Part 15

1031 Kata
Pagi ini Jessica sudah rapi memakai seragam impian bagi sebagian para wanita. Ya, pagi ini ia memiliki jadwal flight setelah hampir dua Minggu menjalani masa cuti karena masalah kesehatannya. Gadis itu menatap bangunan tinggi di hadapannya. Sempat terdengar helaan napas keluar dari mulutnya. Jujur gadis itu sangat berat melangkahkan kakinya memasuki area bandara. Feelingnya mengatakan jika tantangan dan karma sesungguhnya ada di pekerjaannya tersebut, itu terbukti dengan hadirnya sosok Chandra, Deon, dan juga Fika kemarin. Ketiga orang itu kemarin berhasil memporak-porandakan dirinya, terlebih sosok Chandra yang sudah kurang ajarnya merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Ia belum tahu sosok seperti apa lagi yang akan menjadi penguji kesabarannya. "Ups, sorry gue enggak sengaja." Jessica mendengus saat menyadari orang yang menabrak bahunya adalah Fika, si menyebalkan yang sempat beradu argumen dengannya kemarin dan menuduhnya sebagai pelakor. Ia yakin Fika pasti sengaja menabrak bahunya karena ingin mencari gara-gara dengannya. Mengabaikan wajah menyebalkan Fika yang mencoba mengajaknya ribut, Jessica pun pergi meninggalkan gadis itu. Meladeni gadis itu hanya dapat membuat moodnya memburuk, jadi lebih baik ia menghindari gadis sombong itu. Sementara itu raut wajah Fika berubah menjadi kesal saat Jessica mengabaikannya, padahal ekspektasinya Jessica akan marah kepadanya dan mengajaknya ribut, dengan begitu ia dan Jessica akan dipanggil oleh pihak maskapai. Dan saat pemanggilan itu ia akan melakukan sandiwara yang selalu dipakainya untuk menyingkirkan seseorang yang berpotensi mengalahkannya. Jujur Fika tak suka ada seseorang yang lebih menonjol darinya dan semenjak Jessica dimutasi ke bandara Soekarno Hatta, semua orang lebih tertuju kepada Jessica. "Awas aja, gue enggak akan bikin hidup lo tenang selama bertugas di sini! Kedatangan lo udah bikin gue direndahin dan dibanding-bandingkan sama lo!" gumam Fika. Ia menatap tajam punggung Jessica yang perlahan menghilang di balik ramainya kerumunan orang-orang yang berada di dalam bandara tersebut. Sedangkan Jessica menghampiri timnya dengan perasaan dongkol. Namun saat menemukan keberadaan Natasha di sana perasaan dongkolnya lenyap begitu saja digantikan dengan sebuah senyum tipis yang dapat membuat para kaum adam kelepek-kelepek melihatnya. "Hai," sapa Jessica sambil tersenyum. Natasha membalas sapaan Jessica dengan senyuman. Gadis itu selalu ceria persis seperti Neta di kehidupan Devan. Ah, mengingat Neta ia jadi merindukan gadis itu. Walaupun Neta dan Natasha memiliki paras yang sama, ada beberapa sikap yang membedakan mereka berdua. "Net-ah, maksud aku, Sya, aku boleh tanya sesuatu sama kamu enggak?" tanya Jessica. Nastasha yang tengah sibuk bermain game di ponselnya pun sontak menoleh ke arah Jessica. "Ya boleh dong, Mbak. Emangnya kenapa?" "Emm, aku boleh tahu enggak, sebenarnya kamu ada hubunga apa sama Reyhan?" tanya Jessica. Ia harap tidak seperti dugaannya. Namun sayang, jawaban yang diberikan oleh Natasha justru membuat Jessica kecewa. Hatinya merasa terkhianati meskipun di hadapannya ini bukanlah sosok Neta, kekasihnya. Ia sungguh tak rela Natasha menjadi milik orang lain. "Aku sama Reyhan udah tunangan, tapi belum banyak orang yang tahu tentang hubungan kita," jawab Natasha. Jessica mengerutkan keningnya. "Kenapa? Apa kalian sengaja nyembunyiin hubungan kalian dari rekan-rekan kerja?" Namun sedetik kemudian Jessica menyadari ia sudah terlalu kepo dengan hubungan Natasha dan Reyhan, ia takut Natasha akan ilfeel kepadanya. Dengan cepat Jessica pun meminta maaf kepada gadis itu. "Santai aja, Mbak. Aku maklumi kok, pasti Mbak penasaran sama saya dan mas Reyhan," balas Natasha. "Aku sama mas Reyhan sepakat sembunyiin hubungan kita untuk sementara waktu. Rencananya kami bakal publish hubungan kami kalau kami mau menikah," lanjut Natasha. Mendengar kata pernikahan, Devan merasa hatinya semakin tersayat-sayat. Ia tidak menyangka wanita yang dicintainya akan berakhir dengan orang lain. Sekarang Devan merasa sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan wanita sebaik Neta. Ia tidak bisa membayangkan jika Neta juga akan berakhir meninggalkannya dan memulai kehidupan yang lebih serius dengan laki-laki lain. "Maafin aku, Net," batin Devan. Melihat perubahan raut wajah Jessica, Natasha sempat panik. Ia takut Jessica kenapa-kenapa lantaran dari yang ia dengar kondisi seniornya itu masih belum seratus persen pulih. "Mbak, kenapa?" tanya Natasha. Jessica tersentak, ia pun kembali mengontrol raut wajahnya. "Enggak kenapa-kenapa kok. Barusan aku ingat sama kucing peliharaan aku yang meninggal beberapa hari yang lalu. Kalau ingat itu aku suka sedih." "Yang sabar, Mbak," ucap Natasha sembari mengusap punggung Jessica. Setelah itu kembali terjadi keheningan di antara Jessica dan Natasha. Mereka berdua asyik dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga celetukan seseorang berhasil membuat atensi mereka teralihkan. "Serius lo?" "Iya, gue enggak akan ngomong kalau gue enggak lihat pakai mata kepala gue sendiri." "Gila sih, kalau bener. Berarti karier dia selama ini bukan pure murni karena emang royal sama perusahaan," ujar pramugari bername tag Lila. "Lah, itu juga termasuk royal, tapi royalnya sama om-om petinggi," balas Gita. Setelah itu terdengar tawa dari Lila dan Gita. Keduanya asyik bergosip hingga tak sadar jika orang yang sedang mereka gosipkan ada tepat di belakang mareka. Sedangkan sosok yang dijadikan bahasan gosip itu pun penasaran dan mencuri-curi dengar, entah kenapa feelingnya mengatakan jika yang sedang diobrolkan oleh kedua juniornya itu adalah dirinya. Apalagi sepintas ia mendengar nama belakangnya disebutkan dalam obrolan mereka. "Apa jangan-jangan mereka sempat ngelihat gue sama si Chandra, ya?" batin Jessica. Jessica kembali menajamkan Indra pendengarnya. Ia ingin menggali informasi yang didapatkan dari obrolan kedua juniornya itu. "Eh, Jes, ini ada titipan dari pak Chandra!" Jessica memejamkan matanya diiringi helaan napas kasar. Ia menoleh ke arah Fika yang tengah tersenyum penuh kemenangan ke arahnya. Pasti gadis itu sengaja ingin menjatuhkan namanya di depan rekan-rekan kerja lainnya agar ia dipandang sebelah mata. Sontak perkataan Fika barusan berhasil membuat semua rekan kerjanya menatap ke arah Jessica. Mereka seolah beranggapan jika gosip itu benar, padahal kenyataannya tidak seperti itu. "Makasih." Jessica mengucapkannya sedikit tidak ikhlas. Ia juga terpaksa menerima paper bag titipan Chandra karena tidak mungkin ia terang-terangan menolaknya. "Wah, gue enggak nyangka ternyata lo main kotor demi karier lo di Tiger Air," bisik Fika. Mendengar itu tangan Jessica tampak terkepal erat dan raut wajahnya juga tampak mengeras. Fika benar-benar sedang menguji kesabarannya. Fika tersenyum melihat perubahan raut wajah musuhnya. Kini ia memiliki titik kelemahan Jessica, yakni Chandra. Ia akan menggunakan Chandra untuk menyingkirkan Jessica. "Chandra sialan!" umpat Jessica dalam hati. "Oh, ternyata beneran!" celetuk Lila seraya melirik sinis ke arah Jessica. Sementara itu Jessica tidak ingin ambil pusing mendengar sindiran keras dari beberapa rekan kerjanya. Dibandingkan harus meladeni kepedean mereka, lebih baik Jessica mulai menjalankan misinya agar ia dapat kembali lagi ke dalam raga aslinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN