenyum lebar kemudian membuka mulutnya lebar-lebar. "Gimana, enak?" Pertanyaan Jessica yang dibalas anggukan semangat dengan mata berbinar Reyhan. Jessica berasa menyuapi anak kecil. Namun Felicia pun yang notabenenya anak kecil tidak seperti ini. Dia sudah biasa mandiri dan tidak mau disuapi. "Lagi," pinta Reyhan setelah sekian lama mengunyah. Jessica yang sedang terbengong menatap wajah lucu pria itu buru-buru mengambil sesendok bubur ayam lagi. "Aduh, pinternya," ucap Jessica memuji ketik bubur itu berhasil masuk ke mulut Reyhan. Jessica yakin, dirinya akan gila sepulang dari sini karena harus menghadapi tingkah luar biasa Reyhan yang jarang ia temui sehari-hari. *** "Rey, gue pulang, ya. Udah jam lima nih," pamit Jessica. Perempuan itu sudah berdiri dari duduknya namun sontak terduduk lagi karena tangannya ditarik oleh Reyhan. "Jangan. Kalau lo pulang gue sama siapa di sini?" ucap Reyhan dengan manjanya. "Tadi tante Nana chat gue, katanya dia bakal ke sini malam ini. Jadi lo enggak perlu khawatir," jawab Jessica. "Kan nanti malam, sekarang 'kan masih sore," balas Reyhan. "Ya udah gue diam di sini sampai jam enam," kata Jessica yang kembali harus pasrah menghadapi tingkah kekanakkan Reyhan. Tanpa aba-aba, Reyhan langsung memeluk Jessica erat hingga membuat wanita itu terkejut. "Makasih, Jessica!" pekiknya. Awalnya Jessica membeku di pelukan itu, namun kini ia sudah memberontak meminta untuk dilepaskan. "Engap, Rey!" sentak Jessica. Reyhan menjauhkan tubuhnya kemudian menyengir lebar. "Hehe, maaf." "Ya udah sana tiduran lagi atau mau mandi aja? Pasti belum mandi dari pagi kan?" ujar Jessica. "Iya sih, ya udah deh, gue mau mandi aja," ucap Reyhan. "Gue izin masuk ke kamar mandi lo, ya, buat nyiapin air hangat," kata Jessica. "Iya, masuk aja kali, Jes." Perempuan itu mengangguk lalu berjalan ke arah kamar mandi yang terletak di bagian kiri kamar, setelah itu ia mulai menyalakan shower untuk air hangat . "Udah, Jes?" tanya Reyhan dari belakang. Jessica menoleh dan seketika matanya melebar. Reyhan datang dalam kondisi bertelanjang d**a dan hanya memakai boxer calvin klein saja. Jessica buru-buru melihat ke arah lain sebelum matanya bergerak nakal melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Walaupun ia sendiri sudah tak merasa asing melihat pemandangan seperti itu, karena jati dirinya sendiri adalah seorang laki-laki, tetap saja ia merasa aneh dan canggung. Mungkin efek dari raganya yang kini terjebak dalam tubuh seorang wanita "Sebentar lagi, Rey," balas Jessica. "Oke, makasih sudah siapin gue air hangat." Perkataan Reyhan hanya dibalas anggukan kepala oleh Jessica. Beberapa menit kemudian, air hangat di bathup sudah memenuhi setengah dari benda tersebut. Jessica menatap Reyhan tepat di mata pria itu, agar mata dirinya tidak melihat ke arah lain. "Udah, nih. Sana mandi, tapi ingat jangan kelamaan, takutnya demam lo kambuh lagi," ucap Jessica. Saat perempuan itu akan keluar dari kamar mandi, tangan Reyhan menahan pergerakannya. "Lo mau ikut berendam?" Kepala Jessica refleks mengangguk. Namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya setelah sadar apa yang diucapkan Reyhan barusan. "Enggak, makasih!" "Kalau beneran mau mah bilang aja, Jes," kekeh Reyhan setelah Jessica berjalan cepat keluar dari kamar mandi. "Ya udah, gue pulang dulu, Rey!" teriak Jessica dari dalam kamar laki-laki itu. "Jangan!" sahut Reyhan dari dalam kamar mandi. *** "Jessica, mau peluk." Jessica yang sedang sibuk bermain game di ponselnya oun seketika mendelik, lantas ia menatap sahabatnya itu dengan mata melototnya. "Enak aja, ogah!" tolak Jessica mentah-mentah. "Jessica, please. gue punya kebias-" "Udah tau dari tante Nana!" potong Jessica. "Ya udah ayo peluk, setelah pelukan biasanya gue merasa lebih baik," bujuk Reyhan. "Cih, modus," cibir Jessica. Jessica lanjut bermain game membuat Reyhan memajukan bibirnya. "Jes, ayo dong!" bujuk Reyhan. "Enggak!" Reyhan beranjak dari posisi tidurnya kemudian berjalan mendekati Jessica yang duduk di sofa kecil yang ada di kamarnya. Lalu tanpa aba-aba ia langsung mengangkat Jessica dan menidurkan perempuan itu di atas kasurnya. Sebelum perempuan itu kabur, Reyhan buru-buru memeluk Jessica erat. Perempuan yang awalnya memberontak itu kini sudah mulai menurut. "Ribet banget sih, lo! Cuman lima menit, pokoknya gue enggak mau tahu!" tegas Jessica. "Sepuluh menit lagi." "Lima menit atau lepasin sekarang!" tegas Jessica. Reyhan mengerucutkan bibirnya. Ia menganggukkan kepalanya, terpaksa menuruti permintaan Jessica. "Lo kenapa enggak tinggal di sana aja? Kalau sakit kan jadi ada yang ngurus. Daripada di sini sendirian," tanya Jessica. "Nanti juga enggak sendirian lagi," balas Reyhan yang terdengar menyebalkan di telinga Jessica. Jessica refleks mendorong tubuh Reyhan. "Tau gitu ngapain manggil gue?! Kenapa enggak manggil si Natasha aja!" "Ya soalnya dia sibuk, makannya gue nyuruh lo aja. Lo 'kan bestie gue," balas Reyhan dengan tengilnya. "Kurang ajar lo!" Reyhan sontak tertawa. "Bercanda." Kemudian ia kembali memeluk Jessica. Jessica yang diam-diam sudah mulai nyaman dengan pelukan itu tidak memberontak lagi, bahkan kini ia membalas pelukan Reyhan. "Jes, elus-elus kepala gue dong," pinta Reyhan. Perempuan itu langsung menurut, ia mulai menggerakkan tangannya di kepala laki-laki di depannya itu. "Udah mendingan nih panasnya, enggak separah tadi," gumam Jessica. "Makasih udah sempatin ke sini dan dibikin repot sama gue," ucap Reyhan dengan tulus. Reyhan menatap Jessica dan perempuan itu menyadarinya, ia mendonenggak lalu memberikan senyumannya kepada laki-laki itu. "Waduh! Kayaknya Mama salah deh udah ke sini," celetuk seseorang tiba-tiba. Menyadari itu siapa, Jessica buru-buru melepaskan tangan Reyhan yang melingkar di pinggangnya. Lalu ia berdiri dan membenahi penampilannya. Ia tidak ingin orang lain salah sangka kepadanya dan Reyhan.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN