Part 14

1014 Kata
Di tengah suasana mencekam dewa penyelamat Jessica akhirnya tiba. Seseorang datang mengetuk pintu ruangan Chandra. Sontak Chandra pun mau tidak mau melepas kungkungannya dari tubuh Jessica. Sambil berdecak dan menggerutu, Chandra tampak merapikan kemejanya yang sedikit kusut akibat aksinya barusan. Dalam hati ia mengutuk orang yang mengganggu kesenangannya. Begitu pula dengan Jessica, gadis itu ikut merapikan pakaiannya yang kusut akibat ulah tak senonoh atasannya tersebut. Namun dalam hati Jessica sangat mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada seseorang yang sudah mengetuk pintu ruangan Chandra. Setelah memastikan penampilannya dan juga Jessica sudah rapi seperti semula, Chandra pun menyuruh orang yang mengetuk pintu ruangannya untuk masuk. Dan tak berselang lama pintu ruangannya terbuka dan menampilkan sosok seorang laki-laki sepantaran Jessica yang tengah membawa sebuah berkas. Laki-laki itu sempat terkejut melihat Jessica ada di dalam ruangan atasannya tersebut, namun secepat mungkin laki-laki itu mengontrol raut wajahnya dan bersikap biasa saja agar tidak membuat suasana menjadi canggung. Lagi pula ia mencoba berpikir positif jika Jessica ada keperluan dengan sang CEO mengingat Jessica adalah salah satu pramugari andalan maskapai selama ini. "Ada apa?" tanya Chandra. "Maaf ini ada berkas yang harus segera Bapak tanda tangani," balas laki-laki itu. Sesekali ia mencuri-curi pandang ke arah Jessica yang duduk di sofa ruangan itu. Jika boleh jujur ia tertarik dengan Jessica, namun semua karyawan laki-laki di maskapai tahu bahwa gadis itu sulit didekati. Apalagi setelah mendengar Jessica hampir saja terkena kejahatan asusila oleh seseorang, pasti Jessica semakin sulit didekati. Menyadari situasi yang menguntungkan untuknya, Jessica pun segera berpamitan kepada Chandra dan juga karyawan laki-laki itu. Dan Chandra tidak bisa berkutik melihat Jessica mencoba kabur darinya. "s**t! Lagi-lagi gagal!" batin Chandra. Chandra hanya bisa menatap pasrah pada punggung Jessica yang perlahan hilang dibalik pintu. Mungkin hari ini ia gagal, namun ke depannya ia akan pastikan tak akan gagal lagi menjerat Jessica. Ia benar-benar sudah jatuh dengan pesona Jessica, bukan sekedar nafsu saja. "Jessica, saya enggak akan lepasin kamu gitu aja. Kamu itu milik saya," batin Chandra. Sedangkan Jessica dapat menghela napasnya dengan lega setelah berhasil lepas dari kegilaan Chandra. Ia berani bersumpah tidak akan sudi menerima Chandra meskipun dia akan memberikan karier dan harta yang besar untuknya. Dan ia benar-benar mengutuk Chandra karena sudah berani menginjak-injak harga dirinya. Ia yang bukan pemilik raga tubuh ini saja merasa terhina dan sakit hati, apalagi Jessica asli yang merasakannya. "Si Chandra benar-benar gila! Pokoknya gue harus ngehindarin tuh cowok!" batin Jessica. Di tengah kekesalan yang dirasakan oleh Jessica, tiba-tiba sekelebat ingatan masa lalunya kembali berputar dalam ingatannya. Ia kembali mengingat perlakuan kasar dan kurang ajarnya kepada beberapa wanita. "Apa ini yang dirasain beberapa cewek yang sering gue paksa?" Lagi-lagi batin Devan berbicara. Wajah lega Jessica kini digantikan dengan raut murung. Ia benar-benar merasa bersalah kepada Neta dan beberapa wanita yang telah ia sakiti hatinya. Ia benar-benar sadar nasibnya sekarang adalah karma yang ia dapatkan atas perbuatan kurang ajarnya selama ini kepada beberapa wanita. "Lepasin saya!" jerit Jessica saat merasakan tepukan di pundaknya. Ia kira itu adalah Chandra yang kembali mengejarnya, pasalnya ia masih berada di area kantor dan kebetulan sekali lorong yang dilalui oleh Jessica sangat sepi. "Ini gue, Jes!" Merasa familiar dengan suaranya, Jessica pun kembali membuka matanya. Ia bernapas lega setelah tahu orang yang sudah mengagetkannya itu adalah Nabila. "Lo kenapa, Jes?" tanya Nabila. Jessica menggelengkan kepalanya. "Enggak, gue enggak kenapa-kenapa. Barusan gue cuman kaget aja." "Oh, kirain apa. Ayo pulang, dari tadi si bontot neleponin gue mulu, nanyain lo," ajak Nabila. Jessica pun mengikuti langkah kaki sepupunya yang berjalan terlebih dahulu darinya. *** "Kalian lama banget, ih! Dari tadi aku nungguin di sini sendirian sampai lumutan," ucap Karina dengan alaynya begitu melihat kedatangan kakaknya Jessica memutar bola matanya malas menanggapi kealayan sang adik. Tanpa banyak bicara ia menarik kursi yang tepat berhadapan dengan sang adik dan langsung memesan makanan. Kebetulan cacing-cacing di perutnya sudah melakukan aksi demo, meminta diisi oleh makanan. "Ya maaf, nih orang yang bikin lambat. Main ilang-ilangan mulu," balas Nabila sembari menunjuk Jessica dengan dagunya. Karina menatap sang kakak yang kini tengah sibuk dengan ponselnya. Raut wajah sang kakak terlihat beda sekali dari biasanya. Ia menangkap raut kesedihan yang terpancar lewat mata Jessica. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah Jessica sedang ada masalah? "Kak," panggil Karina. Sontak Jessica pun langsung tersadar dari lamunannya. Ia menoleh ke arah Karina. "Apa?" "Are you okay?" tanya Karina. "I'm fine!" "Seriously?" Ayolah, insting seorang adik lebih besar dibandingkan orang lain. Ia tahu Jessica saat ini sedang tidak baik-baik saja. "Ya, Kakak cuman lelah. Ini 'kan hari pertama Kakak sibuk aktivitas di luar lagi," alibi Jessica. Meski ia tahu Jessica berbohong kepadanya, Karina memilih tidak memaksa Jessica jujur kepadanya karena ia tidak ingin membuat wanita itu tidak nyaman kepadanya. Ia tahu batasan sebagai seorang adik, antara ia dan Jessica memiliki rahasi pribadi masing-masing. "Mau ke mana?" tanya Nabila yang seketika menyadarkan Karina dari lamunannya. Gadis yang baru saja memasuki usia legal tersebut menatap sang kakak yang sudah berdiri dari kursi. "Iya, Kakak mau ke mana?" "Ke toilet. Pada mau ikut?" tanya Jessica. "Ya, enggak 'lah. Udah sana!" usir Nabila. Jessica pun beranjak, meninggalkan mejanya dan juga kedua saudara perempuannya menuju toilet. Ia ingin membasuh wajahnya yang tadi sempat dipegang-pegang oleh Chandra. Ah, bicara masalah Chandra perasaan gadis itu tidak enak jika mengingat laki-laki itu. Dari awal bertemu sampai sekarang, tidak ada kesan yang membuat ia tetap stay di situ. Baru saja diobrolkan nama Chandra sudah tertera di layar ponsel milik Jessica. Jessica sangat malas sekali harus membalas pesan pria psiko itu "Ya udahlah, biarin aja," gerutu Jessica. Ponsel Jessica kembali bergetar, saat ia cek ternyata masih dari Chandra. Walaupun tidak menyukai laki-laki itu ia penasaran apa isi dalam chat Chandra kepadanya. Chandra Nakal ya, udah berani kabur-kaburan 20.30 Oh iya, sekarang kamu lagi ada di mana? 20.55 Tanpa membalas chat Chandra, Jessica pun kembali mamasukan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Menurutnya Chandra bukanlah orang special yang harus ia balas cepat pesannya. Tak peduli jabatan Chandra di Tiger Air, yang pasti ia sudah terlanjur kecewa dengan orang itu. Chandra sudah merendahkan harga dirinya sebagai seorang perempuan. Sikap Chandra sudah tak bisa ditoleransi lagi olehnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN