Ayah

1554 Kata
Beberapa peristiwa telah terjadi yang membuat Arya malam ini cukup untuk memikirkan itu, dari awal ia bertemu Lucy di Banbanchat sampai ia berkenalan dengan Sofia yang ternyata banyak yang mengenal Arya karena isi otaknya juga pertemuan dengan dua teman lamanya sejak SMP. Di sana Arya nampaknya masih berkutat dengan handphonenya yang mana malam ini chatnya dengan Lucy belum berakhir. "Mungkin aku melupakannya tapi, sejak kapan aku kasih tau sekolah aku sama Lucy, ya?" tanya Arya pada dirinya sendiri yang saat ini merebahkan dirinya di atas kasur kesayangan. [Kamu ngasih tau nama sekolah kamu waktu pertama kita berkenalan, kamu lupa ya? ya ampun kenapa laki-laki selalu melupakan hal-hal kecil? tapi gapapa, karena sekolah kamu juara olimpiade jadi aku cuma mau ucapin selamat dan semoga kedepannya aku bisa ke sana buat liat langsung sekolah kamu] Chat Lucy barusan membuat Arya membuka pesan terdahulu bersama Lucy yang ternyata di sana Arya memang telah memberitahukan nama sekolah pada Lucy dan nampaknya itu adalah pembicaraan basa basi yang seharusnya Arya rahasiakan. "Ya ampun aku beneran ngasih tau nama sekolah aku, ya? kenapa aku bisa ngasih nama sekolah sama dia? padahal aku kan mau nyamar, bisa-bisanya aku bilang jujur. Tapi, kalo dipikir-pikir lagi waktu itu. Ah iya, waktu itu aku beneran ngantuk sampai gatau lagi mau balas apa sampai aku gak sadar ngasih tau semuanya pada Lucy," ucap Arya yang saat ini nampak panik karena ia baru saja mengetahui jika dirinya sangat bodoh. [Ya ampun aku benar-benar lupa, Lucy maafkan aku karena aku gak bisa ingat tapi, lain kali aku bakal ingat semuanya] "Aku harap pesan yang aku berikan bisa buat dia tenang dan gak anggep aku cowok yang sama seperti semua cowok yang dia temuin walaupun aku gatau cowok kayak gimana aja yang dia temuin," gumam Arya menyimpan handphonenya di atas d**a sembari merebahkan diri. Di saat bersamaan ayahnya mengetuk kamar dan memberi tahu Arya jika sebuah acara keluarga akan di adakan akhir pekan sehingga mereka diminta untuk hadir. "Hei, apa kamu belum tidur? akhir pekan ini ayah liat di grup keluarga mereka mau melakukan sebuah pertemuan dan membuat acara, kita disuruh ikut jadi kamu siap-siap, ya?" ucap ayahnya yang membuat Arya sedikit terkejut. Walaupun mereka hanya hidup berdua dan memiliki uang pas-pasan tetapi, mereka masih memiliki handphone untuk berkomunikasi. Melihat pekerjaan ayahnya yang hanya sebagai serabutan membuat Arya sedikit prihatin dengan keadaan itu sehingga ia sampai bekerja di pasar tradisional untuk membantu keuangan keluarganya. "Apa? kita mau datang ke acara itu lagi? ayah yakin? bukannya kejadian waktu itu cukup membuat ayah sakit hati?" tanya Arya yang masih mengingat kejadian tahun lalu saat mereka menghadiri acara keluarga. "Kenapa kamu bilangan kayak gitu? ayah gak pernah ngajarin kamu buat benci sama keluarga sendiri, bagaimanapun keadaannya merek tetap keluarga kita. Ayah cuma mau ngasih tau kalo kita baik-baik aja walaupun keadaan kita cukup sulit," ucap ayahnya mencoba untuk tetap mengajarkan hal baik pada Arya. Semenjak ibunya meninggal, banyak yang berubah pada kehidupan Arya apalagi ayahnya yang saat itu harus dipecat dari pekerjaan karena kecacatan yang ia terima pada beberapa jarinya dan sulit mendapatkan pekerjaan yang formal karena ayahnya hanya lulusan sekolah SMP. Pernah membuka sebuah bisnis namun selalu mendapatkan kegagalan sehingga mereka terlilit hutang karena terus meminjam uang untuk menutupi kerugian. Hal itu membuat keadaan keluarga semakin terpuruk bahkan mereka saat ini hanya mengontrak di salah satu kontrakan kecil di sana. "Ayah selalu bilang seperti itu padahal mereka terus mengucilkan kita hanya karena keadaan kita tidak seperti saudara yang lain. Mereka yang memiliki banyak uang bahkan lupa pada keadaan kita, beberapa kali di grup keluarga itu mereka selalu membicarakan paman Adnan dan bibi Shina yang tiap Minggu jalan-jalan keluar kota. Pernah sekali ayah memberitahu mereka jika aku mendapat nilai bagus di sekolah bahkan menjuarai di kelas tetapi, mereka tak pernah peduli dan hanya mengatakan selamat kemudian mereka lupa dan langsung membahas bibi Shina yang baru saja pulang dari Malaysia. Dalam sekejap mereka melupakan kita hanya karena kita bukan orang yang cukup banyak uang untuk menyenangkan semua orang," ucap Arya nampak terduduk di kasurnya dengan menundukkan kepalanya bahkan wajahnya terlihat cukup memelas dan matanya berkaca-kaca seperti seseorang yang menahan air mata. "Mereka tidak mengucilkan kita, tidak usah memikirkan hal itu yang terpenting kehidupan kita masih baik-baik saja sampai sekarang. Ayah tidak mau hubungan kita dengan keluarga menjadi jauh hanya karena ego kita sendiri. Walaupun sulit, walaupun kekurangan jangan biarkan sisa ruang di hatimu merasakan hal semacam itu juga, menyimpan sebuah dendam malah akan memperburuk keadaan, kita harus tahu siapa diri kita, kita sudah banyak kekurangan dari segi apapun jangan sampai kekurangan itu juga melanda hati kita dan menjadikan kita orang egois yang hanya memikirkan sakit hati. Memiliki hati yang lapang tidak hina justru tuhan lebih menyayangi orang semacam itu. Tak apa kau memiliki kekurangan materi yang jelas jangan sampai hatimu kekurangan kebaikan juga," ucap ayahnya yang membuat Arya menghela napasnya. "Apanya yang baik-baik saja, bahkan tiap waktu aku selalu melihat kau kesulitan ayah. Kau hanya berpura-pura kuat pada kenyataan dan itu membuat aku semakin ingin berusaha lebih keras untuk mengembalikan senyum mu yang nampak tulus saat itu dan bukan senyum keterpaksaan hanya untuk menghibur orang lain," gumam Arya saat mendengarkan ayahnya berbicara seperti itu. Ayahnya adalah sosok yang selalu mengajarkan kebaikan pada Arya, dia adalah orang yang tegar bahkan saat ibunya meninggal ayahnya ikhlas dan mencoba untuk tidak larut dalam kesedihan walaupun saat itu Arya cukup tak rela dan menangis setiap saat. "Dengan keadaan seperti ini ayah selalu mencoba untuk menguatkan aku dan dirinya sendiri, aku tidak tahu jika bukan dia yang menjadi ayahku apakah aku masih bisa hidup dengan tenang atau tidak, yang jelas aku cukup bersyukur karena diberikan ayah yang hebat seperti dirinya," gumam Arya menyeka air matanya yang sedikit keluar menyeruak saat ia mendengar semua omongan ayahnya itu. "Ayah yakin kesulitan ini akan segera berakhir, ayah sudah berjuang sekuat tenaga agar kita bisa hidup layak walaupun saat ini kau harus membantu ayah dalam mencukupi kehidupan kita tetapi aku bersyukur memiliki anak yang cerdas seperti dirimu, maafkan ayah karena sudah menyeretmu kedalam kesulitan ini tetapi suatu saat ayah akan membayar semua agar kau tidak kesulitan lagi dalam hidup. Ayah harap kau tetap menjadi anak yang baik dan tidak menyimpan dendam pada siapapun apalagi pada keluarga mu sendiri," ucap ayahnya yang mendekati Arya lalu memeluknya. "Maafkan aku ayah, mungkin aku terlalu khawatir sampai aku mengatakan hal semacam itu. Terimakasih sudah menjadi ayah yang baik untukku, aku akan membuat keadaan jauh lebih baik dengan apa yang aku miliki dan aku akan tetap menjadi anak baik apapun keadaannya," ucap Arya yang nampak tersenyum setelah melewati pembicaraan yang cukup serius. "Jika kamu masih sibuk belajar besok di sekolah, jangan terlalu lama bermain dengan handphone mu, kamu harus menyayangi tubuhmu sendiri dan jangan tidur terlalu larut," ucap ayahnya yang kemudian pergi meninggalkan Arya di sana. "Dia sangat perhatian dan aku bersyukur memiliki ayahku," gumam Arya nampak tersenyum. Tanpa di sangka Lucy telah mengirimkan beberapa pesan karena Arya tak kunjung membalasnya. [Ya tidak apa-apa yang penting kau tidak melupakan aku Arya] [Arya apa kamu sibuk? aku ingin meminta pendapat mu] [Arya apa kamu sudah tidur? apa aku mengganggu malam ini?] [Mungkin kamu sudah tidur, baiklah aku akan meminta pendapat esok hari] Beberapa pesan Lucy cukup membuat Arya terkejut, pasalnya ia merasa jika tadi hanya melakukan percakapan yang sebentar dengan ayahnya tetapi, Lucy sampai mengirimkan ia pesan begitu banyak dan merasa jika Arya meninggalkan Lucy terlalu lama. "Lucy mengirim pesan banyak amat nih, perasaan cuma ditinggal sebentar. Tapi, dia mau ngapain ya? mau nanya apa dia?" ucap Arya yang langsung membalas pesan Lucy. [Maaf tadi ayahku menemui aku, aku baru aja diceramahin sama ayah hahaha tapi ceramahnya bikin aku tenang] Lucy membalas pesan Arya kembali dengan cepat karena memang ia sedang menunggu balasan chat Arya tersebut. [Ya ampun aku kira kamu sudah tidur. Kenapa ayah kamu ceramah? dia ustad, ya? ya ampun apa yang dia bilang? aku kira kamu dimarahin] "Lucy selalu cepet balas chat, apa dia gabut, ya? atau dia gapunya temen chat ampe fast respon gitu," ucap Arya yang langsung membalas chat Lucy. [Oh bukan, dia bukan ustad tapi dia selalu buat aku tenang haha] Sementara itu di kamar Lucy, ia langsung membaca chat dari Arya. Beberapa chat masuk pada handphonenya salah satunya dari Rio dan banyak pesan dari teman-teman Lucy tetapi, satupun tidak ia balas karena Lucy terlalu fokus membalas chat Arya dengan kata lain semua dugaan Arya tentang Lucy yang tak memiliki teman adalah salah. "Kayaknya dia seneng banget, aku jadi iri. Dari kecil aku gak pernah dapet perhatian dari ayahku yang ternyata aku baru tahu kenyataan itu kemarin karena dia bukan ayah kandung ku," ucap Lucy nampak tertegun memikirkan apa yang ia alami selama ini. "Walaupun begitu, ibu tetap membelaku walaupun perasaan ingin diperhatikan oleh ayah cukup tinggi. Sejak dulu aku tidak mengerti kenapa dia melakukan semuanya bahkan aku sering dipukuli olehnya," ucap Lucy mengingat semua kejadian yang ia alami selama ini. Pernah Lucy membuat kesalahan karena ia terlalu nakal yang berakhir pada kemarahan Sultan, ia mengambil termos yang berisi air panas lalu ia menyiramkan itu pada Lucy, untungnya luka dari air panas itu tidak mengelupasi kulit kepalanya karena memang air dalam termos itu sudah tidak terlalu panas lagi tetapi kejadian itu cukup membuat Lucy trauma dan membuat ia menjadi pendiam di hadapan Sultan. [Aku iri, aku harap aku memiliki hal semacam itu dirumah] Tulis Lucy yang membuat Arya bertanya-tanya apa maksudnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN