Flashback
John Smith bergerak cepat menuju ruang laboratorium. Pria itu hendak memaksa Sang profesor untuk membuatkan hal yang luar biasa. Dan benar saja, Sang profesor sedang sibuk melakukan penelitian pada kloning yang telah gagal dia buat.
"Arthus," tegas John Smith membuat Arthus menghentikan penelitiannya. Pria itu pun menoleh ke belakang.
"Apa yang anda inginkan?" Tanya Arthus.
"Bisa kita bicarakan dengan serius?" Tanya John Smith membuat profesor Ligius Arthus melepas Jas putih kebanggaannya. Kemudian pria itu bergerak menuju suatu ruangan di mana ada sebuah sofa panjang dan meja. Tempat yang cukup nyaman untuk berbincang hal serius.
"Silahkan duduk," ucap Sang profesor pada pria yang sudah hampir satu bulan ini menyekap dirinya. Menyekapnya untuk suatu misi yang bahkan telah gagal dilakukan.
"Saya hanya ingin memastikan suatu hal," ucap John Smith pada profesor Ligius Arthus. Netra hitam pria itu tampak begitu tajam membuat Arthus bergidik ngeri walau hanya dengan melihatnya sekejap.
"Tentang apa, Sir."
"Cloning," ucap John Smith membuat Ligius Arthus gemetar. Bukan karena ketakutan tapi karena khawatir akan terjadi kegagalan lagi. Sungguh dia tak ingin terjadi hal buruk pada keluarganya karena kegagalan yang dia lakukan kembali. Hal ini sungguh membuatnya trauma secara psikis.
"Seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Saya butuh jaringan kulit dermis yang masih aktif untuk menciptakan Cloning Maxi de Luca. Selama jaringan dermis yang masih aktif itu belum ada, maka saya pun tak bisa menciptakan Cloning pria itu," ucap Ligius Arthus tegas.
John Smith tampak mengerutkan keningnya. Pria itu berpikir bagaimana caranya untuk bisa mengambil jaringan kulit dermis dari Maxi de Luca. Pasti sulit mendapatkannya.
"Kalau begitu buatkan bius yang paling ampuh. Yang bekerja cepat tanpa efek samping," ucap John Smith.
Profesor Ligius Arthus pun terdiam. Pria itu berpikir keras sebelum akhirnya mengiyakan permintaan John Smith.
"Baiklah. Saya akan usahakan. Beri saya waktu satu bulan," ucap Prof. Ligius Arthus pada John Smith. Sayangnya John Smith bukanlah pria yang rela menunggu. Pria itu jelas menolak permintaan satu bulan dari sang profesor.
"Tidak. Satu Minggu," ucap John Smith.
"Baiklah," ucap prof. Ligius Arthus enggan berdebat.
Pria itu tetap duduk di tempatnya sampai akhirnya John Smith keluar dari ruang laboratorium. Ligius Arthus memijit pelipisnya yang teramat pening. Pria itu berusaha memusatkan pikiran tentang apa yang harus dia buat dalam waktu satu minggu.
Pria itu pun bergegas ke ruang laboratorium. Mencari bahan demi melancarkan penelitiannya. Namun sayang, semua peralatannya tak ada yang berhubungan dengan pembuatan obat bius. Karena selama ini dia hanya fokus pada proses pembuatan Cloning yang gagal.
Pria itu pun keluar ruangan. Dan dia segera dihadapkan oleh dua bodyguard yang menjaganya sepanjang waktu. Lebih tepatnya menjaga agar dia tak bisa kabur dari tempat ini.
"Saya ingin bertemu dengan John Smith," ucap Ligius Arthus.
Sebuah borgol pun menyandera lengannya. Diikatkan di tangan kanan dan dikaitkan dengan tangan kiri salah satu bodyguard. Sungguh dia merasa seperti pendosa yang harus terperangkap dalam neraka.
"Ikut kami," ucap sang bodyguard padanya.
Mereka pun bergerak cepat menuju suatu ruangan. Ruangan bernuansa hitam dan abu-abu yang kelam. Menggambarkan betapa hitam kehidupan seorang John Smith. Dan seberapa kuat pria itu hidup dalam kegelapan. Sungguh mengerikan bagi Ligius Arthus.
"Ada apa kau datang?" Tanya John Smith sambil duduk di sebuah kursi yang berada di sisi jendela besar.
Ligius Arthus menatap sekeliling ruangan yang benar-benar suram. Sumber cahaya hanya datang dari sebuah jendela di mana John Smith duduk di kursi yang berada di dekat jendela itu. John Smith tampak seperti iblis berpakaian serba hitam yang diterpa sinar dalam kegelapan. Aura hitam itu benar-benar nyata bagus Sang profesor.
"Saya butuh peralatan untuk membuat hal yang anda minta," ucap Prof. Ligius Arthus.
"Catat semua keperluanmu. Saya akan sediakan dalam waktu satu jam," ucap John Smith menghisap cerutunya. Dan mengepulkan asap putih yang kontras dengan sinar terang diantara suasana gelap yang menyelimuti.
Tak perlu menunggu lama, salah satu anak buah John Smith segera memberikan sebuah buku dan bolpoin untuknya. Prof. Ligius Arthus pun menulis keperluan apa saja yang dia butuhkan. Termasuk seekor ular king kobra. Kemudian pria itu memberikan hasil tulisannya kepada anak buah John Smith.
Dengan cepat anak buah John Smith memberikan buku pada bosnya. Prof. Ligius Arthus bisa melihat betapa seriusnya John Smith membaca tulisan yang dia ciptakan di sana. Bahkan John Smith sampai meletakkan cerutunya demi memusatkan konsentrasi pada bacaannya. Dan setelahnya, pria itu mengangkat wajah demi menatap sang profesor.
"Untuk apa kau meminta seekor king kobra?" Tanya John Smith penasaran.
"kobra memiliki racun neurotoksik (racun yang menyerang sel saraf) yang kuat, yang bekerja pada sistem saraf," jelas Prof. Ligius Arthus.
"Racun neurotoksik menimbulkan masalah penglihatan, kesulitan menelan dan berbicara, kelemahan otot, kesulitan bernapas, gagal pernapasan, muntah, serta sakit perut. Ular kobra juga punya racun sitotoksik (senyawa atau zat yang merusak sel normal) yang menyerang jaringan tubuh. Ini menimbulkan rasa sakit yang parah, pembengkakan, dan kemungkinan nekrosis (kematian sel dan jaringan). Bahkan kondisi penggumpalan darah (antikoagulasi) terjadi. Dari Analisis kimia racun King Kobra, ada protein baru yang dikenal sebagai ohanin. Protein ini terbilang unik yang dimiliki King Kobra. Paparan toksin dalam jumlah kecil yang diuji coba pada tikus menimbulkan efek neurologis yang mencakup hiperalgesia dan hiperlokasi. Hyperalgesia mengacu pada peningkatan kepekaan terhadap rasa sakit, sedangkan hiperlokasi yang menghambat aktivitas tindakan dan fisik," Prof Ligius Arthus masih memberikan penjelasan yang membuat John Smith menyimak setiap kata yang diucapkan pria itu.
"Lalu? Kau akan menjadikan racun king kobra untuk membunuh Maxi de Luca? Begitu maksudmu?" Tanya John Smith.
"Tidak," jawab Ligius Arthus tegas.
"Lalu?"
"Saya akan mencoba untuk melakukan fermentasi pada racun king kobra. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dengan menggunakan keadaan yang disebut dengan tanpa udara atau oksigen. Istilah ini sering disebut anaerobik. Fermentasi biasanya digunakan untuk pengawetan makanan alami, di mana mikroorganisme seperti ragi dan bakteri mengubah karbohidrat, seperti pati dan gula menjadi alkohol atau asam. Untuk fermentasi racun king kobra, prosesnya akan sama seperti fermentasi racun lebah dalam pembuatan vodca. Proses fermentasi dari kerja micro organisme di dalamnya akan menurunkan kadar ohanin dan neurotoksin pada racun. Namun secara fungsional mereka tetap bekerja dalam fase penurunan kesadaran tanpa membunuh. Sehingga seseorang yang diberi fermentasi king kobra ini akan hilang kesadaran dalam waktu cukup lama tanpa ada rasa pusing ataupun sakit di tubuhnya sebelum pingsan seperti yang biasa terjadi pada orang yang diberi obat penenang atau obat tidur. Hal ini akan membuat Maxi de Luca pingsan tiba-tiba tanpa ada gejala apapun," ucap Prof. Ligius Arthus. John Smith menganggukkan kepalanya tanda dia memahami apa yang telah dijelaskan oleh sang profesor. Namun dalam anggukan kepala itu, tentunya tetap ada keangkuhan yang terkubur di dalamnya. Begitu arogan dan kental. Membuat siapa pun akan gemetar setiap berhadapan dengannya. Walau saat ini Ligius Arthus tampak tenang, nyatanya hati pria itu bergemuruh saat memilih kata untuk penjelasan. Sungguh nyawa keluarganya benar-benar di ujung tanduk.
"Saya percayakan semuanya padamu. Dalam waktu 1 Minggu semua harus selesai. Agar kita bisa lebih cepat menciptakan kloning dari Maxi de Luca," perintah John Smith dengan tegas. Ini adalah rencana besar yang luar biasa.