Penipuan

1514 Kata
Setelah beberapa Minggu hubungan Arya dengan Lucy semakin dekat via online itu. Lucy tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya tetapi semenjak ulangan terakhir sebelum class meeting di adakan, Gery tiba-tiba masuk ke kelasnya padahal ulangan akan segera dimulai, di sana juga sudah ada guru pengawas yang menjaga kelas Lucy. "Gue pasti bisa, kali ini Lucy pasti bakal terkesan." Gery membawa sebuah kado berukuran besar seukuran tas beserta bunga yang ada di tangan kanannya. "Assalamualaikum, buk? Boleh saya masuk?" ucap Gery melontarkan senyum pada guru pengawas wanita yang berada di sana. "Kamu telat? Kamu ruangan ini juga? Yaudah masuk." Pengawas menyilakan Gery masuk kelas. Tetapi, bukan itu yang ia maksud. Geri mencium tangan pengawas itu kemudian mendekati meja Lucy lalu berkata. Semua orang yang mengenal Gery di dalam kelas itu kemudian mulai menyebut-nyebut namanya pelan terkejut karena tiba-tiba orang nomor satu di club basket itu datang ke sana. "Lucy ini buat kamu, aku cinta sama kamu, terima ya?" ucap Gery menyerahkan kado itu. Suasana langsung riuh dan menyoraki Gery adapula yang tertawa karena melihat tingkah Gery yang terbilang unik dan berani itu, sementara pengawas tak bisa berbuat apa-apa dan ikut tertawa menyaksikannya. Lucy nampak terkejut dengan menutup mulutnya ketika kejadian itu terjadi begitu saja, hanya satu orang yang merasa kesal di kelas itu ketika semua merasa bahagia dan terhibur, dia adalah Rio. "Ngapain sih dia? Bikin jengkel aja," gumam Rio melihat Gery melangkahkan kakinya meninggalkan kelas. Kejadian itu benar-benar membuat Lucy terkejut bahkan semuanya seakan baru kemarin terjadi. Besok adalah pertandingan terakhir untuk class meeting karena acaranya diadakan dua kali. Lucy malam ini tidur lebih cepat setelah mengirim pesan pada Arya. [Selamat malam Arya, semoga malam ini mimpi kamu indah (emoticon peluk)] Akhirnya hari terakhir class meeting pun diadakan sekaligus hari ini adalah seleksi untuk masuk ke dalam tim dancer yang akan berkompetisi dua bulan lagi. Seperti biasa semua orang fokus pada Lucy yang saat ini bermain lincah di lapangan, lawannya kali ini anak-anak dari kelas sebelas. Cukup sengit bahkan penonton dibuat kagum dengan permainan bola voli keduanya yang seakan seperti para profesional bertanding. "Setelah ini kalian bawa Rio menjauh dari Lucy ya? Gua mau ngajak Lucy kebelakang mau tanya apa cinta gua diterima apa enggak," ucap Gery pada teman-temannya. "Emang lu mau ngapain sih, Ger? Kayaknya penting banget," tanya Tomi penasaran. "Yaelah ikut campur aja, yang penting si Rio gak deket sama si Lucy," balasnya melihat Lucy dari arah tribun penonton itu. Sementara Diana dan teman-temannya nampak latihan agar club mereka tidak kalah dengan club Cindy. Diana cukup serius bahkan ia menggunakan ruang kelas kosong untuk sarana berlatih. "Akhirnya Lucy mau juga ikut nari walaupun tahun ini di seleksi lagi tapi, aku yakin tahun ini bakalan ke pilih soalnya gerakan yang aku latih udah lebih jago dari sebelumnya," ucap Diana percaya diri. "Bukannya kemarin aja kalah ama Cindy pas waktu tanding dance?" tanya Nisa meragukan Diana. "Kan aku udah bilang kalo gerakan yang nanti bakal aku tunjukkin itu yang udah aku latih," ucap Diana. "Ayo Nisa sekarang kita lakuin gerakan combo yang udah di latih kemarin?"ucap Diana meminta Nisa melakukan gerakan yang sebelumnya mereka latih. "Oke!" Diana dan clubnya fokus berlatih di sana sementara Cindy nampak lebih santai karena ia merasa jika dirinya masih lebih baik dari Diana, bahkan Cindy hanya memperhatikan teman-temannya yang saat ini sedang menari. "Oke oke, jadi nanti kayak gitu aja, ya? Pokoknya kita harus curi perhatian Lucy, jadi walaupun kita kalah dan tidak lolos seleksi tapi setelah itu Lucy akan memilih masuk ke club kita," ucap Cindy nampak dengan mata berbinarnya. "Cindy aku denger kelompok Diana udah latihan keras bahkan ada yang bilang Diana memiliki gerakan pamungkas, apa kamu gak takut kalah saing? Apa kamu udah gamau bersaing lagi?" tanya Risti mendekati Cindy yang duduk di atas meja. "Tenang aja, aku udah tau makanya kemarin aku ajakin dia lomba supaya aku bisa mencuri gerakannya dan memodifikasi," ucap Cindy tersenyum. "Ya ampun jahat banget." Pertandingan telah selesai dan di menangkan oleh kelas Lucy. Lucy terlihat sangat gembira walaupun itu hanya event lomba antar kelas di sekolahnya tetapi euporia kemenangan terasa seperti memenangkan medali emas olimpiade, semua orang bersorak menggaungkan nama Lucy, sekali lagi ia sadar jika disekitarnya masih banyak orang yang memperhatikan Lucy. Lucy tak menemukan Rio di manapun karena seperti kita tau sebelumnya jika Rio saat ini sedang bersama Tomi dan kawan-kawannya sementara Gery mendekati Lucy dan mengajaknya ke belakang gedung sekolah. "Lucy! Ikut aku, aku mau nunjukin sesuatu," ucap Gery tersenyum sembari menarik tangan Lucy. Lucy terkejut saat Gery menarik tangannya sampai ia bertanya berkali-kali kenapa Gery memaksanya. "Eh? Mau kemana? Kamu mau ngapain?" tanya Lucy. "Aku ada kejutan, kamu nyari Rio, kan?" tanya Gery. "Kenapa kamu tau?" "Bukannya emang biasanya gitu? Lagian aku juga mau tau jawaban kamu di sana." Lucy hanya tersenyum, dia menuruti keinginan Gery karena mungkin Rio mempersiapkan sesuatu untuknya di sana. Sesampainya di sana Lucy tak menemukan Rio di manapun, sehingga Lucy mulai curiga apa yang sebenarnya direncanakan oleh Gery. "Mana Rio? Katanya ada dia di sini?" tanya Lucy dengan wajah mencurigai. Tiba-tiba Gery memegang tangan Lucy dan mengatakan sesuatu yang membuat Lucy kesal bahkan ia dengan cepat menarik kembali tangannya. "Kamu ngapain?" tanya Lucy kesal. Gery berlutut dan meminta Lucy untuk menerima cintanya. Hal yang tidak gentle itu ditunjukkan Gery sehingga ia membuang harga dirinya. "Lucy aku mohon terima cinta aku, aku sayang kamu. Udah seminggu lebih saat kamu terima hadiah dari aku tapi kamu gak jawab perasaan aku," ucap Gery memohon dengan berlutut di hadapan Lucy. "Kamu kenapa, sih? Kok jadi maksa gini? Lagian aku juga gak butuh hadiah kamu, aku gak bisa pacaran sekarang. Setelah lulus aku mau pergi dan fokus kuliah," ucap Lucy. Sebenarnya bukan tanpa alasan ia menolak dan tak ingin bersama dengan Gery, itu karena Rio mengatakan padanya jika Gery adalah playboy yang hanya bisa mempermainkan hati wanita. "Aku janji gak akan sakitin kamu, aku sayang banget sama kamu Lucy bahkan aku nyari hadiah itu susah payah, loh. Masa kamu tega nolak aku?" ucap Gery dengan tak mempedulikan posisinya sekarang. "Aku beneran terkesan sebenarnya sama kamu waktu ngasih hadiah itu tapi, aku gak mudah seperti apa yang kamu pikir, kalo hadiah aja bisa bikin seseorang jatuh cinta sama kamu maka yang paling pantas dapetin hati aku itu Rio." Ucapan Lucy membuat Gery sedikit emosi dan kesal, ia mengatakan jika Lucy hanya mempermainkan dirinya. Gery bangkit dari posisinya kemudian menegang kembali tangan Lucy cukup kasar, kali ini ia semakin memaksa bahkan tindakannya membuat Lucy tak nyaman. "Terima aku Lucy, aku gak bakal nyakitin kamu percaya sama aku. Aku anak kepala pulau dan aku bisa ngasih apapun sama kamu, kamu mau apa juga aku kasih Lucy tapi plis terima cinta aku!" ucap Gery memaksanya. "Kamu kenapa, sih? Aku gamau pacaran sama kamu lepasin aku!" ucap Lucy berusaha menarik kedua tangannya yang saat ini dicengkeram kuat oleh Gery. "Enggak mau, kamu harus jadi pacar aku dulu baru aku lepasin, kalo kamu gak terima aku sekarang, aku bakal bikin kamu nyesel!" ucap Gery semakin memaksa. Telepon Lucy berdering mengalihkan perhatian Gery, sekarang cengkraman tangannya melemah sehingga Lucy memanfaatkan momen itu untuk menarik tangannya kemudian berusaha lari dari sana. "Kesempatan." Gumam Lucy. Lepas, Lucy lalu mencoba pergi tetapi dengan cepat Gery memeluknya dari belakang. Kini Lucy tak bisa berkutik lagi, pelukan Gery cukup kuat membuat Lucy kesulitan sampai akhirnya dia menangis. "Lepasin aku! Kamu mau ngapain? Aku bisa laporin guru, ya! Kamu bisa dikeluarin dari sekolah," ucap Lucy mengancam tetapi Gery tak melepaskan pelukannya membuat Lucy semakin menangis. Dalam keadaan sulit seperti itu tiba-tiba Rio datang ke sana dan melihat Lucy dengan keadaan seperti itu. Seketika tanpa berpikir panjang Rio melepaskan tinjunya yang kuat ke wajah Gery yang membuat anak itu langsung terkapar. "Woy! Ngapain lu?" ucap Rio yang nampak lebih sangar dari sebelumnya. "Rio!" Lucy berteriak sembari menangis. "Kenapa dia ada di sini?" gumam Gery yang langsung menerima sebuah tonjokan pada wajahnya. "Lepasin!" ucap Rio menghantam wajah Gery. Setelah Gery terkapar di sana akhirnya mereka pergi dan menuju tempat yang lebih ramai. "Kamu gapapa? Kenapa dia lakuin itu? Apa aku bilang jangan bergaul sama dia, liat kan akibatnya?" ucap Rio yang saat ini duduk di sebuah taman menenangkan Lucy yang masih syok. "Maafin aku, aku gatau kalo bakal kayak gini. Dia bilang kamu mau ngasih kejutan sama aku di sana tapi malah kayak gitu." Lucy merengek menangis sembari mengusap-usap air matanya agar tak terjatuh lagi. "Aku harus ngasih perhitungan sama dia, pantesan kawan-kawannya tadi bawa aku ke depan, ternyata ada udang di balik batu, toh." Rio nampak kesal dan marah sampai ia ingin membuat perhitungan lagi pada Gery. Sementara itu di belakang sekolah tempat Gery berada sekarang tiba-tiba seseorang mendatanginya yang ternyata adalah Albert. Dia menunjukkan sebuah foto yang ia ambil barusan. "Kamu jahat banget Gery, anak orang Ampe nangis gitu," ucap Albert. "Gila sakit bener pukulan si Rio, ampe mau mati rasanya. Tapi kamu dapet, kan? Wah mantep juga hasil fotonya natural banget." Gery tersenyum lebar. Entah rencana apa yang bakal Gery lakuin dengan foto itu kedepannya, yang jelas Gery itu termasuk orang yang licik dan selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan termasuk mendapatkan Lucy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN