“Fabian, bicara apa kamu tadi?” sergah Iva, “lancang sekali kamu bilang kalau kita mau menikah. Kapan kita pacaran? Kapan kamu melamarku? Sembarangan saja kalau ngomong!” Fabian mengembus napas. Dia kemudian menajamkan tatapannya pada Iva sebelum berdiri dan berjalan ke samping Iva. “Kamu mau aku melamarmu?” “Ya—“ “Ikut aku!” Tidak memberikan kesempatan Iva menjawab, Fabian mencekal pergelangan tangan Iva dan menariknya pelan. Iva menahan semampunya supaya tetap berdiri dan tidak terseret. “Kita mau ke mana?” “Ikut saja. Jangan nanya melulu, ah!” Fabian menarik tangan Iva lagi, tetapi Iva masih tetap menahan. “Katakan dulu mau ke mana?” “Cerewet banget sih! Aku mau melamar kamu.” “Heh, cowok stress! Mana bisa ngelamar dadakan begini? Kita berdua lebih mirip musuh daripada sepasang