Iva mengernyit. “Kok bisa?” “Tolong kancingkan satu lagi kemejamu.” Fabian menunjuk dengan dagunya bagian kerah kemeja Iva yang terbuka rendah hingga memamerkan belahan d**a wanita itu. Iva menurunkan pandangan ke dadanya. “Melihat yang beginian saja langsung “konak”.” “Kancingkan sekarang atau—“ “Atau apa?” pangkas Iva dengan nada menantang. Dia bahkan bangkit dari duduknya dan sengaja mencondongkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangan menahan di tepi meja. “Kamu nantangin aku?” “Kalau kamu bilang seperti itu, berarti iya.” Iva tersenyum nakal sambil menaikan alisnya berusaha menggoda. Sebenarnya Iva hanya ingin tahu kebenaran ucapan Fabian. Wanita itu tidak benar-benar menantangnya. Sejauh Iva mendalami obrolan dengan Fabian, pria tersebut terkesan tidak jujur mengenai peristiwa