Jangan Mengecewakan Orang Lain

1091 Kata
"Ibu kok acaranya belum mulai, sih?" ucap seorang anak laki-laki berusia empat tahun yang sejak pagi duduk di atas tribun penonton ruangan pertunjukan. Sejak jam tujuh pagi tadi keluarga itu sudah datang paling awal bahkan ketika seisi ruangan belum ada orang satupun, itu semua karena anak lelaki mereka yang sangat ingin melihat pertunjukan sulap. Jika dilihat dari jadwal yang disediakan oleh panitia, acara sulap mendapatkan jadwal di jam sembilan pagi tetapi sampai sore hari pertunjukan sulap itu masih belum di mulai dan sejak tadi hanya ada pertunjukan sirkus, musik, drama, dan lainnya. Padahal acara sulap adalah acara tunggal. Entah kenapa acara itu malah menampilkan acara-acara pengisi lainnya. Acara utama malah belum di tampilkan. "Sebentar lagi mungkin, satu acara lagi setelah ini pasti acara sulap," ucap ibunya memeluk anak itu. Ayah anak itu sejak tadi sudah sering menguap nampaknya ia cukup bosan dengan acara yang disuguhkan. "Ya ampun lama banget, sih? Kan aku penasaran sama penampilan orang yang lagi viral itu," ucap lelaki itu nampak bosan. "Sabar ayah, liat tuh Arya aja sabar, kan?" ucap ibu mencoba untuk mencairkan suasana. "Iya iya, kalo gak penasaran mungkin aku udah pulang dari tadi," ucap ayah Arya. Rupanya Arya dan kedua orang tuanya dulu sempat menonton acara di tempat hiburan. "Ini adalah kali ke empat kita ke sini, ya? Aku jadi ingat saat ayah nyatain cintanya di depan sana hahaha." "Eh? Kamu masih ingat, ya? Apa aku romantis?" tanya ayah menggoda ibu. "Aku sayang ibu, aku sayang ayah." Arya tiba-tiba mengatakan hal itu kemudian mencium pipi kedua orang tuanya. Sampai malam tiba acaranya masih juga belum mulai, para penonton mulai mulai pergi satu persatu karena waktu sudah semakin malam. Menurut jadwal masih ada tiga acara lagi diantaranya acara sulap tetapi sudah lewat jam delapan malam acaranya masih belum mulai juga. "Ini kenapa, ya ayah? Kok sulapnya belum mulai? Kalo di jadwal masih ada tiga lagi acaranya." Ibu nampak melihat jadwal yang ia pegang di tangannya "Ayah juga gatau bu. Aduh ini kapan mulainya? Ampe malem, loh. Kenapa acara intinya di taruh di akhir acara, ya?" ucap sang ayah sementara Arya nampak tertidur. "Arya ampe tidur-tidur ini," ucap ibunya memangku Arya yang nampak terlelap. Sebelumnya Arya mengatakan jika ia minta dibangunkan jika acaranya mulai. Waktu semakin malam dan orang-orang yang awalnya ingin melihat pertunjukan sulap akhirnya memutus untuk pulang karena mereka berpikir jika pertunjukan itu takkan pernah di mulai dan menyisakan keluarga Arya di sana. "Cuma tinggal keluarga kita ayah, masih mau di sini atau pulang?" tanya ibu Arya. "Kita udah nunggu dari pagi, ibu. Kalo sekarang kita pulang maka sia-sia dong penantian kita, mungkin ada kesalahan teknis kali, tunggu aja sampai kelar acaranya lagian rumah kita gak jauh-jauh amat, kan?" ucap ayah Arya yang nampaknya cukup penasaran dengan aksi panggung itu ya walaupun sebenarnya jarak rumah ke tempat acara cukup jauh sekitar satu jam perjalanan. Sementara di balik panggung pertunjukkan sepertinya pesulap yang harusnya mengisi jadwal jam sembilan pagi itu nampak marah-marah pada pihak penyelenggara. "Ini gimana, sih? Lu pada bisa gak ngatur jadwal yang bener? Yang bener aja masa jam segini belum mulai juga? Manajer gua bilang jam sembilan pagi, loh. Ini udah mau jam dua belas gua masih belum tampil juga!" ucap pesulap itu nampak marah karena jadwal yang seharusnya pagi memaksa ia harus tampil terakhir. "Maafin kita ya, mas. Kita beneran bingung mau gimana lagi, intinya saya minta maaf. Ini bentar lagi mau udahan kok." Pihak penyelenggara meminta maaf pada pesulap itu walaupun ia masih sangat marah di sana. "Apanya? Lu mikir gak? Gua punya waktu, cuma buat acara ini doang gua terima, lagian mikir dong jam segini mana ada yang mau liat? Noh liat? Liat tuh, liat gak? Yang nonton aja cuma satu. Buat apa gua tampil kalo gak ada yang nonton? Gila lu, ya?" ucap pesulap itu benar-benar marah dengan acara yang diselenggarakan itu. "Kami beneran minta maaf, mas." Mereka hanya bisa mintalah maaf. "Lu kalo mau mainin gua gak gini caranya, ini menyangkut reputasi! Gimana kalo orang-orang media tau? Mau di taro di mana muka gua? Pokoknya gua gak mau tampil! Gua pulang sekarang! Ini udah gak bener, gua gak mau lagi nih kayak gini." Dia benar-benar marah karena merasa dipermainkan kemudian mengajarnya menenangkan hati pesulap itu. "Red, Redy? Mau kemana, Red?" tanya manajernya. "Mas? Mas yang bener aja dong, masa saya harus tampil? Liat aja gak ada yang nonton, mas. Mas juga harusnya bisa ambil sikap dong, kita ini lagi di mainin, pasti ada yang sirik sama kita." "Gua tau, gua tau tapi gua juga maklumin karena mereka ini masih baru jadi acaranya berantakan dari pagi, semua orang capek di sini." Manajer menjelaskan semuanya. "Pokoknya gua gak mau main sulap di sini, gua mau pulang!" Pesulap itu mantap melangkah meninggalkan ruangan. "Duh gimana dong?" Para crew itu nampak ketakutan. Manajer menahan pesulap dan mengatakan sesuatu yang akhirnya membuat pesulap ingin melakukan aksinya. "Red tunggu." Menarik tangan pesulap. "Apa? Gua udah mau pulang." Jawabannya. "Gua tau lu kesel tapi kalo sekarang lu pulang, liat tuh keluarga itu yang udah dari pagi dateng cuma buat liat acara lu, mereka rela duduk berjam-jam cuma buat nonton lu. Kalo lu pulang sekarang, lu bakal bikin mereka kecewa Red. Lu bakal bikin penantian orang sia-sia, ayolah pikirin perasaan mereka yang udah rela nunggu cuma buat nonton lu." Tak di sangka ucapan manajer membuat pesulap berpikir dan cukup tersentuh yang akhirnya malam itu sekitar jam dua belas malam ia melakukan pertunjukannya dan menghibur Arya di sana dengan penuh senyum. Di masa sekarang ayah Arya sedang menonton televisi dan melihat acara di mana pesulap itu sedang membicarakan kejadian yang dulu pernah mereka alami. "Sejak saat itu saya benar-benar berpikir, kalo saya gak tampil malam itu mungkin saya bakal ngecewain mereka yang udah rela nunggu dari pagi demi saya dan itu gak akan pernah saya lupakan banget." Ucap seseorang yang saat ini berbicara di sebuah acara televisi. Ayah Arya nampak menangis, ia benar-benar tak bisa melupakan itu. Alasan kenapa ia tak ingin pulang malam itu karena hari itu adalah hari jadi pernikahan mereka sehingga penampilan pesulap itu seakan menjadi kado terindah yang mereka terima. "Aku gak bisa lupain hari itu, andai kamu ada di sini." Ayah Arya menangis di depan televisi. Arya melihatnya dan merasa tak tega dengan ayah yang masih memikirkan ibu sampai sekarang. "Maafin aku ayah kalo aku belum bisa bikin ayah bahagia, tapi aku yakin ibu sangat bahagia karena memiliki pria seperti ayah, aku harap suatu saat bisa membahagiakan ayah." Arya tersenyum meneteskan air matanya. Mereka hari ini memutuskan untuk tidak pergi ke acara keluarga dan lebih memilih pergi ke pemakaman ibunya Arya.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN