Part 20

1054 Kata
"Eh!" Jessica refleks memundurkan tubuhnya saat ia tak sengaja menabrak seseorang di depan toilet perempuan. Saat ia mendongakkan wajahnya ia melihat seorang pria bersetelan jas formal tengah tersenyum ke arahnya. "Maaf, saya enggak sengaja," ucap Jessica. "Enggak apa-apa, santai aja," balas pria itu. "Kalau begitu saya permisi," pamit Jessica. Namun sebelum Jessica benar-benar beranjak meninggalkan tempat itu, sebuah tangan tampak mencekalnya. Jessica melirik ke bawah di mana sebuah tangan berukuran lebih besar darinya tampak memegang erat pergelangan tangannya. Jessica pun mendongakkan kepalanya, menatap pria yang baru saja tidak sengaja bertabrakan dengannya. "Maaf," ucap Jessica. Mengerti akan kebingungan Jessica, pria itu pun tersenyum dengan manisnya, hingga memperlihatkan lekungan di pipi kanan dan kirinya. "Ikut saya sebentar," ucap pria itu tanpa meminta persetujuan dari Jessica. Mau tak mau Jessica pun mengikuti langkah orang itu. Sesampainya di lorong yang sepi dan jarang dilalui oleh orang-orang, pria itu tampak menyudutkan Jessica ke tembok hingga tubuh keduanya hampir menempel dan tinggal tersisa jarak sekitar lima centi. Bahkan Jessica sampai bisa merasakan embusan hangat napas pria itu yang menerpa wajahnya. "Woi, gila! Apa-apaan ini!" umpat Jessica dalam hati. Gadis itu benar-benar terkejut dengan tingkah tak sopan pria itu. Sementara itu pria itu terkekeh geli melihat raut syok yang ditunjukkan oleh Jessica. Tangan kanannya perlahan terangkat, membelai lembut pipi Jessica. Sedangkan netranya tak lepas memandang lekat wajah cantik gadis di hadapannya ini. "Beautiful," puji pria itu dengan suara serak basahnya yang membuat bulu roman Jessica berdiri. Sadar atas perlakuan tak sopan pria itu, Jessica pun langsung mendorong keras tubuh pria itu dari tubuhnya. Lalu ia melayangkan tatapan tajamnya, pertanda jika ia tak suka dengan perlakuan tak sopan pria itu. "Maaf, Anda jangan kurang ajar, ya, sama saya! Kita baru bertemu dan Anda melakukan tindakan yang tidak seharusnya Anda lakukan kepada orang asing!" tegas Jessica. Lagi-lagi pria itu terkekeh geli. "Wah, ternyata lima tahun bikin kamu berubah banyak. Aku enggak nyangka seorang gadis lugu yang aku kenal berubah jadi galak kayak gini. Sungguh di luar dugaan." "Kamu enggak ingat siapa aku, Cantik?" tanya pria itu. "Saya bilang, jangan sentuh saya!" Jessica menepis keras tangan pria itu yang baru saja memegang dagunya. "Huh, galaknya," goda pria itu "Beneran nih, kamu enggak ingat siapa aku?" lanjut pria itu. Jangankan ingat, ia bukan pemilik asli tubuh ini. Jelas ia tidak akan mengingat pria itu. "Nih, orang siapanya si Jessi, sih? Kok nyebelin banget, mana enggak sopan lagi main nyosor-nyosor aja!" batin Devan. Astaga, sepertinya Devan tidak mengingat perbuatannya dulu sebelum ia terjebak di dalam tubuh Jessica. Padahal kelakuannya sebelas dua belas dengan dirinya waktu itu. Bahkan lebih para dari ini. Lagi dan lagi Devan terkena karma atas perbuatannya dulu. Melihat Jessica yang hanya terdiam saja, pria itu sudah menduga jika Jessica telah melupakannya. Atau mungkin sedang pura-pura lupa. "Janandra. Apa kamu masih ingat dengan nama itu?" tanya pria itu. Ya, pria itu bernama Janandra atau kerap disapa Jana. Dia adalah teman satu sekolah dengan Jessica sewaktu SMA dulu. Setelah pria itu menyebutkan namanya, tiba-tiba kilasan ingatan Jessica pun berputar layaknya kaset rusak. Dari kilasan balik ingatan Jessica yang muncul dalam otaknya, ternyata banyak momen tak menyenangkan yang dilaluinya bersama pria di hadapannya ini. Jessica menatap tajam ke arah Jana, lalu ia mulai beranjak meninggalkan pria gila itu. Namun sebelum ia melangkahkan kakinya, lagi-lagi tubuhnya dipojokan oleh pria gila itu ke tembok. Dan kali ini tindakannya sudah di luar batas. Jana menciumnya paksa. Tentu saja Jessica tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Jana. Ia memberontak dalam kungkungan Jana. Hingga akhirnya terlepas karena Jessica menendang kakinya sangat keras hingga membuat pria gila itu mengaduh kesakitan. Setelah berhasil lepas dari kungkungan Jana, tanpa basa-basi Jessica langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajah tampan Jana hingga menimbulkan bekas kemerahan telapak tangan Jessica di pipi sebelah kanan pria itu. "Jangan kurang ajar sama saya! Saya bisa menuntut kamu atas perbuatan tidak menyenangkan!" bentak Jessica. Jessica menatap sinis ke arah Jana sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan pria gila itu sendirian yang tengah meringis kesakitan akibat balasan atas perbuatannya. Namun lagi-lagi tangannya dicekal oleh Jana. Bahkan cekalannya kali ini sangatlah kuat hingga Jessica sulit melepaskan diri dari laki-laki itu. Dan Jana kembali menariknya menuju sebuah lorong menuju pintu keluar. "Lepasin enggak!" jerit Jessica yang memberontak dalam cekalan Jana. "Diam!" balas Jana dengan suara tinggi. Tak ada satu pun orang yang mendengar atau melihat mereka, kebetulan lorong yang dilalui oleh mereka adalah lorong tersembunyi dan jarang sekali orang lewat sana karena tempatnya yang gelap dan terlihat sedikit menyeramkan. Karena berisik dengan teriakan Jessica, Jana pun terpaksa membekap mulut gadis itu dengan tangannya agar gadis itu tidak lagi menimbulkan keributan yang nantinya akan mengundang perhatian orang-orang. Namun nasib Jana sedang tidak beruntung lantaran aksinya tersebut diketahui oleh seseorang. Orang yang mendapati Jana dan Jessica sontak langsung mendorong tubuh Jana dengan keras hingga laki-laki itu tersungkur ke bawah dan akibatnya Jessica juga ikut jatuh. Dan Jessica menggunakan kesempatan itu untuk lepas dari Jana. "Re-reyhan," ucap Jessica terbata-bata. *** Sementara itu di dalam gedung, Chandra dan Dean merasa khawatir karena Jessica tak kunjung juga kembali. Padahal sudah hampir tiga puluh menit Jessica pamit ke toilet, namun sampai saat ini tidak ada tanda-tanda gadis itu kembali. "Bang, kok si Jessi lama banget, ya? Dia enggak kabur 'kan?" tanya Dean. Mendengar itu sontak Chandra merasa khawatir lantaran Jessica tidak menyukainya. Pergi ke sini pun karena ia paksa, bukan keinginannya sendiri. Jadi tak salah dengan perkataan Dean. Bisa jadi tebakan sepupunya itu benar. Pergi ke toilet hanya sebagai alibi saja untuk kabur dari sini. Namun sepertinya tebakan Dean bisa jadi meleset karena ia melihat keberadaan tas dan ponsel Jessica di atas meja. Gadis itu tidak membawa barang-barangnya ke toilet. Jadi tidak mungkin Jessica kabur tanpa membawa apa pun. Perasaan khawatir Chandra pun semakin menjadi. Seketika pikiran buruk tentang Jessica menari-nari dalam pikirannya. "Eh, mau ke mana, Bang?" tanya Dean saat melihat abang sepupunya beranjak dari duduknya. "Cek ke toilet, siapa tahu terjadi sesuatu sama Jessica," jawab Chandra. Setelah mengatakan itu Chandra pun beranjak menuju toilet untuk memastikan keberadaan Jessica, apakah masih ada di toilet atau tidak. "Maaf Mbak, saya izin bertanya. Apa di dalam ada perempuan ini?" Chandra bertanya kepada seorang perempuan yang baru saja keluar dari toilet seraya menunjukkan foto Jessica di ponselnya. Perempuan itu mengerutkan keningnya. "Enggak ada deh, Mas. Soalnya di toilet cuman ada saya aja, enggak ada siapa-siapa lagi." Loh, kalau begitu Jessica ke mana?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN