Bully

1566 Kata
Pesan Lucy semalam sedikit mengganggu Arya, ia masih belum mengerti tentang apa yang ditulis tetapi sebenarnya Arya berpikir jika Lucy gadis yang suram sehingga ia sampai bermain aplikasi tersebut walaupun untuk saat ini rasanya bukan tentang pertemanan Lucy tetapi, lebih kearah masalah keluarga. "Apa yang dimaksud Lucy, ya? kenapa semalem dia bilang kayak gitu? apa dia iri sama ayahku? apa dia memiliki semacam masalah keluarga yang cukup sulit? bahkan chat terakhir ku hanya dia baca tanpa dibalas, tumben sekali dia melakukan hal semacam itu," ucap Arya yang nampak melamun memikirkan kejadian semalam. Hari ini jam pelajaran kedua tidak terlihat ada guru yang masuk kelas karena guru yang seharusnya mengajar mendadak sakit dan tak masuk kelas sehingga mereka hanya diberikan tugas. "Tiba-tiba pak Seno guru matematika menghubungi ku kalau jam pelajaran sekarang dia tak bisa masuk, jadi dia memberikan beberapa tugas untuk dikerjakan semoga kalian memaklumi masalah ini terimakasih," ucap Reza yang mengumumkan informasi tersebut. Ternyata di sekolah yang cukup mahal sekalipun ada momen di mana jam pelajaran kosong tanpa guru, ini adalah hal yang paling disukai oleh anak-anak terutama anak-anak yang sering nongkrong di kantin seperti geng Angga. "Ada alumni, merek minta jatah," ucap Ryan yang saat ini sedang berbincang dengan Angga. "Ya ampun kenapa mereka suka Dateng tiba-tiba, sih? yaudah ayo palakin anak-anak dulu, yang susah ngasih duit sikat aja langsung," ucap Angga yang nampak serius. Biasanya jika ada alumni sekolah mereka yang datang, tradisi anak-anak itu adalah menyambut mereka karena mereka adalah satu geng yang terkoordinasi bahkan sampai ke jenjang mahasiswa. Angga yang memegang kekuasaan tertinggi di sekolah ini sudah biasa melakukan hal itu jika jam pelajaran kosong, hari ini tepat sekali waktunya sehingga mereka sebenarnya tidak usah terlalu panik. Ryan mendekati anak-anak satu persatu untuk dimintai uang sampai akhirnya dia berada di meja Arya yang nampak melamun. "Woy, jatah woy," ucap Ryan yang membuat Arya tiba-tiba tersadar dari lamunannya. "Eh? apa? ngomong apa tadi?" tanya Arya yang tidak terlalu mendengar ucapan Ryan barusan. "Lu jangan pura-pura budeg, ya! minta jatah gua," ucap Ryan membentak. "Ya ampun gausah bentak juga kali tapi, lagi gak ada," ucap Arya yang saat itu memang tidak membawa uang jajan dan hanya membawa bekal sekolah. "Ha? apa lu bilang tadi?" tanya Ryan dengan ekspresi wajah datar. "Sial, gawat nih kalo udah gini, padahal aku emang beneran gak bawa uang, gimana nih? kejadian waktu itu bisa terulang lagi kalo kayak gini," gumam Arya nampak kebingungan. Belum sempat Arya berkata apapun tiba-tiba. "Jangan main-main ama, gua!" ucap Ryan menjambak rambut Arya lalu menekannya kuat ke meja belajar sehingga suara dari benturan kepala Arya terdengar jelas seisi ruangan. Hal itu tentu membuat teman-teman yang lain memperhatikan mereka berdua. Beberapa anak perempuan nampak ketakutan dan beberapa diantaranya mencoba untuk membantu Arya sedangkan anak laki-laki hanya berdiam diri karena mereka juga ketakutan. "Apaan tuh? ada apa?" ucap salah seorang siswi yang melihat kejadian itu. "Ya ampun itu si Ryan, dia emang suka bikin onar. Bilang ketua kelas," ucap teman sebangkunya. "Sial, lagi-lagi aku mengalami hal ini. Sakit, hidung ku terasa pecah. Apa aku harus menerima semua kejadian ini? kenapa mereka sangat kejam?" gumam Arya menahan rasa sakit yang ia rasakan. Angga yang berada di bangku belakang memperhatikan Ryan dan hanya bisa tersenyum. "Ya ampun ada yang melawan, ya? kenapa kau tak memberi dia uang bodoh? itulah akibatnya jika kau tidak memberikan uang pada orang-orang itu," ucap seorang siswa laki-laki yang melihat kejadian itu dari kursinya dan pura-pura tidak tahu. "Semua orang takkan ada yang mau membelaku karena mereka adalah kelompok yang cukup menyeramkan di sekolah ini, mereka adalah kelompok paling kejam dan tak segan memukuli siapapun yang tidak mau mendengarkan mereka, ya aku tahu karena Daniel pernah mereka pukuli di gudang sekolah tetapi, bagaimana caranya aku keluar dari situasi ini?" gumam Arya yang saat ini kepalanya masih di tekan di atas meja oleh Ryan. "Rasain lu! ayo buruan kasih anj***! apa lu mau gini terus?" tanya Ryan yang nampaknya cukup marah. "Aku gak ada uang beneran dah, hentikan jangan lakukan itu lagi aku bisa mati," ucap Arya yang meminta Ryan menghentikan perbuatannya. Ryan melepaskan jambakannya itu dan meminta pada Arya untuk segera memberi dia uang. "Orang di sini udah ngasih uang semua, cuma lu doang yang belum! mau lu apa sih? cuma goceng aja susah amat, lagian gua juga gak minta tiap hari, kan?" ucap Ryan yang nampak semakin marah. Tiba-tiba seseorang menghentikan aksi Ryan yang membuat ketegangan itu sedikit mereda. "Udah berhenti! kenapa kamu lakuin itu sama orang yang lebih lemah dari kamu? kamu mau bunuh orang, ya? kamu niat sekolah apa mau jadi preman? dia itu manusia bukan hewan," ucap Florensia nampak merasa kasihan pada Arya yang sebenarnya memang sering mendapatkan Bullyan padahal dia adalah anak nomor satu dikelasnya. "Hah? apaan lu? ikut campur aja," ucap Ryan nampak terganggu dengan kehadiran Florensia yang berniat untuk menghentikan semua kegaduhan di sana. "Kamu itu udah bikin keributan, kalo guru tau gimana? kelas kita yang bakal kena sanksi, lagian kenapa sih di sekolah masih juga berantem? gak ada tempat lain apa?" Florensia nampak marah dan mencoba mendekati mereka berdua. Angga dari kursinya hanya melihat saja dan ingin tahu apa yang bisa dilakukan Ryan di sana. "Florensia? apa dia membelaku? lagi-lagi dia yang membelaku di saat aku sedang kesulitan, ini bukan kejadian pertama dia melakukannya tetapi sudah kesekian kalinya," gumam Arya yang nampak kebingungan. "Tidak apa-apa, ini hanya urusan kecil antara aku sama Ryan, kamu gausah khawatir," ucap Arya nampak mengusap hidungnya. Benturan itu cukup keras tetapi, tidak ada tanda-tanda keluarnya darah dari hidung Arya hanya saja terlihat begitu merah. "Gua belum kelar ya sama lu, istirahat mati lu," ucap Ryan meninggalkan Arya karena ia tak ingin masalahnya semakin sulit. Florensia nampak mendekati Arya untuk menanyakan keadaannya yang disambut baik oleh Arya, sementara Reza yang melihat kejadian itu seakan tak peduli tetapi, saat Florensia mendekati Arya kemudian ia juga ikut mendekatinya. "Kamu gapapa? sakit gak? ada apa sih? kok bisa ampe begitu? ini keterlaluan harus bilang guru," ucap Florensia yang nampak memperhatikan Arya. "Makasih Florensia tapi aku gapapa kok, ini cuma salah faham aja. Kamu juga gausah bilang guru karena itu cuma bikin kelas kita nambah masalah, walau bagaimanapun aku gamau kena masalah lebih dari yang aku alami, aku sadar siapa aku di sekolah ini jadi kamu gausah khawatir," ucap Arya mencoba untuk tetap tegar walaupun sebenarnya ia sangat membenci kejadian itu. "Gapapa gimana? orang idung sampai merah gitu kayak badut, masih bilang gapapa. ayo ke UKS obatin dulu," ucap Florensia yang nampaknya cukup perhatian pada Arya. "Apa yang dia lakukan? sikapnya yang seperti itu malah membuat aku terbawa perasaan, apa dia sengaja ingin menyiksaku dengan keadaan seperti ini?" gumam Arya yang melihat ke arah Florensia. "Ada apa? apa mereka membully kamu lagi? ya ampun kenapa saat ada ketua kelas di kelas ini malah melakukan hal yang merepotkan," ucap Reza yang nampaknya sudah sering melihat kelompok itu melakukan pembullyan terhadapnya Arya. "Ketua kelas, apa dia mencoba untuk membelaku? tapi kata-katanya membuat aku malu seakan aku adalah orang yang sering mendapatkan ketidakadilan, sudahlah jangan membahas hal yang sudah terlewat karena itu membuat aku semakin terpuruk," gumam Arya yang saat ini memegangi hidungnya. "Reza, kita harus bawa dua ke UKS, kayaknya dia harus diobatin, liat tuh idungnya," ucap Florensia. "Bener, kamu harus ke UKS dulu biar idung kamu gapapa. Kalo sampai terjadi apa-apa bisa repot kedepannya, kami cuma sedang berusaha membantumu dan aku sebagai ketua kelas harus memastikan semua temanku dalam kondisi yang baik-baik saja. Tentang mereka nanti aku yang akan mengurusnya," ucap Reza nampak tersenyum dan juga meminta Arya untuk segera pergi ke UKS. "Harusnya kau datang sejak tadi ketika para berandalan itu meminta uang pada kami tapi, saat aku sudah seperti ini dan Florensia membelaku kau baru datang sialan, apa itu yang namanya ingin kami baik-baik saja? terkadang Reza terasa seperti seorang yang bermuka dua tetapi, di saat yang lain aku juga terbantu olehnya walaupun dia tak pernah jadi bahan incaran Angga yang kemungkinan karena dia ketua kelas sehingga Angga takut dilaporkan," gumam Arya yang kemudian berdiri dan mulai mendengar nasihat mereka. "Baiklah aku akan ke UKS semoga hidungku tidak apa-apa," ucap Arya. "Mau aku temani?" tanya Florensia. "Kamu di kelas aja, biar aku yang temenin Arya," ucap Reza meminta Florensia untuk tetap tinggal di kelas. "Sialan, kenapa harus ada Reza, sih? padahal Florensia udah mau nganterin aku tapi, percuma juga sih karena mereka nampaknya udah pacaran deh," gumam Arya yang kemudian menolak permintaan mereka berdua. "Gausah, aku sendiri aja gapapa, lagian kalian kan masih harus ngerjain tugas terus aku juga masih bisa jalan, kok. Yang luka cuma idung aku bukan kaki aku jadi aku masih bisa jalan sendiri," ucap Arya tersenyum yang kemudian di iyakan oleh mereka berdua. "Gitu ya, yaudah hati-hati, ya," ucap Florensia. "Hati-hati, ya," ucap Reza. Sambil berjalan ke UKS Arya sedikit memikirkan tentang sekolah yang ia duduki saat ini. "Aku kira masuk ke sekolah swasta yang cukup elit akan terbebas dari anak-anak berandalan itu ternyata tidak ada bedanya dengan sekolah negeri, yang namanya pembullyan selalu ada di manapun. Gapapa deh setidaknya aku bisa sekolah gratis di sini karena prestasi yang aku miliki lagian sebentar lagi juga lulus jadi semua masalah akan cepat selesai dan baik-baik aja," ucap Arya yang terus berjalan menuju UKS. Sesampainya di UKS ia dikejutkan dengan dua orang dari kelas 12 D yang mana mereka adalah bagian dari kelompoknya Angga dengan kata lain mereka juga anak berandalan sekolah yang ditakuti. "Amon? Deden? kenapa mereka?" ucap Arya nampak terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN