Part 21

1025 Kata
"Ini, minum dulu." Reyhan menyerahkan sebotol air mineral yang baru saja dibelinya di minimarket itu kepada Jessica. Sementara itu Jessica yang masih syok dengan kejadian yang baru saja menimpanya tentu saja terkejut. Ia menatap wajah Reyhan dengan takut. Jujur saja ia masih merasa trauma dengan namanya laki-laki. Sudah dua kali ia hampir dilecehkan, namun untungnya Tuhan masih menyayanginya dan mengirimkan malaikat pelindung kepadanya, jika tidak ia tidak tahu nasibnya akan menjadi seperti apa. "Jangan berpikiran macam-macam sama gue, Jes! Gue enggak bakal kayak si Jana. Lo 'kan udah kenal gue dari lama. Gue itu paling enggak suka ngelihat cewek tersakiti," kata Reyhan saat melihat keraguan di mata Jessica. Ya, Reyhan dan Jessica sudah kenal lama, bahkan dengan Jana juga. Mereka bertiga satu sekolah dari SMP hingga menduduki bangku SMA. Dulu mereka bertiga bersahabat, namun semenjak memasuki bangku SMA Jana berubah, dia berubah menjadi badboy dan liar. Dan puncaknya saat mereka duduk di bangku kelas sebelas, Jana melakukan hal tidak pantas kepada Jessica dan mengajaknya menjadi partner friend with benefits. Tujuh tahun yang lalu, Jana tampak mendatangi Jessica ke kelasnya. Kebetulan kelas mereka berbeda. Jana berada di kelas IPA-2 bersama dengan Reyhan, sementara itu Jessica berada di kelas IPA-1. Rencananya hari ini ia ingin mengajak sahabat perempuannya itu pulang bersama. "Jessi, hayu pulang bareng," ucap Jana di depan pintu kelas IPA-1. Jessica yang tengah melakukan piket bersama teman-temannya sontak menoleh. Ia tersenyum ke arah Jana. Sudah lama mereka tidak bertemu karena jadwal kesibukan masing-masing. Terakhir kali mereka bertemu satu Minggu yang lalu. "Ayok, tapi tunggu sebentar, ya. Gue piket dulu," jawab Jessica. "Iya, kalau gitu gue tungguin di luar, ya," ucap Jana yang dibalas anggukan kepala oleh Jessica. Jessica pun kembali melanjutkan kegiatannya yang sedang mengepel ruang kelas bersama teman sepiket dengannya. Sementara itu Jana menunggu Jessica di luar ruang kelas IPA-1 sambil memainkan game hewan peliharaan yang beken pada masanya. "Ayok, Jan." Jana yang tengah fokus memainkan game balapan di arena semangka pun sontak menghentikan permainannya, lalu mendongak ke arah Jessica. "Udah beres?" Jessica mendengus mendengar penuturan Jana. Ada-ada saja, padahal tanpa bertanya pun pasti dia sudah menemukan jawabannya. Pantas saja om dan tantenya sering marah-marah kepada Jana, ternyata kelakuannya seperti itu.. "Udah, ayok." Jana dan Jessica pun berjalan beriringan menuju area parkir. Sepanjang jalan menuju parkiran mereka berdua menjadi pusat perhatian para adik kelas yang belum mengetahui jika mereka bersahabat sejak SMP, makannya mereka mengira jika Jessica dan Jana berpacaran. "Ini langsung pulang atau mau main dulu?" tanya Jessica saat ia menaiki motor sport Jana. "Main dulu aja. Kebetulan di rumah gue enggak ada siapa-siapa," jawab Jana. "Udah?" tanya Jana pada Jessica. "Iya, udah." Jana pun menstater motor sportnya dan meninggalkan area tempat ia dan Jessica menimba ilmu selama ini. Jana sengaja memelankan laju motornya karena ia ingin mengobrol dengan Jessica. "Loh, emangnya nyokap sama adek lo ke mana?" tanya Jessica. "Biasalah, mereka ngikut bokap ke luar kota. Gue malah ditinggal sendirian, padahal gue yang paling butuh keberadaan nyokap, bukan bokap gue," balas Jana. Terselip nada kesal di ucapan laki-laki itu. Sebenarnya keluarga Jana tidak terlihat seharmonis yang selama ini orang-orang lihat. Mama Jana selama ini sangat protektif sekali dan pencemburu akut. Makannya sering terjadi pertengkaran antara orang tua Jana, karena mama Jana sering menuduh papa Jana selingkuh darinya. Bahkan mama Jana pernah bertindak ekstrem kepada asisten pribadi suaminya karena menuduh jika asisten pribadi suaminya telah menggoda papa Jana dan Karina.. Mendengar curahan hati Jana, Jessica ikut kesal dengan ibu dari sahabat laki-lakinya itu. Menurutnya tingkah ibu Jana sangat keterlaluan dan dipandang buruk sebagai seorang ibu. "Yang sabar, ya, Jan. Gue yakin cepat atau lambat nyokap lo bakal berubah," ucap Jessica. Jana tersenyum miris mendengar penuturan Jessica. "Semoga aja." *** Setelah memakan waktu empat puluh lima menit akhirnya mereka sampai di kediaman keluarga Jana. Sesuai perkataan Jana saat berada dalam perjalanan, rumah megah itu sangat sepi sekali, seperti tidak ada kehidupan di dalam rumah itu, karena penghuninya asyik dengan perkataannya sendiri. "Lo mau minum apa?" tanya Jana. Jessica mengerutkan keningnya mendengar penuturan Jana. Tumben sekali Jana menawarkan minum padanya, karena pasalnya selama mereka saling mengenal Jana tidak pernah sekali pun menawarkan makan dan minum oleh laki-laki itu. Biasanya makanan dan minuman sudah tersedia jika mereka akan mengunjungi kediaman orang tua Jana. "Gaya beneran, pakai ditawarin segala," ledek Jessica. "Udah, jangan ngeledek! Lo mau minum apa, cepetan!" omel Jana. "Ya udah, maaf. Gue mah air putih biasa aja," balas Jessica. "Oke, tunggu sebentar." Setelah itu Jana pun pamit ke dapur. Sementara itu Jessica sibuk bermain PlayStation milik Jana. Jana hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk membuat minum dan juga mengambil camilan. "Widih, surga dunia banget,!" puji Jessica. Setelah hampir tiga puluh menit Jessica dan Jana berada di sana, tiba-tiba ia teringat dengan sosok Reyhan yang sejak tadi tidak terlihat batang hidungnya. Hingga beberapa pertanyaan ia lontarkan kepada laki-laki itu. "Kenapa, Jes?" tanya Jana. "Reyhan mana?" Jessica malah balik bertanya, menanyakan keberadaan Icha. "Oh, dia enggak bakal datang. Lo tahu sendiri 'kan akhir-akhir ini anak itu dan juga anak OSIS yang lainnya pada sibuk nyiapin acara buat mofest," jawab Jana. "Oh, gitu." Jessica mengangguk-anggukkan kepalanya. Sementara itu tanpa disadari oleh Jessica, diam-diam Jana tersenyum sinis. Rencananya sedikit lagi akan berhasil. *** Sejak tadi Jessica bergerak gelisah dalam duduknya, gadis itu terus bergerak tak nyaman layaknya cacing kepanasan. "Jan, panas banget. Naikin lagi ac-nya dong," pinta Jessica. Sementara itu Jana bersmirk mendengar dan melihat perubahan Jessica. Inilah yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. "Iya, gue naikkin." Namun walaupun ac-nya sudah sangat dingin, bahkan mungkin bagi orang yang sedang sakit pasti akan merasakan membeku merasakan suhu di ruangan ini. Namun tidak dengan Jessica. Justru Jessica masih merasa kepanasan. Bahkan tanpa sadar gadis itu sudah melepaskan tiga kancing atas seragam atasnya. "Panas, ya? Sini gue bantu biar enggak panas lagi," ujar Jana. Jessica membolakan matanya saat tangan Jana dengan nakal bergerak lincah di atas tubuhnya. Lalu setelah itu ia menatap kecewa kepada sahabat laki-lakinya itu. "Apa-apaan sih, lo!" "Diam aja, deh. Justru niat gue baik biar lo enggak kepanasan lagi," ucap Jana. Jana mulai mengukung tubuh Jessica dan menanggalkan seragam yang dipakai oleh gadis itu, yang tentunya tidak berjalan dengan mudah lantaran Jessica memberontak. "Jes, mau enggak fwb-an sama gue?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN