Sore telah hilang. Cahaya bulan sebagai lentera yang menerangi kegelapan muncul dengan bintang yang menemaninya. Malam telah datang. Hembusan angin semilir menerobos masuk ke dalam kamar Mira. Perempuan itu sengaja membuka jendala kamarnya, kemudian berjalan menuju balkon kamar. Kelopak mata perempuan itu terpejam, menerima terpaan angin malam yang menyejukkan, terasa menyenangkan saat hembusan angin itu menyentuh kulit wajahnya. Rasanya seperti dibelai oleh kain sutera yang sangat lembut. Namun, tak lama kemudian, helaan napas berat terdengar dari dirinya. Mira membuka matanya yang sempat ia tutup sejenak. 'Aku suka udara di sini, tapi aku benci berada di sini. Aku rindu ayah dan ibuku, aku rindu kehidupan normalku.' Mira terlihat menyeka sudut matanya yang sedikit berair, kerinduan