Selang satu jam kemudian. Anak buah John Smith datang ke ruang laboratorium. Sekitar ada tiga pria berperawakan besar dan berpakaian serba hitam membawa peralatan dan bahan yang dibutuhkan oleh Ligius Arthus. Mereka masuk membawa semua bahan dan peralatan, kemudian disusul oleh John Smith.
"Apa lagi yang kau perlukan?" Tanya John Smith menatap prof. Ligius Arthus yang tampak mengecek keperluannya.
"Sepertinya sudah cukup," ucap sang profesor.
"Tapi..."
"Tapi apa?" Tanya John Smith.
"Saya butuh seseorang untuk membantu saya mengeluarkan bisa ular kobra," ucap prof. Ligius Arthus pada John Smith.
"Lucas, kau bantu dia." John Smith memerintahkan salah satu anak buahnya dengan tegas.
"Yes, Sir."
Setelahnya pria itu segera pergi dari ruang laboratorium. Meninggalkan sang profesor bersama salah satu anak buahnya. Lucas tampak berdiri tegap layaknya seorang polisi yang sedang berjaga. Sedangkan Prof. Ligius Arthus mengambil sebuah gelas yang ditutup oleh plastik. Gelas yang nantinya akan menampung bisa ular dalam jumlah yang cukup banyak.
"Tolong pegang bagian kepala ularnya. Nanti saya yang akan membantu mengeluarkan bisa dari sana," ucap Arthus memerintahkan Lucas.
Pria itu pun mengambil benda berbentuk Y dan mengarahkan capitnya ke kepala ular. Sayangnya ular begitu lincah meliukkan tubuhnya di dalam kotak transparan. Dan betapa terkejutnya Lucas bersama Arthus saat ular menyemburkan cairan berwarna hijau terang ke arah mata mereka. Beruntung, kotak yang digunakan rapat, sehingga bisa tidak sampai mengenai bagian tubuh mereka.
Setelah beberapa saat menghabiskan waktu dan energi untuk menjepit kepala ular, akhirnya mereka pun berhasil. Arthus memberikan kaca mata pelindung pada Lucas sebelum pria itu menarik kepala ular keluar dari kotak. Sedangkan Arthus mengarahkan mulut ular ke gelas yang sudah ditutup plastik. Seketika ular mengeluarkan bisanya dalam jumlah yang cukup banyak. Kemudian mereka pun mengembalikan king kobra itu ke dalam sangkarnya lagi.
"Terima kasih," ucap Arthus membuat Lucas menunduk hormat kemudian pergi tanpa kata. Seperti robot yang memang diciptakan untuk menuruti kemauan tuannya.
Arthus pun memulai penelitiannya. Dengan terampil dan penuh perhitungan matang pria itu mulai membagi bisa ular yang dia dapat dalam beberapa bagian. Masing-masing dia berikan cairan yang berbeda. Dan mengecek setiap kandungannya demi mendapatkan sample terbaik.
Berhari-hari pria itu berkutat dengan bisa ular demi menghasilkan apa yang diinginkan oleh John Smith. Hingga akhirnya usaha tak mengkhianati hasil. Jerih payahnya berhasil. Dan dia pun mencoba racikan rahasianya pada seekor kucing. Benar saja dalam waktu kurang dari satu menit, kucing itu hilang kesadaran. Tekanan darahnya menurun drastis, tapi tidak pula mati.
Arthus tersenyum menatap cairan ciptaannya. Cairan bening kehijauan itu telah memenuhi botol mini di tangannya. Warna yang cukup jauh berbeda dengan warna bisa aslinya. Jelas semua perubahan ini karena proses fermentasi yang telah terjadi di dalamnya. Di akhir waktu yang ditentukan oleh John Smith, akhirnya Sang profesor berhasil.
Flashback end
Seorang wanita cantik melenggak-lenggokkan tubuhnya bak model internasional. Wanita itu melangkahkan anggun dengan kaki jenjang yang dibalut heels berukuran cukup tinggi. Gaun merah yang pas body membalut tubuh indahnya. Tak ada gerak-geriknya yang mencurigakan.
Setelah seseorang membukakan gerbang utama markas Maxi de Luca. Wanita cantik nan seksi itu pun melangkah pergi dan kembali ke wujud aslinya. Iblis cantik yang menawan dan cerdas. Wanita itu segera berlari cepat menuju motor besar yang menjemputnya.
Selang beberapa saat kemudian Maxi de Luca mengamuk. Mencari keberadaan wanita yang telah menipunya. Dan dia begitu marah setelah tahu wanita itu sudah kabur dari markasnya.
"s**t!!!" Umpatnya penuh amarah.
Sedangkan di sisi lain. Liana tersenyum puas menatap plastik bening berisi sayatan kulit Maxi de Luca. Sungguh dia puas telah menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Sesampainya di markas John Smith, Liana segera melangkahkan kakinya menuju ruang utama di mana John Smith biasa berada. Tak menunggu waktu lama, sebuah pintu besar terbuka lebar untuknya.
"Selamat datang kembali, Nona manis." John Smith menyambutnya dengan suka cita. Sedangkan Liana hanya tersenyum simpul.
"Setelah menjadi p*****r Maxi de Luca, apa kau juga berniat menggoda saya?" Tanya John Smith menatap penampilan seksi Liana yang masih mengenakan dress berwarna merah menyala dan heels tinggi. Tak lupa wajah cantik dengan riasan cukup tebal yang membuat wajahnya semakin seksi.
"Sayangnya saya tidak berminat menjadi p*****r anda, Tuan John Smith." Liana begitu ketus saat mengucapkannya. Gadis itu benar-benar marah saat dianggap sebagai seorang wanita lemah yang tak memiliki kemampuan selain menjajakan tubuhnya. Sungguh rendah.
"Kidding, Babe."
"Cih... Seandainya bukan karena misi ini tentu saya tidak sudi memakai pakaian murahan seperti ini."
"Lalu bagaimana misinya? Apa kau berhasil?" Tanya John Smith penasaran.
"Jangan panggil aku Liana jika aku tidak mampu melakukan pekerjaan mudah seperti ini," ucap Liana arogan.
"Kau memang selalu bisa diandalkan," ucap John Smith bangga. Sayangnya Liana belum juga memberikan apa yang dia tunggu sejak tadi. Sungguh hal ini membuat John Smith tidak sabar.
"Mana jaringan kulit Maxi de Luca?" Tanya John Smith penasaran.
Gadis itu pun tampak merogoh kantongnya. Kemudian tersenyum miring saat mulai menggantung plastik berisi sample kulit Maxi de Luca di tangan kanannya. Hal ini tentu saja membuat senyum John Smith mengembang. Sungguh dia sudah tak sabar bisa membuat kloning Maxi de Luca secepatnya.
PROK PROK PROK...
John Smith menepuk tangannya dengan bangga saat melihat apa yang ada di tangan kanan Liana. Pria itu bangkit dari kursinya demi bisa melihat jaringan kulit itu dari dekat. Dan sungguh dia terpukau melihat kejelasan di sana. Layaknya menemukan gunung emas, John Smith begitu bahagia.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya John Smith pada Liana.
"Hanya sebuah pulau yang indah di wilayah new Zealand," ucap Liana tersenyum.
"Akan kuberikan salah satu pulau ku yang ada di sana untukmu," ucap John Smith membuat Liana tersenyum puas. Gadis itu pun memberikan sample kulit di tangannya kepada John Smith. Bekerja dengan John Smith memang tak pernah membuatnya rugi.
"Bagaimana kerja racun itu?" Tanya John Smith penasaran. Dia benar-benar ingin mendengar keajaiban yang mungkin akan terjadi. Tekhnologi adalah hal yang membantunya mempermudah pergerakan bahkan melindungi dirinya dari kejaran musuh ataupun interpol.
"Sangat luar biasa. Pria itu hilang kesadaran dalam sekejap setelah meminumnya. Dan tetap hilang kesadaran cukup lama hingga akhirnya aku bisa melarikan diri dari markasnya."
"Good," ucap John Smith tersenyum puas.
"Kau bisa kembali ke ruangan mu, Liana," ucap John Smith pada wanita cantik di hadapannya.
"Thanks, Sir." Liana pun bergegas pergi meninggalkan bos mafia.
Flashback end of