Part 22

1331 Kata
Terdengar sebuah isakan yang bercampur dengan suara gemercik air di sebuah ruangan. Jika didengarkan dengan baik, suara isak tangis yang ia yakini berasal dari seorang wanita itu terdengar menyanyat hati bagi orang yang mendengarnya. "Kenapa?! Kenapa harus gue?! Dan kenapa harus Jana pria b******k itu!?" teriak Jessy. Dadanya rasanya sesak sekali mendapati kenyataan ini. Kenyataan yang tak pernah ia duga sebelumnya dan berakhir dengan sebuah mimpi buruk yang tak mau ia ingat kembali, namun terus menghantui pikirannya. Jana yang ia kira adalah rumah kedua dan tempatnya berlindung ternyata adalah orang yang menjadi penyebab mimpi buruknya ini. Dia dengan teganya mengambil sesuatu hal yang berharga dalam dirinya dan yang selama ini ia jaga dengan baik untuk suaminya kelak. Jana sungguh membuat hati, pikiran, dan harga dirinya rusak dan terlecehkan. Jessica menengadahkan wajahnya hingga air yang selama ini keluar dari shower dan mengguyur kepalanya kini mengguyur wajah cantiknya yang terlihat kacau. Jika boleh jujur ia ingin sekali menghilang dari dunia untuk sesaat. "Ma, pa, maafin Jessi. Maaf Jessi enggak bisa jaga diri Jessi. Maaf udah bikin mama dan papa kecewa," batin Jessica. Mengingat wajah bangga dan penuh harap orang tuanya membuat rasa bersalah dalam diri Jessica semakin membesar. Ia tak bisa membayangkan seberapa kecewanya orang tuanya jika mengetahui hal ini. "Jana, sialan!" umpat Jessica dalam hati. Andaikan saja tadi ia tidak pulang bersama Jana dan ikut ke rumah laki-laki itu, mungkin dirinya masih selamat dan kejadian buruk ini tidak akan pernah terjadi. Jeritan kesal dan frustasi memenuhi ruang kamar mandi Jana. Gadis itu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Ingin kembali ke masa lalu atau ke kejadian beberapa jam yang lalu saat disekolah. Namun itu semua harapan dan tidak mungkin dilakukan. "Gue benci lo, Jan!" batin Jessica. *** Sejak kejadian tidak mengenakan itu, Jessica berubah menjadi pribadi yang tertutup. Ia menghindari orang-orang, termasuk Jana dan Reyhan. Bukan hanya mereka berdua saja, tetapi kepada pria lain juga Jessica sangat membatasi diri hingga membuat orang di sekitarnya merasa aneh dengannya. Namun Jessica sama sekali tidak peduli, ia mencoba mengobati dirinya sendiri. Dan tanpa sepengetahuan orang-orang, diam-diam ia pergi konsultasi ke psikolog untuk mengobati traumanya. "Jes." Jessica yang tengah asyik berjalan sambil menundukkan kepalanya di lorong yang menghubungkan ruang OSIS dengan toilet pun sontak mendongakkan wajahnya dan terkejut mendapati Reyhan yang sudah berdiri di hadapannya. "Eh, Reyhan. Gue buru-buru, mau ke toilet," ucap Jessica untuk menghindari Reyhan. Namun sebelum Jessica benar-benar beranjak dari hadapan sahabat laki-lakinya itu, Reyhan keburu mencekal tangan Jessica hingga membuat langkah wanita itu terhenti. Namun wanita itu tidak sedikit pun menoleh ke belakang. "Tunggu, Jes. Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Reyhan. "Tapi sekarang gue buru-buru, Rey. Gue udah kebelet, lain waktu aja atau lo japri gue aja," balas Jessica. Melihat raut panik yang kentara sekali di wajah Jessica, membuat senyum miring di wajah Reyhan terlukis. Seperti tebakannya, Jessica tengah menghindarinya dan juga tengah menyembunyikan sesuatu darinya. "Bohong!" celetuk Reyhan. Sebenarnya hanya satu kata sederhana yang terlontar dari bibir Reyhan, namun maknanya dapat membuat hati Jessica bergemuruh hebat. Merasakan tubuh Jessica membeku dan memucat, Reyhan pun sontak panik dan berusaha menyadarkan wanita itu. "Jes, Jessica!" Sontak Jessica tersadar dari lamunannya. Wanita itu mengerjapkan matanya, lalu menatap Reyhan yang tengah menatapnya khawatir. Sadar posisinya cukup dekat dengan ketos SMA 25, Jessica pun sontak memundurkan wajahnya dan melepas tangan Reyhan dari tubuhnya. "Maaf," ucap Reyhan yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Jessica. "Ya udah kalau lo belum siap cerita. Tapi kalau lo butuh sesuatu lo bisa hubungi gue atau Jana. Pasti kita bakal bantu lo, secara lo 'kan udah kita anggap kayak adek sendiri," sambung Reyhan. Ia tidak bisa memaksa, walaupun ia sangat kepo sekali. Ia tidak ingin Jessica tidak nyaman dengannya. Biarlah ia cari tahu sendiri apa masalah yang sedang menimpa Jessica atau menunggu wanita itu menceritakannya kepadanya. "Rey, gue duluan, ya. Niat gue ke sini mau ke toilet," ucap Jessica. "Iya, silakan." Jessica pun buru-buru berlalu menuju toilet, meninggalkan Reyhan yang masih dilanda kebingungan. "Kayaknya gue harus cari tahu semuanya sendiri. Kalau nunggu si Jessi cerita, kelamaan," batin Reyhan. *** Jessica menghela napasnya berat. Ia menutup kembali aplikasi pesan di ponselnya. Barusan Jana mengiriminya pesan dan menyuruhnya pergi menemuinya di taman belakang. Kebetulan taman belakang sekolah sangat sepi sekali dan jarang disinggahi oleh murid-murid karena lokasinya yang sedikit horor dan pernah ada cerita mistis di taman belakang tersebut secata turun-temurun. "Jes, lo mau ke mana?" tanya Gea, teman sebangku Jessica selama ini. "Ke luar sebentar, nemuin Jana. Katanya ada yang mau dia omongin sama gue," jawab Jessica. Setelah itu ia pergi ke taman belakang sekolah dengan langkah yang berat. Ia malas sekali harus bertemu dengan wajah yang membuatnya muak itu. "Ada apa?! Gue lagi sibuk ngerjain deadline tugas Bu Erlin!" ketus Jessica. "CK, galak amat sih, Cinta. Kalau ngelihat lo galak-galak kayak gini gue 'kan jadi pengen!" goda Jana seraya menyunggingkan smirknya. Jessica menatap sinis ke arah Jana. Semakin hari laki-laki itu semakin berani kepadanya. Apakah dia lupa jika ia adalah sahabatnya? Gila! Jana banyak berubah sekarang. "Mau lo apa, sih?! Berhenti ganggu gue atau gue laporin kelakuan lo ke bokap gue!" ancam Jessica. Baiklah, sepertinya ia sudah cukup bersabar selama ini. Kali ini ia tidak akan memberi ampun kepada Jana. Bukannya takut dengan ancaman Jessica, laki-laki itu malah tertawa seolah perkataan Jessica barusan adalah sebuah lelucon. "Mantap juga ancaman lo. Kalau bokap lo tahu, pasti gue bakal kena amuk atau mungkin dikeroyok sama ajudan bokap lo. Tapi nih, ya, kalau sampai lo berani bilang sama bokap lo, siap-siap aja video kita kemarin kesebar ke sosial media. Dan lo tahu kalau sampah video itu tersebar? Reputasi lo dan keluarga lo bakal hancur!" Jana tidak takut sama sekali dengan ancaman Jessica. Ia mempunyai bukti kuat untuk menjatuhkan Jessica jika dia berbuat macam-macam kepadanya. "Sialan lo! Belum puas lo ambil sesuatu yang berharga dalam diri gue?! Mau lo apaan, sih?! Gue ini sahabat lo, Jan! Jangan samain gue sama w************n di luaran sana! Gue masih punya hati dan harga diri!" jerit Jessica. Ia sampai lupa jika mereka masih berada di area sekolah yang bisa saja perkataannya terdengar oleh orang lain. Namun Jessica tidak bisa mengontrol dirinya, ia sudah cukup lelah dengan perbuatan Jana padanya. Tiba-tiba Jana tersungkur ke tanah hingga membuat Jessica membelakan matanya. Saat ia mendongakkan kepalanya, ia mendapati Reyhan yang tengah menatap tajam ke arah Jana dengan napas yang memburu. Dari raut wajahnya sudah ia tebak jika laki-laki itu sejak tadi menguping pembicaraannya. "Kurang ajar lo!" *** Dada Jessica terasa sesak setelah memori ingatan Jessica asli berputar dalam kepalanya. Devan tidak pernah menyangka jika Jessica pernah mengalami kejadian buruk seperti itu. Devan merasa deja vu dengan kejadian yang dialami oleh Jessica, ia pernah ada diposisi Jana yang pernah memaksa teman sekelasnya melakukan fwb-an. Sekarang Devan sadar perbuatannya dulu sangatlah kejam. Ia bukan cuman mengambil sesuatu yang paling berharga dalam diri temannya. Ia juga telah merusak mental teman sekelasnya itu. Sepertinya daftar orang yang harus ia mintai ampun bukan hanya Neta saja, teman sekelasnya yang pernah menjadi partner fwb-nya juga. Melihat air mata yang terus mengalir di pipi Jessica, sontak membuat Reyhan panik. Ia tahu kejadian beberapa waktu yang lalu pasti membuat Jessica kembali pada traumanya. Refleks Reyhan pun membawa tubuh Jessica ke dalam dekapannya. Ia membiarkan wanita itu menangis di pelukannya, karena ia yakin saat ini Jessica butuh seseorang untuk menjadi sandaran. Jessica juga tidak menolak, ia membiarkan Reyhan memeluknya. "Udah, jangan diingat lagi yang buruknya. Sekarang lo fokus ke depan, biar Jana jadi urusan gue," ucap Reyhan menenangkan. Reyhan dan Jessica menangkap suara benda jatuh ke lantai, sontak Jessica pun melepas pelukannya dari Reyhan. Saat mereka menoleh, mata mereka berdua terbelalak melihat keberadaan Natasha yang tak jauh dari tempat mereka duduk. Gadis itu menatap tunangannya dan juga rekan kerjanya itu dengan tatapan tak biasa. "Na-nat, kamu salah paham. Ini enggak seperti yang kamu lihat," ucap Reyhan sedikit gelagapan karena seperti tertangkap basah sedang selingkuh. "Aduh, urusannya bakal ribet, nih. Semoga aja si Natasha enggak salah paham dan berakhir benci sama gue," batin Devan yang justru ketakutan Natasha akan menjauhinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN