Kabar

1512 Kata
Setelah saling mengobrol melalui telepon malam itu, hubungan Arya dan Lucy semakin dekat bahkan mereka saling menanyakan kabar sekarang, hal itu seperti dua anak muda yang tengah jatuh cinta walaupun Lucy tak menyatakan apapun malam itu. Hari pengumpulan tugas biologi tinggal sehari dan itu artinya ini adalah hari terakhir Arya mengerjakan tugasnya. Sepulang sekolah Arya meminta agar semua berkumpul mau tak mau. Sementara itu sikap Angga dan Ryan menjadi cukup tenang sekarang. "Kejadian kemarin seperti sebuah mimpi dan aku masih penasaran siapa yang melakukannya, sementara Lucy membuat aku lega karena dia memberikan aku banyak pelajaran ternyata tak ada satu pun di dunia ini manusia yang hidupnya sempurna, diantara mereka pasti memiliki jalan berliku yang berbeda-beda," gumam Arya yang terlihat meletakkan kepalanya di atas tangan yang ia letakkan di atas meja. Ryan dan Angga yang datang paling terakhir hanya melewati Arya padahal biasanya ketika dua orang itu lewat, semua anak laki-laki yang mereka lewati pasti akan di keplak kepalanya. Mereka masih melakukan itu tetapi, tidak pada Arya yang membuat ia keheranan hingga melihat kebelakang. "Eh? Apa barusan mereka lewatin aku? Kok tumben tangannya gak nakal? Kenapa, ya?" gumam Arya melihat ke arah belakang dan memperhatikan mereka duduk di mejanya. Angga menatap Arya tajam saat ia melihat ke arah Angga dan membuat Arya seketika menolehkan lagi kepala ke depan papan tulis. "Waw tatapannya serem amat, ya? Apa ini gara-gara kejadian kemaren? Apa Oboi berhasil mengalahkan mereka?" gumam Arya. Jam pelajaran berlangsung seperti biasanya, anak-anak mengerjakan tugas dan beberapa anak mengerjakan soal matematika di papan tulis. Jam istirahat tiba saatnya Arya mengingatkan anggota kelompoknya agar hari ini bisa berkumpul mengerjakan tugas kelompok bersama. "Reza, apa kamu bisa bantu aku ngasih tau kelompok kita buat kumpulan hari ini? Soalnya tugas terakhir besok dikumpulin, kan?" Pinta Arya pada Reza yang saat itu sedang merapikan bukunya. "Oh iya aku bakal atur semuanya, jangan khawatir aku bakal bantuin kok," ucap Reza tersenyum. Tidak terlihat tanda-tanda Florensia di sekitar Reza dan terlihat Florensia nampak pergi keluar bersama temannya. Hal itu membuat Arya merasa jika ada yang terjadi antara Reza dan Florensia. "Tumben kamu gak main ama Florensia? Apa ada masalah?" tanya Arya penasaran. "Engga kok biasa aja, kenapa?" tanya Reza tersenyum kemudian ia berdiri berniat pergi ke kantin juga. "Hahaha bener juga ngapain aku nanya kayak gitu padahal aku gak ada urusan, maafin aku ya," ucap Arya tertawa. "Kadang kita gak harus ikut campur urusan orang lain untuk menyelamatkan diri kita. Nanti siang aku pasti bakal kumpulin mereka semua, kok," ucap Reza tersenyum. Kata-kata Reza cukup membuat Arya terkejut karena ia merasa jika Reza tidak nyaman dengan pertanyaan itu dan membuat Arya terdiam. "Iya bener gausah ikut campur ya hahaha," ucap Arya tertawa terpaksa agar keadaan tidak semakin memburuk. "Iya, apa ada yang lain lagi? Aku mau keluar, atau kamu mau titip makanan?" tanya Reza cukup ramah. "Oh enggak usah aku mau ke lapangan baseball, nanti aku beli sendiri," ucap Arya. "Oh yaudah aku duluan ya Arya." Reza pergi meninggalkan Arya sendirian di sana. "Dia baik banget, sosok laki-laki idaman perempuan, pantes aja banyak orang yang ngomongin dia bahkan dia juga kan mantan ketua OSIS," gumam Arya melihat sosok Reza terus meninggalkan ruangan kelas. Sekarang tak ada siapapun di ruangan kelas itu dan hanya Arya yang ada di sana. Merasa tak ada siapapun akhirnya dia pergi menemui Daniel dan mengajaknya ke lapangan baseball, lagipula banyak hal yang ingin Arya ceritakan pada Daniel salah satunya kejadian di rumah Sofia. "Jadi urusanmu dengan mereka udah kelar?" tanya Daniel yang sedang melahap cemilannya di tribun lapangan baseball. "Kayaknya gitu, soalnya mereka udah gak main tangan lagi sekarang, aku juga gatau kenapa mereka kayak gitu, apa pak Samuel mengingatkan mereka, ya?" ucap Arya menerka-nerka. "Kayaknya sih gitu, lagian kamu kan murid kesayangan guru-guru, kalo mereka berani macem-macem sama kamu ya auto tewas," ucap Daniel dengan logat bicaranya yang ceplas-ceplos. "Biasa aja kali Daniel, aku gak terlalu mencolok kalo dibandingin Sofia," ucap Arya. "Oh iya bener juga, aku kemarin liat kamu pulang sama anak baru juga Sofia, apa yang kamu lakukan sialan? Kenapa jones kayak kamu bisa dapet perlakuan kayak gitu? Ayo kasih tau rahasianya," ucap Daniel melirik ke arah Arya yang merasa jika kali ini Arya cukup meresahkan. "Kamu ngomong apaan, sih? Lagian kemarin itu gak sengaja, mereka yang minta aku buat temenin," ucap Arya membela diri karena memang itu faktanya. "Alesan kamu, bilang aja gamau bagi-bagi," ucap Daniel memalingkan wajahnya. "Tapi sebenarnya aku pengen cerita sesuatu sama kamu cuman kayaknya kamu gak akan percaya, deh," ucap Arya cukup ragu dengan apa yang ingin ia ceritakan. "Cerita apa? Gak ada hubungannya sama kejadian kemarin, kan?" tanya Daniel masih menikmati cemilannya. "Sebenarnya berhubungan karena kejadiannya berlangsung di sana," ucap Arya yang membuat Daniel terkejut dan langsung menebak-nebak apa yang terjadi. "Apa? Apa yang kau lakukan? Apa mereka nembak kamu? Apa mereka nyatain cinta sama kamu?" tanya Daniel antusias tetapi ekspresi wajahnya seperti orang yang ketakutan. Arya terdiam sejenak membiarkan Daniel penasaran dengan pertanyaannya, bahkan Daniel sampai menahan napasnya karena ia cukup antusias mendengarkan jawaban yang akan diberikan oleh Arya. "Ya engga sampe kayak gitu, sih," balas Arya dengan tampang innocent. "Huh, syukurlah. Aku kira kamu ditembak sama cewek," ucap Daniel membuang napasnya setelah sebelumnya ia menahan napas menunggu jawaban Arya. "Kenapa kamu seneng banget dengernya? Apa kamu gak seneng kalo suatu saat ada cewek yang mau sama aku?" tanya Arya menyandarkan bahunya pada kursi. "Ya gimana ya aku tuh gak percaya sama kamu, ya ampun Arya jangankan cewek, burung aja males sama kamu, lagian kalo kamu dapet cewek itu artinya harga diri aku turun dong, masa aku kalah sama kamu," ucap Daniel merasa jika dirinya lebih layak mendapatkan perempuan. "Sialan kamu Daniel, kamu pikir aku jelek banget, apa? Walaupun kayak gini tapi aku juga mau sama cewek tau," ucap Arya merasa jika Daniel cukup keterlaluan. "Hahaha ya ampun kamu gitu aja ngambek, lagian aku kan cuma becanda. Jadi, apa yang mau kamu ceritain?" tanya Daniel yang mulai tenang karena kekhawatirannya selama ini belum terjadi. Dua laki-laki single itu sejak dulu telah memiliki satu penderitaan yang sama dan masalahnya adalah wanita, itulah kenapa mereka sangat ketakutan jika diantara mereka ada yang memiliki kekasih karena itu artinya squad mereka berkurang walaupun cuma berdua. "Ngapain juga aku ngambek, kan kenyataannya juga emang kayak gitu," ucap Arya yang menengadahkan kepalanya ke atas melihat ke arah pohon yang melindungi mereka dari sinar matahari. "Jadi kamu mau cerita apa?" tanya Daniel sekali lagi. "Apa kamu percaya jika aku kemarin main ke rumah Sofia?" tanya Arya. "Hah? Gak mungkin, lah! Semua orang tau kalo Sofia itu anti sama anak laki-laki apalagi sampai ia main ke rumahnya," ucap Daniel cukup keras karena ia merasa jika itu sebuah bualan dari Arya. "Bener juga, Angel juga bilang gitu, sih. Aku juga gak percaya bisa main ke rumah Sofia tapi, aku lagi gak becanda, loh. Aku serius." Arya menegakkan tubuhnya dan membuka botol kaleng minuman bersoda kemudian ia meminumnya. "Kamu serius? Yang bener, lah. Jangan bercanda nanti kalo orang-orang tau berita ini bisa mati kamu banyak yang incer apalagi sama orang-orang yang suka Sofia," ucap Daniel mengingatkan. Entah kenapa banyak sekali laki-laki yang mengidolakan Sofia bahkan pernah ada laki-laki yang menyatakan cinta di lapangan saat Sofia sedang praktek pelajaran penjaskes, walaupun pada akhirnya ia menolaknya. "Tapi aku serius, Daniel. Aku gatau apa yang bakal terjadi kedepannya, aku juga bingung kenapa orang sekelas Sofia mau menerima aku di rumahnya, apa karena aku satu daerah sama dia, ya?" ucap Arya bingung. Daniel tertegun ia bahkan menghentikan aktivitas mengemil cemilannya itu kemudian menatap Arya dengan tatapan menyeramkan. "Kenapa kau bisa seberuntung itu sialan?" tanya Daniel dengan nada datar. "Eh, kamu kenapa? Kamu jangan iri karena ini semua terjadi gitu aja tanpa ada rencana sebelumnya," ucap Arya. "Kenapa si jones satu ini selalu lebih beruntung dariku, sialan aku gamau gini terus, aku harus berubah," ucap Daniel menjambak rambutnya karena ia takut jika harus menanggung semuanya sendiri. "Apa yang kau lakukan bodoh," ucap Arya melihat temannya seperti kehilangan kendali. "Aku udah mutusin, Minggu depan aku diet biar terlihat lebih tampan dari sebelumnya," ucap Daniel menatap ke arah langit seakan mimpinya itu akan terwujud. "Si bodoh itu selalu aja ngayal," gumam Arya. "Kabar yang kamu kasih cukup buat aku kaget tapi untungnya itu cuma bermain di rumah Sofia," ucap Daniel menenangkan diri. "Sebenarnya ada kejadian yang lebih mengagetkan daripada itu," ucap Arya. Daniel dengan cepat melirik ke arah Arya dengan mata yang melotot serta ekspresi serius. "Katakan apa yang kau lakukan sialan." Daniel mengatakan dengan cukup serius. "Aku gatau tapi diantara mereka ada yang menciumku," ucap Arya meminum minuman kalengnya itu. "Apa! Apa kamu bilang!" ucap Daniel memegang kerah baju Arya kemudian menarik-nariknya cukup kuat. "Wtf, hentikan apa yang kamu lakukan bodoh! Lepasin oy aku bisa mati sialan! Uhuk! Uhuk!" Arya tersedak minuman sodanya karena Daniel menariknya cukup keras. "Sial apa yang aku dengar ini? Ini pasti mimpi! Bagaimana si bodoh ini mendapatkan semua itu, ya tuhan ini semua tidak adil," ucap Daniel melepaskan genggamannya. "Sial, kamu kenapa sih? Aku hampir mati gara-gara minuman yang aku minum, dasar sialan," ucap Arya menaruh minumannya kemudian merapikan baju yang agak lecek akibat perbuatan Daniel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN