Numpang Nama

1525 Kata
Tepat sebelum Reza sampai ke tempat perjanjian dengan Arya. Reza mengendarai motor sport Ducati putih miliknya. Sebenarnya ia bisa saja membawa mobil tetapi Reza berpikir akan jauh lebih cepat menggunakan motor sekaligus menghindari macet. Dalam perjalanannya menuju tempat pertemuan tiba-tiba seseorang yang menggunakan Kawasaki Ninja merah mencolok memepet motornya. Aksi saling kejar-kejaran terlihat di sana bahkan Reza hampir terjatuh dan mencelakai pengendara lainnya sehingga ketika ia memasuki jalanan sepi, Reza memutuskan untuk berhenti karena seorang pengendara itu juga memotong jalannya. "Siapa dia? Nyari mati, ya?" ucap Reza mematikan mesin motornya kemudian turun dari motor melepaskan helmnya. Seseorang yang telah menghadangnya pun melakukan hal yang sama tetapi ia belum membuka helm miliknya. "Maaf kenapa kamu mengejar dan memberhentikan aku?" tanya Reza menggaruk kepalanya nampak sopan dengan melontarkan pertanyaan senyuman. Walaupun ia merasa tak bersalah dan wajar jika ia marah tetapi, Reza memilih untuk ramah pada orang yang menghadangnya itu. Orang itu kemudian mendekati Reza dengan tetap mengenakan helm hitamnya dan kini mereka berhadapan. "Apa kamu kenal aku?" tanya Reza melontarkan senyum lagi. Tiba-tiba orang itu memutar tubuhnya dan kini kaki kanan orang itu tepat mengarah ke kepala Reza, ternyata ia melakukan sebuah tendangan memutar tiba-tiba dan berusaha menyerang bagian kepala Reza tetapi, dengan cepat Reza mengarahkan kedua tangannya untuk menahan tendangan itu yang akhirnya tendangan pun terhenti oleh kuatnya dua tangan Reza itu. Kemudian waktu seakan berhenti sejenak kemudian orang ini menarik kakinya kembali. "Kamu? Jadi kamu ngikutin aku, ya?" Nampaknya Reza sadar dengan seseorang yang ada di hadapannya walaupun orang itu sama sekali belum membuka helmnya. "Ketahuan, ya? Ya ampun kau itu munafik, ya? Masih aja nyembunyiin kebusukan kamu dengan sikap pura-pura sok baikmu itu," ucapnya kemudian membuka helm itu dan menaruhnya di motor, sementara Reza hanya berusaha mengatur napasnya. Ternyata itu adalah Oboi. Dengan senyum yang menunjukkan banyak kebencian di dalamnya kemudian Oboi mengatakan sesuatu pada Reza yang membuat Reza sedikit terpancing emosi. "Caramu tida elegan, menghentikan orang di jalanan, terus tiba-tiba ngasih tendangan," ucap Reza menatap serius Oboi dengan kilatan mata seakan menyala. Jaket kulit yang mereka kenakan seakan membuat mereka seperti geng motor yang ingin beradu tinju di jalanan, entah ada masalah apa diantara mereka berdua sehingga Oboi memburu Reza. "Hahaha tapi refleks mu semakin bagus Reza, apa yang kau lakukan beberapa tahun belakangan ini? Apa kamu ngerasa aman karena gak ketemu aku lagi?" tanya Oboi menyeringai. "Kita gak punya urusan lagi, kenapa kamu ngejar aku?" tanya Reza yang merasa tak memiliki masalah dengan Oboi. "Hahaha ya ampun orang ini munafik banget apa emang gak punya malu? Kamu masih muda tapi kok pikun? Apa kamu bilang? Ga ada masalah lagi? Hahaha lucu banget sumpah. Kamu pikir masalah itu bisa selesai gitu aja? Sayangnya enggak!" ucap Oboi menyeringai. "Kalo kamu cuma mau ngomongin ini mending kita pulang aja, lagian aku gak punya urusan lagi sama kamu, aku dah punya kehidupan sendiri jangan ikut campur urusan orang lain," ucap Reza melangkah menuju motornya kemudian menaiki Ducati itu dan menganggap bahwa tidak terjadi apa-apa di sana. Ketika Reza akan mengenakan helm miliknya kemudian dengan cepat dan keras Oboi menekannya dengan kaki. Suara benturan cukup keras antara helm yang di tekan menggunakan kaki dengan wadah tangki bensin motor itu. Reza terdiam sesaat kemudian Oboi mulai berbicara. "Mau kemana? Aku udah lama nyari kamu, kamu pikir aku bakal lepasin kamu?" ucap Oboi yang saat ini tumit kakinya masih menekan helm Reza. "Kamu sadar gak kita di mana? Ini jalan umum, orang bakal keganggu sama perkelahian kita. Orang-orang bakal berkumpul buat hentiin kita," ucap Reza. "Jadi maksudnya kamu mau ribut sama aku di tempat sepi? Hahaha bodoh banget, kamu kira aku bakal sia-siain kesempatan ini? Aku tau kamu pasti kabur karena dari dulu kamu itu seorang pecundang yang selalu lari hahaha," ucap Oboi kemudian menendang helm Reza ketepian. "Sial dia sulit banget di provokasi, ditempat ini gak bagus buat kelahi, kalo ada yang kenal aku bisa gawat reputasi dan nama aku," gumam Reza nampak kesal dengan perlakuan Oboi. "Aku gak akan lupa sama apa yang udah kamu perbuat, aku gak akan bikin kamu tenang sebelum kamu kamu menderita." Oboi menatap tajam Reza dengan tatapan seorang pembunuh. "Kamu perhatiin kata-kata kamu, ini negara hukum. Kamu gak bisa lakuin apa-apa seperti yang kamu mau." Reza turun dari motornya kemudian ia membuka jaket kulit hitamnya. "Lucu sekali orang kayak kamu ngomongin hukum, sebelum kamu ngomong harusnya kamu ngaca dulu!" Oboi melancarkan sebuah pukulan mengawali perkelahian mereka di sana. Arya kebingungan malam ini karena ia belum menyelesaikan tugasnya apalagi dia harus print tugas itu. Lucy kemudian menelpon Arya dan bermaksud untuk membantunya selalu Lucy minta diajarkan apa yang Arya tahu selama ini. "Jadi aku bingung sebenernya, temen-temen aku gamau kerja kelompok bareng, mereka tiba-tiba gabisa dateng," ucap Arya melalui telepon loadspeaker yang saat ini duduk di depan layar laptop pemberian guru-guru untuknya di sebuah kamar tempat Arya beristirahat. Orang yang ada di dalam sambungan telepon itu adalah Lucy, ia meminta Arya untuk menghubungi dirinya walaupun Arya mengatakan jika ia akan mengerjakan tugas laporan. "Ya ampun kenapa kejam banget? Apa orang-orang Jakarta kayak gitu? Kirain di sekolah aku aja," ucap Lucy menanggapi ucapan Arya. "Ya begitulah. Kamu lagi ada di mana? Kayaknya sepi banget?" Arya mengetik sesuatu dan masih fokus pada layar laptopnya itu. "Kebetulan ayah dan ibu sedang pergi keluar, ada acara persembahan buat laut." "Persembahan buat laut? Acara apaan itu?" Arya penasaran dengan acara tersebut, acara yang belum pernah ada disekitarnya. "Di pulau ini mereka yang tinggal sangat menghormati laut sampai percaya jika yang menjaga pulau ini ada campur tangan roh laut tetapi, itu dulu. Sekarang orang-orang membuat makanan ke laut hanya sebagai formalitas saja dan juga menghormati makhluk yang hidup di laut dengan memberi makan mereka, melemparkan makanan ke laut agar di makan hewan laut." Lucy menjawab tanpa ragu. "Oh gitu, ya. Tradisi unik, ya? Aku jadi mau lihat." "Hahaha ramai dan biasanya setelah itu ada pesta, orang-orang yang baru beranjak dewasa di pulau ini bahkan harus menuang air ke laut sebagai simbol membuang kesialan." "Apa kamu lakuin itu juga?" tanya Arya lagi. "Aku lakuin kok tapi aku gak pernah percaya sama ritual kayak gitu soalnya sampai sekarang aja aku masih sering sial hahaha." Lucy tertawa saat menceritakan semuanya. Malam itu Arya menyelesaikan tugasnya ditemani Lucy bahkan sampai Lucy ketiduran. Itu adalah momen yang cukup lucu sampai Arya senyum-senyum sendiri. Sebelumnya ia tak pernah menelpon perempuan sampai selarut itu. "Ya ampun kayaknya dia tidur, aku matiin aja deh. Tapi gimana print tugas ini, ya? Apa aku minta waktu sama Bu Ani? Aduh pusing banget." Pagi pun tiba dan seperti biasanya Arya adalah orang pertama yang datang ke kelasnya. Pagi ini ia cukup kebingungan dan kesulitan bagaimana cara dia menjelaskan semuanya sedangkan ia tak ingin menjatuhkan teman-temannya sendiri di depan Bu Ani. Sebuah pesan dari Lucy cukup membuat ia tersenyum pagi itu. [Selamat pagi (emoticon tertawa) Semangat Arya semoga kamu berhasil sama tugasnya] "Hehehe dia lucu juga tapi, gimana caranya aku berhasil Lucy? Aku aja belum print tugasnya," gumam Arya tersenyum melihat pesan dari Lucy. Jam pun berlalu suara bising teman-teman sekelas mulai terdengar, kelas sudah mulai ramai dan anak terakhir yang datang adalah Angga dan Ryan tetapi, tidak terlihat Reza di kursinya. Teman satu kelompoknya hanya diam saja seakan mereka tak menanggung beban apapun, bahkan tak ada yang menanyakan kabar Arya hari ini padahal kemarin tugas mereka dikerjakan seorang diri oleh Arya. "Bosenin, aku beneran kaya orang yang tersesat di rumah orang, di sini kayak gak ada yang peduli sama aku," gumam Arya dengan ekspresi cukup lesu dan bete. Akhirnya waktu presentasi pun di mulai, kini semua anggota kelompok sudah berbaur masing-masing. Nampaknya semua orang juga kebingungan dan ketakutan karena faktanya bukan hanya kelompok Arya yang belum menyelesaikan printnya tetapi, kelompok lain pun sama. "Reza kemana? Dia gak masuk?" tanya Arya yang tak melihat Reza di sana. "Dia gak masuk katanya izin," jawab Florensia. Mereka berkumpul masing-masing dan yang nampak aktif di kelompok Arya hanyalah dirinya dengan Florensia bahkan Florensia basa-basi dengan menanyakan tugasnya walaupun Arya sadar jika itu hanya cara Florensia agar ia tak di salahkan. "Ya ampun padahal ibu udah ngasih waktu dua hari tapi kalian belum kelar juga? Termasuk Arya?" tanya Bu Ani sedikit kalem hari ini. "I-iya Bu maaf, kami salah." Arya meminta maaf karena ia merasa jika tak dapat melakukan tugasnya dengan baik. "Yaudah ibu tunggu hasil laporan kalian sampai ulangan semester ini." Bu Ani kemudian memanggil satu persatu kelompok yang presentasi. Satu persatu kelompok lain telah selesai bahkan beberapa diantaranya tidak paham dengan apa yang mereka bahas. "Nanti kamu aja ya yang jelasin? Kita gak ngerti sama sekali sama pembahasan kelompok kita, sama kemarin juga kan aku gak kumpulan jadi ya mau gimana cara fahamnya? Bener kan, Florensia?" tanya Agnes merasa tak bersalah sama sekali. "Iya bener, lagian yang pinter kan cuma Arya di sini, jadi cuma kamu yang bisa wakilin kita." Florensia tersenyum. "Kenapa jadi tugas individu? Bukannya ini tugas kelompok? Ya ampun aku beneran dimanfaatin sama orang-orang ini, padahal salah mereka sendiri gamau kerja kelompok tapi semua beban di berikan padaku," gumam Arya melemparkan senyum palsu. Siang itu Arya mempresentasikan hasil kelompoknya dan satupun diantara mereka tak ada yang berani berbicara untuk menjelaskan, itu artinya mereka hanya menumpang nama agar mendapatkan nilai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN