Tidak Tersampaikan

1168 Kata
Rio berusaha untuk tidak mengingat kejadian barusan walaupun ia masih merasakan kecemburuan tetapi, kali ini Lucy mengajaknya ke sebuah saung kecil yang terletak di selatan pantai. Di sana Lucy mulai menceritakan apa yang akan ia lakukan pada Gery yang sebenarnya itu adalah pertanyaan Lucy yang sebelumnya ia katakan di sekolah pada Rio. "Maaf aku gak tau kalo kamu ada maksud lain," ucap Rio nampak sedikit tertunduk. "Gapapa tapi, kamu harusnya gak kayak gitu. Kita, kan temen. Kamu terlalu khawatir sama keadaan aku padahal aku masih bisa jaga diri aku sendiri," ucap Lucy yang saat ini telah duduk di sebuah saung kecil di sana. Cuaca sore ini cukup sejuk dan tidak terlalu panas sehingga mereka tidak merasakan udara selain kesejukan walaupun biasanya di sana panas karena terik matahari. "Apa aku bilang sekali lagi sama Lucy? padahal dia tau kenapa aku lakuin itu. Itu karena aku sayang dia dan gamau kehilangan dia," gumam Rio yang nampak tertunduk sembari duduk di tepian saung itu. Rio menatap Lucy begitupun sebaliknya, kini mereka saling menatap walaupun tidak tahu apa yang harus mereka katakan tetapi, Lucy mengerti jika Rio telah menatapnya dengan tatapan seperti itu artinya ada sesuatu yang sedang Rio pikirkan. "Ya ampun, sebenarnya kamu kenapa? apa kamu masih mikirin sesuatu?" tanya Lucy nampak peduli. "Padahal kamu tau, kan? kalo aku suka sama kamu? tapi kamu seolah sengaja ngelakuin itu. Kamu pura-pura semua kejadian yang udah kita lewatin gak pernah terjadi dan lebih memilih untuk menghindar membahas permasalahan itu. Dua kali kamu nolak aku saat itu tetapi, sampai sekarang aku tetep berusaha buat dapetin hati kamu," ucap Rio belum nampak serius tetapi, belum selesai ia berbicara kemudian Lucy memotong pembicaraannya. "Rio, berhenti," Lucy tersenyum seolah ia tidak nyaman dengan keadaan seperti itu. Rio mengerti jika Lucy telah mengeluarkan ekspresi semacam itu artinya dia ingin Rio tetap tenang dan tidak terlalu terbawa perasaan. "Lagi, lagi, lagi, tiap aku ngomongin ini pasti kamu selalu kayak gitu," ucap Rio menghela napasnya. "Hidup kita masih panjang, aku gamau kehilangan sahabat kayak kamu. Seharusnya kamu ngerti apa yang aku lakuin ini cuma karena aku gamau kehilangan kamu, kalo kita sampai pacaran suatu saat kita bakal putus terus kita berdua malah canggung dan kamu tau hal buruk apa yang paling aku takutin? kamu pergi dari aku karena terlalu kecewa sama sikap aku yang mungkin nantinya bakal bikin kamu gak betah sama aku," ucap Lucy nampak serius. Alasan klasik yang selalu diberikan oleh wanita saat ia ingin mengatakan sesuatu penolakan secara halus walaupun sebenarnya hal itu terdengar seperti sebuah kebohongan. "Kamu selalu berkata seperti itu, sama seperti kata-kata lawan main tokoh utama dalam sebuah cerita romansa klasik dalam menolak cinta si tokoh utama, hal itu terdengar cukup konyol untuk aku dengar," ucap Rio nampak cukup bosan mendengar alasan tersebut. Lucy tersenyum mendengar jawaban Rio. Lucy tidak terlalu puitis untuk membalas kata-katanya sehingga ia cukup bertanya apa yang ingin ia tanyakan pada Gery sebelumnya. "Menurut kamu bagaimana jika seorang pria jatuh hati?" tanya Lucy menatap ke arah pantai. "Pria akan melakukan sebuah perilaku yang aneh untuk menarik lawan jenisnya," jawab Rio yang juga menatap ke arah pantai. "Perilaku aneh? gimana maksudnya?" tanya Lucy penasaran menatap ke arah Rio. "Ya, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan untuk mendapatkan perhatian dari seseorang yang dia suka," ucap Rio mencoba menjelaskan. "Jadi, apa yang kamu lakukan adalah hal yang belum pernah kamu lakukan?" tanya Lucy. "Eh? kenapa kamu malah nyudutin aku? maksudnya apa?" tanya Rio terkejut melihat wajah Lucy yang nampak polos. "Hahaha, ya ampun kamu terlihat panik tapi, aku sekarang udah tau jawabannya. Pulang, yuk?" jawab Lucy tertawa karena ia cukup puas dengan jawaban yang diberikan Rio. "Eh? kenapa tiba-tiba mengajak pulang?" tanya Rio kebingungan. "Aku gak bisa bilang sama kamu, aku harap suatu hari aku bisa terbuka sama kamu Rio, kayak kamu terbuka soal masalah yang kamu hadapi sama aku," gumam Lucy tersenyum dan langsung melangkah meninggalkan tempat itu. "Apa dia benar-benar sedang jatuh cinta sama seseorang?" ucap Rio yang melihat Lucy menjauh meninggalkannya. Malam itu seperti biasa Lucy saling berbalas pesan dengan Arya dan sedikit menyudutkan Arya agar Lucy tahu siapa wanita yang sedang disukai Arya. [Hari ini cukup mengejutkan, temen deket aku tiba-tiba datang saat aku sedang ketemuan sama temen satu sekolah. Menurut kamu gimana?] "Lucy kenapa tiba-tiba chat kayak gini, ya? apa dia lagi nyoba buat cerita sesuatu? atau dia lagi suka ama orang lain?" ucap Arya yang membaca pesan Lucy dan cukup kebingungan dengan isi chat itu. [Wah, kayaknya temen kamu cemburu itu. Emang kamu ngapain ketemuan sama temen kamu? kamu suka dia, ya?] Lucy membaca pesan dari Arya dan kemudian mereka cukup intens membicarakan hal ini. [Dia temen deket aku, dia udah nyatain cinta sama aku dua kali tapi aku tolak, aku gamau pertemanan kita hancur cuma gara-gara pacaran. Aku butuh dia lebih dari sekedar pacar yang nantinya bisa aja putus] [Jadi temen mu itu suka sama kamu? pantes aja dia kayak gitu, mungkin dia cemburu. Tapi, kenapa kamu nolak temen kamu? bukannya bagus kalo temen deket jadi pacar? itu artinya kalian jadi saling ngerti satu sama lain, kan? atau karena dia tidak menarik? hehehe maaf aku gak bermaksud menghina, aku cuma becanda] [Buat orang lain mungkin itu mudah tapi, buat aku dia adalah orang yang selalu dukung aku dan selalu ada buat aku, dan yang paling anehnya aku menyukai orang lain. Dia hanya bisa aku anggap sebagai teman dekat gak lebih dari itu] [Jadi, kamu suka orang lain? terus kenapa kamu gak nyoba pacaran sama dia? apa dia gamau sama kamu?] Lucy tersenyum sembari memikirkan tentang Arya, semua yang sudah mereka bicarakan selama ini. "Kamu, aku suka kamu Arya. Aku gatau gimana caranya seorang yang bahkan gak pernah aku temuin sebelumnya bisa bikin aku terus mikirin kamu, padahal kamu orang asing yang tiba-tiba hadir di kehidupan aku tapi, kenapa aku bisa terus mikirin kamu. Aku harap kita bisa bertemu suatu saat," gumam Lucy dalam lamunannya itu kemudian membalas pesan Arya. [Hahaha, kayaknya dia suka sama orang lain] [Ya ampun, itu sulit. Suatu saat kamu pasti dapat orang yang bisa bikin kamu bahagia, aku harap orang itu adalah orang yang mengerti kamu lebih dari siapapun] "Lucy, kenapa kamu bikin aku nyaman? padahal cuma sebuah chat tapi, kenapa aku selalu ingin membalas pesan kamu? kamu seperti mengerti apa yang aku inginkan, semoga kamu ketemu sama orang yang bisa bikin kamu bahagia," gumam Arya saat ia telah membalas pesan itu yang kemudian Lucy membalas dengan pesan lain. [Hahaha ayo lupain dulu masalah cinta-cintaan, aku cuma mau ngasih selamat sama sekolah kamu yang udah jadi juara nasional olimpiade fisika taun ini] "Hah? olimpiade fisika? apaan dah, orang olimpiadenya aja belum mulai. Eh? sejak kapan Lucy tau nama sekolah aku, ya? apa waktu itu, ya? ya ampun aku gak bisa ingat apa yang aku kirim sama dia," ucap Arya cukup terkejut dengan pesan Lucy itu dan ia hanya bisa membalas dengan sebuah candaan. [Hahaha kok kamu tau sekolah aku? kapan aku ngasih tau? ya semoga aja sekolah aku juara olimpiade taun ini, sekolah kamu juga semoga bisa dapet, ya]
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN