Bab 7 - Berikan Aku Kesempatan

1889 Kata
Embusan napas kasar bergulir dari hidung bangir Helena. Wanita itu masih berdiri dengan angkuh di dalam ruangannya. Menyilangkan kedua tangannya di depan d**a dan menyenderkan tubuhnya pada meja kerjanya, lalu melemparkan tatapan tajam kepada Tristan yang masih berada di dalam ruangannya. Sementara itu, Arsen telah keluar dari ruangan tersebut untuk mengurusi pekerjaannya yang lain. “Apa motifmu bekerja di sini, Tristan?” Helena mulai menginterogasi mantan kekasihnya itu. Meskipun Arsen sudah mengatakan padanya untuk menerima Tristan sebagai asistennya, tetapi Helena tetap perlu mengetahui jelas alasan Tristan ingin bekerja di Bamantara Group. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba saja Tristan datang menjadi karyawan Bamantara Group. Tentu saja hal ini perlu dicurigai. Padahal Helena mengira jika pria itu sudah menyerah setelah ia mengusirnya dua hari yang lalu, tetapi nyatanya pria itu malah mempersiapkan kejutan sebesar ini untuknya. “Kalau kamu ingin mengejutkanku … selamat kamu berhasil melakukannya, Tris,” sindir Helena dengan sinis. Tristan mengulum senyumnya. Ia sangat menyukai ekspresi kesal wanita itu. Ia sudah menduga jika wanita itu akan marah dengan kehadirannya, tetapi seperti biasanya Tristan tetap memasang wajah acuh tak acuh dengan sindiran wanita itu. “Kalau aku bilang aku ingin membantu Galaksi, apa kamu akan percaya?” jawab Tristan dengan nada yang terdengar menantang. Suara dengkusan yang terdengar meremehkan Tristan terdengar dari Helena. Wanita itu memutar bola matanya dengan malas. “Tentu saja aku tidak akan percaya, kecuali kalau kamu memang sudah tidak waras,” cetusnya. Terlihat jelas ekspresi tidak bersahabat dari Helena terhadap Tristan. Ia tidak percaya seorang Tristan Rahardian akan suka rela melepaskan kedudukannya sebagai direktur di perusahaan Rahardian hanya untuk menjadi asisten kecil di perusahaan saingannya. Sebenarnya Helena curiga jika motif Tristan sesungguhnya adalah untuk mencari perhatiannya, tetapi ia enggan mempertanyakannya karena tidak ingin diolok-olok oleh mantan kekasihnya tersebut. Helena cukup memahami sikap Tristan dan ia tidak ingin terjebak dalam perangkap mantan kekasihnya tersebut. Sepasang manik mata cokelat gelapnya menatap Tristan dengan penuh selidik. Selama beberapa minggu ini Tristan sudah dengan jelas menunjukkan keinginannya untuk rujuk demi Nayra. Akan tetapi, Helena berpura-pura menutup matanya atas kegigihan Tristan dalam mendapatkan nilai baik darinya. Terkadang Tristan juga mengatakan secara terang-terangan mengenai perasaannya, tetapi Helena selalu menepis pernyataan cintanya tersebut dengan kalimat yang kejam. Helena tahu jika tanggapannya yang dingin akan menyakiti hati pria itu, tetapi semua itu tidaklah sebanding dengan luka yang pernah diterimanya dari pria itu dulu. Perubahan positif yang ditunjukkan Tristan tidak akan begitu mudah mengikis kebencian Helena terhadap pria itu. ‘Ternyata dia masih tidak menyerah,’ batin Helena seraya mengulas senyuman kecut di bibirnya. Ia tidak menyangka pria itu akan menyusun strategi baru untuk melakukan pendekatan dengannya. Entah permainan apa lagi yang sedang direncanakan Tristan kali ini. Yang pasti Helena tidak ingin terjerumus ke dalam permainan pria itu. Ia tidak akan pernah membiarkan Tristan kembali mengaduk-aduk perasaannya dan membuat dirinya terluka kembali. Di satu sisi, Helena juga yakin jika Tristan memiliki motif lain untuk bekerja di perusahaan ini. Bukan hanya demi mendekatinya, tetapi Helena menerka jika Tristan memiliki tujuan tertentu terhadap Bamantara Group. Ia yakin Tristan tidak mungkin sebodoh itu sampai meninggalkan harta dan kedudukannya di perusahaan Rahardian demi mengejarnya. Mereka bukan lagi remaja yang labil dan tidak mengetahui tingkatan kepentingan yang harus dilakukan. Secara pribadi Helena sering mendengar sepak terjang Tristan dalam mengembangkan perusahaan Rahardian. Pria itu cukup berkompeten dalam mengelola bisnis. Jika tidak, perusahaan Rahardian tidak mungkin bisa bersaing dengan Bamantara Group. Meskipun terkadang Tristan menggunakan cara licik seperti menyusupkan mata-mata ke dalam perusahaan Bamantara seperti yang pernah dilakukannya beberapa bulan yang lalu, tetapi sekarang Tristan sendiri yang terjun langsung menjadi karyawan di perusahaan ini. “Kamu boleh menganggapku tidak waras, Helena. Tapi, aku harap kamu bisa menilaiku setelah melihat kinerjaku,” timpal Tristan atas sindiran sinis dari wanita itu. Suara pria itu memecahkan lamunan Helena. Manik mata cokelat gelap Helena memandang Tristan dengan sengit. Namun, pria itu terlihat sangat tenang meskipun Helena terus mencecarnya dengan dingin. Kewaspadaan yang ditunjukkan Helena tidak sedikit pun menggoyahkan pendirian Tristan. Tristan mengira jika Helena seharusnya sudah mengetahui dengan jelas tujuan utamanya bekerja sebagai asistennya, tetapi seperti biasanya harga diri seorang Helena Amelia terlalu besar sehingga Tristan harus melapangkan dadanya untuk menerima kecaman keras dari wanita itu terhadap tindakannya ini. Ia tidak pernah mengira wanita itu akan mencurigainya dalam arti yang berbeda. Tristan merasa sangat senang dapat berjumpa kembali dengan Helena. Selama dua hari ini banyak sekali hal yang dipikirkannya mengenai tindak tanduknya selama tinggal di apartemen mantan kekasihnya itu. Ia berpikir jika sikapnya memang cukup mengesalkan karena terus menempel pada Helena seperti benalu. Wajar jika mantan kekasihnya itu akan membencinya. Sekarang Tristan berniat untuk melakukan pendekatan secara intensif dengan memanfaatkan hubungan mereka yang baru, yaitu sebagai atasan dan bawahan. Ia akan menunjukkan kepada Helena mengenai keseriusannya dalam hal pekerjaan dan meraih kepercayaan wanita itu terlebih dahulu. Meskipun Galaksi sudah memperingatkannya untuk tidak membuat masalah, tetapi Tristan memiliki rencananya sendiri. “Memangnya apa yang bisa kamu lakukan selain menggoda wanita,” cibir Helena dengan ketus. Ia kembali memutar bola matanya dan memalingkan wajah masamnya. Perlahan Tristan berjalan mendekatinya, tetapi secara refleks, Helena menarik tubuhnya sendiri ke belakang ketika Tristan menjulurkan tangan ke arahnya. Sudut bibir Tristan pun terangkat tipis melihat kegugupan wanita itu terhadap tindakannya. “Kenapa aku seperti mendengar nada cemburu di dalam ucapanmu, Helena?” ledek Tristan. Seulas senyuman nakal pun terbit di bibirnya. Bola mata Helena sontak membulat besar. “Si-Siapa juga yang cemburu? Ck, dasar narsis,” gerutunya menampik ucapan Tristan dengan cepat. “Oh ya? Tapi, kenapa kamu sampai segugup ini?” Satu alis Tristan terangkat. Sedikit demi sedikit ia mendekati Helena hingga jarak mereka semakin terkikis. Degup jantung Helena tiba-tiba berpacu cepat. Ia berniat mendorong Tristan karena mengira pria itu memiliki niat untuk melakukan tindakan senonoh terhadapnya ketika jarak mereka hanya tersisa beberapa inci saja. Akan tetapi, hal yang dikhawatirkan Helena tidaklah terjadi karena Tristan hanya ingin mengambil kacamatanya yang sempat dilepas Helena beberapa saat lalu dari atas meja kerja di belakang wanita itu. Tristan memperlihatkan kacamata di tangannya tersebut, lalu tersenyum smirk melihat kegugupan Helena. “Apa yang kamu takutkan? Memangnya kamu pikir aku adalah seekor serigala, hm?” sindir Tristan seraya memakai kembali kacamatanya. Wajah Helena merona merah. Ia mengeratkan rahangnya dengan kesal karena Tristan berhasil mempermainkannya. ‘Sial!’ rutuknya di dalam hati. “Kamu memang bukan serigala. Tapi, buaya,” cetus Helena dengan ketus. Manik matanya menyalang tajam, lalu ia kembali berkata dengan nada tajam, “Sebaiknya kamu menjaga sikapmu kalau kamu masih mau bekerja di sini, Tristan. Walaupun Galaksi menjadi pendukung di belakangmu, tapi sekarang aku adalah atasanmu secara langsung. Kalau kamu sampai berbuat kesalahan yang sangat fatal ataupun merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan Bamantara Group, aku tidak akan tinggal diam. Camkan itu!” Telunjuk Helena teracung ke arah d**a Tristan. Kedua netra mereka saling menatap dengan tajam seolah menunjukkan keteguhan mereka satu sama lain. Tidak ada yang berniat memutuskan pandangan lebih dulu hingga akhirnya beberapa detik kemudian, Tristanlah yang lebih dulu memutuskan kontak matanya. Pria itu malah tertawa kecil atas peringatan serius yang dilontarkan Helena. Helena terkesiap. Keningnya mengerut dan memperhatikan sikap Tristan dengan lekat. “Apa ada yang lucu, Tristan? Sepertinya kamu tidak mendengar ucapanku, hm? Aku adalah atasanmu. Sikapmu sedikit pun tidak mencerminkan keseriusanmu. Bagaimana aku bisa percaya kalau kamu akan loyal terhadap perusahaan?” cibir Helena lagi seraya menarik telunjuknya dari d**a pria itu. Akan tetapi, tangan Tristan telah bergerak lebih dulu. Ia meraih tangan Helena dan menggenggamnya dengan erat, lalu meletakkannya di d**a kirinya. Helena tersentak. Ia dapat merasakan debaran jantung Tristan yang sedang berpacu dengan sangat cepat seolah pria itu ingin menunjukkan bahwa perasaannya tidak akan pernah berubah. Helana berusaha menarik tangannya dengan kembali, tetapi Tristan masih tidak berniat melepaskannya dan semakin mengeratkan genggamannya dengan kuat sehingga Helena mendeliknya dengan tajam. Namun, Tristan berpura-pura tidak memahami isyaratnya tersebut. “Lepaskan aku, Tristan,” desis Helena dengan sinis. Manik matanya memandang ke arah pintu ruangannya. Ia khawatir akan ada seseorang yang menerobos masuk seperti Arsen tadi. “Kamu ingin semua orang melihatmu seperti ini? Aku tidak masalah kalau nanti kamu dikeluarkan oleh Galaksi, tapi tolong kamu jangan menyeretku ke dalam masalah!” “Apa seperti ini cara meminta tolong?” goda Tristan yang kembali tersenyum nakal melihat kepanikan wanita itu. “Kau!” Gigi-gigi Helena bergemeretak. Kesal karena pria itu terus menguji kesabarannya. Perlahan Tristan melepaskan genggamannya, lalu berkata, “Tidak perlu khawatir. Aku akan mengikuti segala perintah dari Ratuku. Aku pasti akan mengingat pesanmu, tapi aku tetap tidak akan pernah menyerah dengan perasaanku. Jadi … tolong lihatlah aku dan berikanlah aku kesempatan untuk menunjukkan kalau aku bukan lagi Tristan Rahardian yang akan melukaimu.” Sepasang manik mata Helena memandang Tristan lurus-lurus. Ia dapat melihat keseriusan pria itu kali ini, tetapi keraguan selalu muncul di dalam hatinya ketika ingatan masa lalunya dengan Tristan kembali menyeruak di dalam benaknya. Helena pun memalingkan wajahnya, lalu kembali duduk di kursi kerjanya. “Aku tidak mengerti apa yang sudah kamu katakan. Kalau kamu memang berniat kerja di perusahaan ini, tunjukkanlah potensi kerjamu dengan baik.” Wajah Tristan langsung berseri-seri mendengar ucapan Helena. Ia berpikir jika langkah awalnya untuk mendapatkan kepercayaan wanita itu sudah berhasil. Akan tetapi, ucapan Helena selanjutnya membuat Tristan merasa jika ia tidak boleh gembira terlalu awal. “Waktu percobaanmu satu bulan. Kalau kamu membuat satu kesalahan kecil saja, aku akan mengajukan pemecatanmu kepada Galaksi. Tidak peduli kesepakatan apa yang telah kalian lakukan, aku tetap akan meminta pemecatanmu. Jika dia menolak, aku yang akan angkat kaki dari sini,” cetus Helena dengan sorot mata tegas yang menghunus ke arah Tristan. Seketika wajah pria itu berubah datar. Perlahan sudut bibir Tristan terangkat sendu, lalu pria itu berkata, “Baiklah. Aku tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.” “Kalau begitu, sekarang kamu rapikan proposal ini. Aku ingin menggunakannya dalam waktu tiga puluh menit,” titah Helena seraya menyerahkan dokumen yang baru saja dicetaknya tadi kepada Tristan. Dahi Tristan mengerut. Tiga puluh menit adalah waktu yang sangat singkat baginya untuk memahami isi proposal dan memperbaikinya. Ia tahu jika Helena sengaja mempersulitnya, tetapi ia tetap tidak akan membiarkan wanita itu mendapatkan tujuannya. Ia tersenyum tipis, lalu menerima lembaran kertas tersebut tanpa mengajukan protes apa pun dan pamit undur diri dari ruangan tersebut. Manik mata Helena masih memandang langkah Tristan hingga menghilang dari balik pintunya. Helaan napas panjang pun bergulir dari bibir Helena. Ia menundukkan wajahnya dan memijit pelipisnya yang berdenyut hebat. ‘Apa yang sudah aku lakukan? Tidak seharusnya aku memberikannya kesempatan apa pun untuknya,’ batin Helena merutuki kelengahannya. Di satu sudut hati Helena seolah menjerit keras untuk menolak pria itu, tetapi di sisi yang lain, pendiriannya mulai bergetar. Padahal ia ingin menunjukkan kepada Tristan bahwa pria itu tidak perlu mengharapkan apa pun darinya, tetapi ketika terlintas wajah Nayra di dalam benaknya, Helena selalu saja goyah. ‘Aku harus membuatnya menyerah. Apa pun caranya,’ batin Helena. Ia memutuskan untuk mempersulit Tristan dalam pekerjaannya sehingga ia memiliki alasan untuk memecatnya. Helena yakin Galaksi akan memenuhi keinginannya jika ia memberikan sedikit ancaman pengunduran diri nanti. Galaksi tidak mungkin akan membiarkannya meninggalkan perusahaan dan memilih Tristan. Helena tahu jika ia terlalu berbesar kepala mengingat Galaksi lebih membutuhkannya dalam hal pekerjaan, tetapi ia tidak memiliki cara lain untuk mengusir Tristan dari kehidupannya. Helena memandang telepon genggamnya di atas meja, lalu meraihnya dan menghubungi nomor kontak Galaksi untuk mempertanyakan tujuan Galaksi dalam perekrutan Tristan. Sayangnya, panggilan tersebut tidak terhubung sehingga Helena meletakkan gawainya kembali dan menghela napas frustasi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN