Daniel sudah mulai tenang karena ia juga sadar apa yang dilakukannya sudah keterlaluan, sementara Arya yang telah merapikan bajunya masih belum tahu apa yang akan dia lakukan kedepannya karena rintangan yang akan ia hadapi cukup berat.
"Maafin aku, ya? Aku cukup syok denger cerita kamu yang masih sulit sebenarnya aku percaya tapi, sejak dulu kamu gak pernah boong, kan." Daniel menghela napasnya kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi itu.
Daniel seakan kehilangan semangatnya sekarang setelah mengetahui apa yang Arya lewati bahkan ia merasa jika kehidupan cinta yang ia alami sangat buruk.
"Kayaknya dia masih gak terima kalo aku dapet hal yang kayak gini, dari dulu Daniel adalah pecundang dalam urusan cinta walaupun kenyataannya aku pun seperti itu karena status sosial ku tetapi, walaupun Daniel orang kaya tetap saja tidak ada yang melirik ke arahnya." Arya menatap Daniel dengan sebuah gumaman.
Arya merogoh saku depan celananya dan di sana terdapat beberapa permen yang kemudian ia tawarkan pada Daniel untuk menenangkannya.
"Maka ini, kesukaan mu, kan?" tanya Arya melirik ke arah Daniel menyodorkan beberapa permen kesukaan Daniel.
Daniel melihat permen yang saat ini berada di telapak tangan Arya kemudian ia tertawa tetapi, apa yang ia lakukan hanya agar kesedihan yang ia alami tidak teringat lagi.
"Hahaha kau harusnya tau walaupun aku suka permen tapi ini bukan saatnya makan permen." Daniel mengambil permen itu kemudian membuka bungkusnya lalu ia makan.
"Suatu hari pasti ada cewek yang lirik kamu, kamu baik Daniel dan apa adanya walaupun kau terkadang ceroboh dan mudah percaya pada orang lain." Arya tersenyum lalu ia sandarkan kembali punggungnya di tribun penonton itu.
Daniel mulai bercerita tentang apa yang sebenarnya ia alami selama ini, dibalik sikapnya yang konyol dan sangat setia kawan ternyata kisah cintanya cukup memperihatinkan.
"Dulu aku pernah deket sama cewek tapi hanya karena masalah sepele kemudian ia meninggalkan aku," ucap Daniel mengemut permen yang ada di mulutnya itu.
"Hah? Jadi pecundang kayak kamu pernah deket sama cewek juga? Kapan? Perasaan dari dulu kita berteman kamu gak keliatan tuh deket sama cewek." Arya terkejut karena memang selama ini Daniel tak pernah dekat dengan wanita manapun bahkan beberapa diantaranya merasa ogah berada di dekatnya.
"Jelas kamu gak pernah liat soalnya dia beda sekolah sama kita, kami kenal di chat dan cukup intens bahkan dia pengen ketemu aku." Daniel mengedipkan matanya saat ia melihat ke bawah kemudian mengambil handphonenya.
Daniel membuka sebuah aplikasi yang ada di handphonenya lalu kemudian ia mencari chat yang dulu pernah ia alami pada Arya.
"Ini chat yang kami bicarakan selama ini." Arya menyodorkan sebuah percakapan yang ia lakukan dengan wanita yang sedang ia bicarakan.
Di dalam pesan itu kurang lebih beberapa kalimat yang terbaca seperti ini
[Kamu lagi apa?]
[Rebahan]
[Oh, udah makan?]
[Udah]
[Bagus deh]
[Iya]
[Hehe]
[Hehe]
[Kamu bisa kayang ga?]
Percakapan di dalamnya jauh terlihat seperti seseorang yang memaksakan kehendak untuk mendapatkan sesuatu.
"Ya ampun dia beneran pecundang, chat aja bosenin kayak gitu," gumam Arya merasa aneh dengan apa yang ia baca.
"Itu cuma sebagian aja yang bisa kamu liat, dia emang jutek karena dia mengatakan zodiaknya itu Taurus," ucap Daniel kemudian mengembalikan handphonenya ke saku celana.
"Terus sekarang gimana?" tanya Arya penasaran.
"Gimana apanya?" Daniel seolah tak mengerti yang ditanyakan Arya.
"Ya hubungan kamu sama cewek itu, masih lanjut atau gak ada hubungan lagi?" tanya Arya penasaran.
"Ini masalahnya, saat itu hubungan kami sudah berjalan lima bulan." Daniel meneruskan ceritanya tetapi tiba-tiba Arya memotong.
"Sebentar, kamu lima bulan dengan isi chat kayak gitu?" tanya Arya penasaran bahkan ia sampai memiringkan badannya menghadap Daniel.
"Iya, dia emang cuek dan gak banyak tanya," jawab Daniel melihat ke arah Arya.
Arya menahan tawa sejak Daniel mengatakan itu bahkan ia membuang wajahnya ke bawah agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh Daniel karena itu mungkin akan melukai hati Daniel.
"Hahaha apa-apaan itu? Si kampret ini bisa-bisanya tahan sama cewek model gitu, padahal jelas-jelas dia dicuekin banget," gumam Daniel sembari menutup mulutnya menahan tawa dengan posisi membungkuk.
"Kamu kenapa? Sakit perut?" tanya Daniel yang merasa aneh melihat Arya melakukan gerakan semacam itu.
"Oh iya aku sakit perut gara-gara soda kali, ya?" ucap Arya tersenyum dan masih menahan tawanya.
"Makanya jangan banyak minum soda."
"Yaudah lanjut, terus gimana akhirnya?" tanya Arya penasaran.
"Aku masih simpen chatnya nih kamu mau liat?" tanya Daniel.
Belum sempat Arya membalas tetapi, Daniel langsung memberikan isi chatnya yang ia sodorkan di hadapan wajah Arya.
"Ini."
"Kenapa kamu tanya dulu kalo mau langsung kasih, dasar pea," ucap Arya kemudian membaca isi chatnya yang kurang lebih seperti ini.
[Kamu kayak tokoh anime yang aku suka beneran, kamu mau jadi pacar aku, ga?]
[Hah? Maksudnya?]
[Aku suka kamu, aku mau pacaran sama kamu]
[Maaf aku gabisa]
[Gabisa nolak iya kan hahaha udah ketebak, loh]
[Aku serius gabisa, gak bisa pacaran sama kamu]
[Gabisa kenapa? Kalo alesannya aku terlalu baik buat kamu kayaknya udah gak masuk akal deh atau kalo kamu jawab mau fokus belajar itu terdengar bullshit, loh]
[Engga]
[Terus]
[Zodiak aku Taurus sedangkan kamu Aquarius, aku keras kepala sedangkan kamu imajinatif, gabisa pokoknya zodiak kita gak cocok]
Lagi-lagi Arya harus bisa menahan ketawanya karena isi chat yang ditunjukkan Daniel benar-benar membuat ia tak bisa berbohong.
"Sial! Percakapan macam apa itu?" gumam Arya menahan tawanya.
"Kamu kenapa lagi? Beneran sakit perut, ya? Sana ke toilet dulu," titah Daniel kemudian memasukkan kembali hpnya.
"Maaf Daniel untuk sekarang aku gabisa tahan tawa hahaha, apa-apaan itu nolak orang karena zodiaknya gak cocok ya ampun ngakak so hard!" Arya tertawa cukup puas karena ia tak habis pikir dengan isi chat yang diberikan oleh Daniel tersebut.
"Sialan, jadi dari tadi kamu ketawain aku ya?" tanya Daniel kesal sedangkan Arya telah berdiri dan mencoba kabur darinya.
"Aduh aku gak kuat hahaha aku kabur ah," ucap Arya yang kemudian lari meninggalkan Daniel di sana.
"Sialan mau kemana kamu hey! Sini kamu Arya aku buat kamu jadi daging cincang!"
Di waktu yang sama Reza tak sengaja menabrak seseorang di depannya saat ia mau meninggalkan kantin.
"Oh maaf aku gak sengaja," ucap Reza yang membawa beberapa cemilan dan berniat langsung meninggalkan kantin itu.
"Kenapa buru-buru sekali tuan muda?" Lontaran yang terucap dari mulut seseorang yang ia tabrak kemudian mengejutkan Reza yang kemudian ia menatap wajah orang itu.
Reza terlihat terkejut sampai membuka matanya, jantungnya pun berdebar cukup kencang seperti seseorang yang melihat hantu. Orang itu menyeringai pada Reza di belakangnya terlihat Amon dan Deden mengawal pria itu.
"Kamu?" Reza mendadak panik dan memasang ekspresi yang cukup serius.
"Kamu inget sama aku? Kirain udah lupa."
Ternyata dia adalah Oboi. Oboi menepuk-nepuk pundak Reza sembari melontarkan senyum kemudian Reza hanya berekspresi datar.
"Sejak kapan kamu ada di sini? Jadi yang orang-orang bicarakan murid baru itu kamu, ya?" tanya Reza mencoba tetap tenang.
Sepertinya mereka sudah saling mengenal itu terdengar dari cara mereka berbicara bahkan Reza bertanya sesuatu yang memperkuat dugaan itu.
"Kamu perhatian juga, ya? Aku kira orang kayak kamu udah gak punya rasa peduli lagi sama orang lain terlebih sama temen deketmu ini," ucap Oboi tersenyum.
"Berhenti nunjukin wajah palsumu di depan aku, aku tahu siapa kamu. Kenapa kamu sampai pindah kemari?" tanya Reza penasaran walaupun sepertinya ia ingin segera pergi dari sana.
"Hahaha apaan, sih? Wajah aku dari dulu emang kayak gini, apa kamu sekarang mulai takut melihat wajah temen lama kamu? Ayolah kita ngobrol sebentar." Oboi mencoba memegang pundak Reza sekali lagi dan bermaksud mengajak dia duduk di kantin itu.
Namun, dengan cepat ia menahan tangan Oboi cukup kuat sampai urat-urat tangan Oboi terlihat karena aliran darahnya terhimpit oleh genggaman Reza.
"Jangan sentuh aku, biarkan aku pergi dari sini," ucap Reza menatap tajam mata Oboi.
Amon dan Deden yang sepertinya telah berteman dengan Oboi itu terkejut karena Reza bisa menahan tangan Oboi yang mereka tahu cukup kuat.
"Berani banget dia nahan tangan Oboi?" ucap Amon menatap mereka.
"Dia mantan ketua OSIS yang sekarang sekelas dengan Angga, si Angga gak pernah nyentuh dia sama sekali mungkin Angga tau potensi anak ini," balas Deden yang pernah mendengar sebuah cerita dari temannya yang lain.
Oboi menatap tajam balik Reza kemudian menyeringai lalu menarik kembali tangannya karena ia masih menjaga sikap dan tak ingin ada keributan di tempat ramai.
"Hahaha oke oke aku lepas," ucap Oboi menaruh kedua tangannya di saku celana depan lalu melangkahkan kakinya melewati Reza diikuti Amon dan Deden.
Reza terdiam sejenak lalu menghela napasnya kemudian pergi dari sana. Florensia yang ada di sana sempat melihat pertemuan Reza dan Oboi dan ia cukup penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Sementara Arya yang telah kembali ke kelasnya menyempatkan diri membalas pesan Lucy yang sebelumnya mengirimkan Arya pesan.
[Pesan suara : Hay Arya kamu lagi belajar apa? Ayo ajarin aku pelajaran matematika! Aku lemah di itung-itungan]
"Aduh kenapa dia ngirim pesan suara, sih?" Arya membalas pesan Lucy mengetikkan sesuatu sehalus mungkin untuk tidak memberikan ia pesan suara saat berada di sekolah.
[Ya ampun aku kaget loh hahaha kirain kamu ngirim apaan. Nanti aku ajarin kalo udah di rumah tapi jangan ngirim VN kalo lagi di sekolah takut pada kepo wkwkwk]
Lucy yang menerima pesan dari Arya nampak bahagia dan merasa malu dengan apa yang dia lakukan.
"Ya ampun apa yang udah aku lakuin ya ampun aaww." Lucy senyum-senyum sendiri sembari memeluk handphonenya padahal Arya hanya membalas seperti biasanya.