Part 36 : Ngasuh Bareng Reyhan

1566 Kata
Sesuai dengan janjinya tempo hari, hari ini Jessica mengajak Felicia yang tengah dititipkan ke rumahnya ke taman bermain. Kalau diingat-ingat memang sudah lama ia tidak mengajak keponakannya itu pergi bermain di luar. "Feli mau ke taman bermain sama aunty Jessi, Aunty Karin sama Nenek mau ikut enggak?" tanya Felicia pada mama Rika dan Karina. Kebetulan saat ini mereka tengah berkumpul di rumah tamu. "Aunty pengen banget ikut, tapi darah rendah Aunty kambuh lagi, nih, kayaknya, sekarang aja masih pusing gara-gara baru bangun dari tiduran," curhat Karin dengan raut sedihnya. "Yah, enggak seru. Padahal Aunty Karin 'kan udah janji mau ikut," ucap Felicia dengan penuh kekecewaan. Karina merasa bersalah melihat raut memelas Felicia. "Maafin Aunty Karin, ya. Aunty janji kalau Aunty enggak sibuk, kita bakal main bareng-bareng lagi." "Janji loh, ya. Jangan sampai gitu lagi," kata Felicia. "Iya-iya, Cantik. Aunty janji. Sekarang kamu sama aunty Jessi aja, ya," balas Karina. Sementara itu Jessica menatap wajah pucat Karina dengan tatapan khawatirnya. Ia merasa khawatir melihat adiknya sangat lemas seperti ini. "Rin, lo enggak pergi ke dokter aja? Muka lo pucet bener," tanya Jessica. "Enggak apa-apa, udah biasa. Darah rendah mah bukan apa-apa bagi gue," balas Karina. "Enggak boleh menggampangkan penyakit, Rin!" tegur Jessica. Namun di tengah obrolan serius mereka tiba-tiba suara mama mereka menginterupsi, hingga obrolan mereka terhenti. "Udah dulu ngobrolnya, ayo makan siang dulu. Felicia udah nungguin tuh di depan, udah ngoceh dari tadi pengen maem katanya," kata mama Rika. "Ya udah ayo, entar anaknya keburu teriak-teriak," balas Jessica. Dan tak berselang lama suara teriakan Felicia dari arah dapur terdengar, membuat Jessica dan lainnya terkekeh geli. "Tuh 'kan, baru juga diomongin," kekeh Jessica. Kemudian sepasang anak dan ibu itu pun berjalan menuju ruang makan. Sesampainya di sana, ternyata wajah anak itu sudah terlihat masam dan bibirnya sudah maju. "Ih, ini bibir Felicia apa bibir bebek?" tanya Jessica seraya menarik bibir Felicia pelan. "Bibir bebek!" Jessica terkekeh. "Ya udah iya, ayo makan. Felicia mau maem apa?" Wajah Felicia auto sumringah kemudian ia berdiri di atas kursi untuk melihat lauk pauk yang ada, lalu ia menunjuk telur dadar. "Ini!" "Itu aja?" tanya mama Rika yang hanya dibalas anggukan kepala Felicia. Setelah Jessica meletakkan piring yang ia pegang di depan Felicia, tanpa basa-basi anak itu langsung melahap makan siangnya, membuat Jessica dan yang lainnya tersenyum saat melihatnya. "Oh iya, Oma, hari ini Felicia sama aunty Jessi mau ke taman bermain. Nenek bakal ikut 'kan?" tanya Felicia dengan pipi kembungnya. *** "Wah, Felicia mau ke taman bermain? Tapi maaf ya, Oma belum bisa ikut." Raut wajah Felicia terlihat sedih. "Kenapa?" "Aunty Karin sakit, enggak apa-apa kan?" Anak itu mengangguk lesu. "Iya, enggak apa-apa. Tapi kalau nanti Felicia sama Aunty ke sana lagi, Aunty ikut, ya?" Karina mengangguk dengan senyumnya. "Doain Aunty sehat terus, ya." "Iya, Aunty. Amin," ucap Felicia seraya mengusap wajahnya. Kini Felicia beralih menatap Jessica. "Ma, Om Leyhan ikut 'kan?" "Reyhan? Sahabat kakak dari zaman jamet itu 'kan, ya?" tanya Karina. "Iya," balas Jessica setelah menelan nasinya. "Kok Felicia bisa nanyain rekan kerja Kakak?" Jessica mengedikkan bahunya. "Kemarin pas di kantor ga tau kenapa mereka akrab banget." "Aunty, Om Leyhan ikut kan?" tanya Felicia lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Auntynya. "Eh maaf, kata Om Reyhan, dia ga bisa ikut soalnya harus kerja. enggak apa-apa ya berdua aja sama Aunty?" Padahal sebenarnya Jessica sama sekali belum bertanya kepada Reyhan. Ia lebih memilih berbohong daripada harus mengajak Reyhan pergi bersama dirinya dan Felicia. "Kalau om Reyhan ikut Felicia ga mau berangkat?" Anak itu langsung menggeleng keras. "Tetap mau!" Jessica terkekeh. "Ya udah habisin dulu makannya, habis itu tidur siang. Nanti sore langsung siap-siap pergi ke taman bermain, oke?" "Siap, Aunty!" *** Hari ini merupakan hari sabtu, jadi tidak heran jika taman bermain sangat ramai. Apalagi Jessica memilih untuk ke tempat itu pada sore menjelang malam hari, antrean menjadi semakin panjang. "Huft," keluh Felicia yang berdiri di samping kiri Jessica. Jessica menoleh ke bawah kemudian bertanya, "Pegel kakinya, ya? Mau Aunty gendong?" "Iya, pegel. Tapi enggak apa-apa, kok!" balas anak itu dengan senyum semangatnya. "Sabar ya, tinggal beberapa orang lagi. Habis itu kita langsung bermain." "Yeay!" Jessica kembali menatap ke depan, kemudian melangkah maju ketika orang pertama sudah masuk ke area wahana. Saat tinggal beberapa antrean lagi, bahunya tiba-tiba disentuh oleh orang yang mengantre di belakang. Jessica terperanjat kemudian menoleh ke arah belakang. Dan seketika matanya melotot lebar. "Reyhan!" Mendengar nama 'Reyhan' disebutkan oleh auntynya, Felicia sontak ikut melihat ke belakang. "Om Leyhan?" Kemudian ia menatap sang aunty dengan tajam. "Aunty bohong ya bilang Om Leyhan enggak bisa ikut?" tanyanya sambil melipat lengannya ke atas d**a. Jessica buru-buru menatap Felicia. "Aunty enggak niat bohong kok. Maaf, ya?" "Maksudnya, Jes?" tanya Reyhan. "Kemarin Felicia bilang pengen lo ikut kami ke taman ini. Karena gue ganggu, Rey. Jadi gue bilang aja kalau lo enggak bisa ikut. Eh ternyata malah ketemu di sini," jelas Jessica saat kembali menatap Reyhan. "Halo, Nayla," sapa Jessica setelah itu. Iya, rekan kerja Jessica itu datang bersama keponakannya. Anak yang berada di gendongan Reyhan itu hanya tersenyum saat disapa oleh Jessica. "Oh, lain kali langsung aja hubungi gue, enggak akan ganggu." "Iya, Rey." "Oke, jadi ini kita bareng aja ya mainnya?" "Iya!" pekik Felicia penuh semangat. Reyhan terkekeh kemudian menurunkan Nayla dari gendongannya. "Berdiri aja ya, Ai. Masih inget sama Felicia kan?" Nayla mengangguk. "Masih." Reyhan beralih menatap Jessica. "Tolong jaga anak-anak, biar gue yang antre tiketnya." Jessica mengambil dompet di dalam tasnya guna mengambil satu lembar uang. Namun, belum sempat ia mengeluarkan uang itu dari tempatnya, Reyhan sudah keburu menahannya. "Enggak usah, pakai uang gue aja. Biar enggak ribet." Tanpa basa-basi Jessica mengangguk, kemudian ia mengajak Felicia dan Nayla keluar dari antrean. "Nayla, apa kabar?" Anak itu tersenyum. "Baik, Tante." Jessica ikut tersenyum dan tidak lama setelah itu Reyhan sudah datang menghampiri mereka dengan membawa empat buah gelang. Felicia dan Nayla langsung memekik senang setelah dipakaikan gelang oleh Reyhan. Perempuan itu mengambil gelang tersebut kemudian memasangkannya di pergelangan tangan Reyhan. "Makasih, ayo masuk." Jessica mengangguk, kemudian keempat orang itu berjalan masuk ke area wahana permainan. *** "Berdua aja Rey sama Nayla mana?" tanya Jessica. Reyhan yang berjalan di samping perempuan itu sontak menoleh. "Enggak, berempat sama Mommy Daddy-nya Nayla." "Eh terus orang tuanya Nayla di mana? Perasaan tadi lo sama Nayla doang," heran Jessica seraya melihat ke sekitarnya. "Dinner di restoran depan." Jessica membulatkan mulutnya. "Aunty, mau main itu!" pinta Felicia sambil menarik-narik tangan Jessica. "Yang mana?" Felicia menunjuk komidi putar kemudian Jessica mengangguk mengiyakan. "Kita beli tiketnya dulu ya." "Oke!" "Nayla mau juga?" tawar Reyhan. "Mau, Yah!" Reyhan mengangguk kemudian menatap Jessica. "Jes, biar gue aja yang beli tiketnya." Jessica buru-buru mengambil dompetnya "Rey, ua-" "Ribet, pakai uang gue aja," balas Reyhan memotong ucapan Jessica, setelah itu ia berjalan ke arah loket pembelian tiket untuk komidi putar. Jessica menghela napasnya pasrah, lalu ia memperhatikan Felicia dan Nayla yang saat ini sedang melompat-lompat kecil. Ia tersenyum gemas. "Ayo masuk," ajak Reyhan setelah mendapatkan tiketnya. "Eh kok empat, Rey? gue enggak ikut," balas Jessica yang mendapati empat tiket di tangan Reyhan. "Ck, emang lo mau biarin Felicia duduk sendiri di atas kuda itu tanpa lo pegangin?" Jessica mengusap tengkuknya canggung. "Enggak kepikiran hehe, uangnya nanti gue ganti, ya." Setelah menunjukkan tiket kepada penjaga wahana komidi putar, Reyhan, Jessica, beserta dua bocah langsung naik ke atas wahana itu. "Mau di mana?" tanya Jessica. "Kuda pink!" Jessica langsung mengangkat Felicia kemudian mendudukkan anaknya itu di atas kuda berwarna pink. "Enggak usah gaya, pegang terus leher kudanya." Felicia mengangguk. Jessica menoleh dan melihat Reyhan berdiri di sampingnya tengah menjaga Nayla. Beberapa detik kemudian, komidi putar mulai bergerak. Jessica kembali memperhatikan Felicia agar anaknya itu tetap dalam pengawasan. Komidi putar berputar selama beberapa menit, begitu wahana satu itu berhenti, Reyhan, Jessica, Felicia, dan Nayla segera turun dari sana. "Mau main apa lagi?" tanya Reyhan. "Mau itu, Yah!" Tangan mungil justru Nayla menunjuk stand permen kapas. Felicia yang melihat itu ikut meminta kepada Auntynya. "Felicia juga mau." "Oke, ayo ke sana." "Mau yang warna apa?" tanya Reyhan seraya menatap Felicia dan Nayla bergantian. "Biru!" pekik Nayla. "Pink!" "Oke." Reyhan beralih menatap Jessica yang sedang mencari uang di dompetnya. "Enggak usah, Jes. Pakai uang gue aja." Jessica mendongak. "Udah dari tadi loh lo yang bayarin. Kali ini biar gue aja." Reyhan menggeleng. "No, hari ini biar gue yang bayarin semuanya." "Rey, ga bisa git-" "Bisa. Berapa satunya, Mbak?" tanya Reyhan kepada perempuan yang menjual permen kapas tersebut. Jessica tersenyum masam. "Lima belas ribu, Rey." "Gue beli tiga." "Jadinya empat puluh lima ribu, Rey." Reyhan mengangguk kemudian memberikan pecahan lima puluh ribuan kepada penjual tersebut. Setelah mendapatkan permen kapas, mereka duduk dahulu di salah satu kursi panjang yang ada di sana untuk menikmati makanan ringan itu. "Sini biar Aunty yang bukain," ujar Jessica. Felicia yang sedang kesusahan membuka plastik penutup permen kapas yang dipegangnya langsung memberikan permen kapas itu kepada Auntynya. "Makannya sedikit-sedikit aja, biar tangan sama bibir kamu enggak lengket." Felicia hanya mengangguk kemudian mulai menikmati permen kapas itu. "Nih," ucap Reyhan memberi satu bungkus permen kapas berwarna putih kepada Jessica. Perempuan itu menaikkan satu alisnya, bingung. "Buat gue?" "Ish, enggak usah, Rey. Makasih." "Ya udah," balas Reyhan cuek kemudian membuka bungkusan permen kapas itu dan mulai memakannya sendiri. Diam-diam Jessica melirik ke arah rekan kerjanya. Reyhan yang menyadari hal itu langsung bertanya. "Ngapain ngelirik-ngelirik? Mau ini?" Tanpa basa-basi Reyhan mencomot permen kapas yang ada di tangan kirinya kemudian menyodorkannya ke depan mulut Jessica.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN