"X-Ray?"
"Ya. Sinar ini yang akan bekerja dan memberikan informasi senyawa apa saja yang ada dalam kristal," ucap William misterius dan membuat Johnson semakin penasaran.
"Saya semakin penasaran. Mungkinkah ini yang membuat gaji anda selalu dinaikkan oleh Maxi de Luca?" Gumam Johnson membuat William terkekeh karena mendengar ucapan orang kepercayaan Maxi de Luca.
"Bekerjalah dengan otak. Bukan dengan otot. Karena nilai pemikiran jenius lebih berharga dibanding dengan tenaga perkelahian," ucap William begitu angkuh. Pria berusia 37 tahun itu masih sibuk menata kristal di atas flat X-Ray.
"Ya. Kau memang benar. Maka dari itu saya benar-benar penasaran. Siapa tau saya bisa menjadi seorang ilmuwan yang bisa menambah gunung emas," ucap Johnson mengangkat satu alisnya karena menahan kesal.
Sedangkan netra hazelnya menatap setiap gerakan terampil seorang William. Dia mengakui betapa cerdasnya seorang William hanya dari gerak-gerik dan perhitungannya yang tepat. Dan kini dia menyaksikan sendiri William mengatur posisi microscope electon dengan pandangan tepat di hadapan kristal. Sedangkan sinar dia pantulkan ke arah cermin menuju kristal.
Entah apa yang sedang dilakukan oleh William, Bruno Johnson tak paham. Dia hanya bisa menatap setiap pergerakan Sang profesor tanpa tahu harus bertanya apa.
Entah sudah berapa lama Bruno Johnson membiarkan William sibuk dengan dunianya. Hingga akhirnya pria itu menoleh ke belakang dan menggerakkan jemarinya sebagai indikator bagi Bruno Johnson untuk mendekat.
Bruno Johnson pun bangkit dari kursi. Pria itu bergerak mendekat ke arah William.
"Kau bisa lihat apa yang terjadi di sana," ucap William menujuk microscope pada Bruno Johnson.
Karena rasa penasaran yang amat sangat tinggi, pria itu pun segera mendekatkan indera penglihatannya ke arah microscope. Dan pemandangan indah di sana membuatnya terpana. Sungguh tak menyangka ada keajaiban yang bisa dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"What do you see? (Apa yang kau lihat?)" Tanya William penasaran seperti apa reaksi Johnson saat melihat molekul dan senyawa di bawah benda ajaib bernama microscope.
"It's amazing. Aku sampai tidak bisa berkata apa-apa," ucap Bruno Johnson terpukau menatap cahaya yang membelah untaian antar bola-bola berukuran berbeda. Tentunya dengan warna yang berbeda pula. Membuat bola-bola itu seolah terbang dan bergerak tak tentu arah. Menciptakan nuansa seni yang bahkan tak pernah bisa dia bayangkan bisa seindah ini. Inikah seni dari para ilmuwan? Sungguh Bruno Johnson selama ini berpikir para ilmuwan melakukan hal yang membosankan. Nyatanya ini sangat asik dan begitu menarik.
"Itu adalah partikel mikroskopis. Dalam Fisika kuantum, kita berurusan dengan ukuran pada skala atomik dan bahkan sub atomik guna mempelajari karakteristik atau sifat partikel, seperti apa mereka atom bergerak akan menentukan jenis mereka," ucap William menjelaskan.
Entah mengapa, ilmu pengetahuan membuat Bruno Johnson semakin penasaran. Padahal dulu dia bukanlah orang yang rajin dan menyukai pelajaran. Dia lebih suka dengan hal-hal berbau fisik seperti olah raga dan bela diri. Dan kali ini rasa penasaran membuatnya begitu tertarik pada ilmu pengetahuan.
"Fisika kuantum? Bukankah benda hanya bisa bergerak pada lintasan gerak yang pasti? Itu yang kuingat saat pelajaran sekolah dulu," gumam Bruno Johnson membuat William terkekeh.
"If you think you understand quantum mechanic, you wrong. (Jika kamu berpikir kamu paham tentang fisika kuantum, kamu salah.)," ucap William membuat Bruno Johnson semakin bingung.
"Why?"
"Pada fisika kuantum, kita harus meninggalkan konsep klasik. Dalam Fisika klasik, suatu benda memiliki lintasan gerak yang pasti. Namun dalam ranah kuantum, partikel tidak bergerak pada lintasan yang pasti. Lebih hebatnya lagi, lintasan yang mungkin ditempuh sebuah partikel tak-berhingga jumlahnya. Akibatnya, diperlukan konsep matematika yang lebih rumit untuk menjelaskan fenomena dalam ranah kuantum. Persamaannya yang terkenal yaitu perasamaan Scrodinger, dapat diibaratkan sebagai hukum Newton dalam ranah kuantum." William menjelaskan dengan begitu apik. Sedangkan Bruno Johnson masih memperhatikan semester kecil yang hanya bisa dia lihat di bawah microscope. Dan semesta ini sungguh menakjubkan baginya. Dia bisa melihat pergerakan atom yang luar biasa keren. Mengalahkan galaksi yang indah. Nyatanya mereka seperti fraksi bintang-bintang yang teratur dan pasti.
"Jika hukum Newton digunakan untuk mengetahui posisi benda pada waktu tertentu, persamaan Scrodinger digunakan untuk mendapatkan fungsi gelombang dari benda yang kita tinjau. Dari fungsi gelombang tersebut kita dapat mengetahui karakter benda, seperti posisi, momentum, energi dan lain-lain. Dan tekhnologi yang terkait dengan fisika kuantum tentang hamburan salah satunya adalah XRD atau X-Ray diffraction."
"X-Ray diffraction?"
"Ya, X-Ray diffraction. Itu adalah metode yang sangat penting dalam bidang karakterisasi material. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dalam skala atomik."
Bruno Johnson hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarkan setiap penjelasan ilmiah yang diucapkan oleh William. Tak menyangka pria itu hapal berbagai teori. Pria ini benar-benar bekerja menggunakan otak yang sangat keren.
Pria itu pun kembali mendekatkan indera penglihatannya ke microscope. Sungguh penampilan di dalamnya tak pernah membuatnya bosan. Bruno Johnson layaknya seorang anak kecil yang menemukan mainan baru. Netra hitamnya fokus menatap bola-bola ajaib itu saling bertubrukan dan menjauh. Bagai planet-planet berbagai warna dan ukuran yang memenuhi semesta. Mereka begitu berkilau karena membias sinar yang masuk. Memesona.
"Saya benar-benar tak habis pikir. Sinar bisa bekerja dengan begitu hebat pada sebuah kristal. Mampu memperlihatkan bola-bola apa saja yang membentuk kristal itu. Ini sangat keren," ucap Bruno Johnson tersenyum puas.
"Saya benar-benar ingin tahu seperti apa prinsip kerja X-Ray," ucap Bruno Johnson penasaran.
"Prinsip kerja dari X-Ray diffraction adalah sinar X yang dihasilkan pada tabung sinar akan ditembakkan ke spesimen melewati rangkaian celah logam dengan nomor atom tertinggi. Celah logam ini digunakan sebagai bidang acuan kesejajaran berkas sinar X. Setelah terdifraksi oleh spesimen, berkas ini akan melewati rangkaian celah yang lain. Celah anti hambur akan mengurangi radiasi latar dan meningkatkan rasio puncak dengan memastikan bahwa detektor hanya dapat menerima sinar X yang berasal dari spesimen. Berkas yang telah melewati celah penerima akan menjadi konvergen. Nah konvergensi berkas inilah yang menentukan lebar berkas yang sampai ke detektor. Pola difraksi yang terbentuk memiliki intensitas atau ketinggian gelombang yang berbeda. Di mana intensitas ini sebanding dengan jumlah Foton sinar X atau energi yang terhitung oleh detektor. Semua ini dipengaruhi oleh panjang gelombang sinar X yang digunakan. Tekhnologi karakterisasi X-Ray diffraction telah dilakukan oleh banyak peneliti untuk memperoleh informasi terkait struktur Kristal, ukuran kristal, orientasi kristal tunggal ataupun poli, fase yang terbentuk dari reaksi kimia, dan identifikasi material yang belum di ketahui."
"Anda benar-benar luar biasa, Prof."
"Semua ilmu bisa dipelajari selama kita melampaui kerangka kemampuan manusia. Karena pada dasarnya manusia memiliki kemampuan super dalam alam bawah sadarnya," ucap William.
"Tolong minggir. Saya akan tunjukkan sesuatu," ucap William membuat Bruno Johnson segera menyingkir dan William segera memposisikan indera penglihatannya ke microscope.
Kening pria itu berkerut tanda sedang berpikir keras. Dan dari dominan atom yang terlihat, pria itu mengamati kumpulan atom dengan skala kecil yang berdiri sendiri. Dia yakin ini adalah benda asing yang seharusnya tidak ada dalam kandungan Cocktail.
"Ada apa Prof?" Tanya Bruno Johnson penasaran.
William pun segera menarik diri. Pria itu membalikkan tubuhnya untuk menatap Bruno Johnson.
"Kau lihat kristal ini."
"Ya."
"Apa warnanya?" Tanya William dengan wajah serius.
"Bening kehijauan," ucap Bruno Johnson bingung. Untuk apa William bertanya tentang warna. Sedangkan pria itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Kau sudah lihat di bawah microscope. Apa warna atom yang dominan?" Tanya William.
"Saya tidak terlalu memperhatikan. Bisa saya lihat lagi?"
"Silahkan," ucap William menyingkirkan diri.
Bruno Johnson pun terkejut saat baru menyadari dominan atom di dalamnya bukanlah warna hijau, melainkan warna merah. Tapi entah mengapa kristal yang terbentuk justru berwarna hijau. Seni di dunia ilmuan memang misterius.
"Merah dan kuning. Tapi mengapa kristal ini dominan berwarna hijau?"
"Ada atom resesif di sana. Kau bisa perhatikan kumpulan atom yang berdiri sendiri membentuk fraksi. Atom berukuran paling kecil yang berwarna hijau terang. Itulah yang membuat warna kristal menjadi hijau," ucap William.
"Tapi bagaimana mungkin bisa seperti ini?"
"Sepertinya ada proses biologis dalam penciptaan cairan yang dimasukkan ke dalam cocktail. Seperti proses fermentasi yang membuat atom menjadi dominan di antara yang dominan."
"Saya benar-benar tidak paham," gumam Bruno Johnson.
"Kalau begitu keluarlah. Biarkan saya konsentrasi untuk mencari tahu apa isi di dalamnya."
"Baik."
"Katakan pada Maxi de Luca, beri saya waktu 3 jam untuk memecahkan masalah ini," ucap William.