4. Pernikahan Salah Sasaran

1103 Kata
Alice meyakinkan dirinya bahwa ia bisa menjadi sosok Alicia meskipun Keenan dan keluarganya tidak tau dirinya bukanlah Alicia. *** Di sebuah hotel ternama, acara pernikahan itu pun di gelar dengan mewah dan megah. Keenan sangat tampan seperti pangeran yang siap menjemput putrinya. Sedangkan Alice sangat takut hari ini. Tangannya tidak memakai hena, jika Vivi dan Arion tau bagaimana? Alice tidak tau reaksi mereka nantinya. Namun karena ibunya selalu menenangkannya, Alice pun tersenyum. Semua akan baik-baik saja, seperti itu ucapan ibunya. Selama pernikahan itu, berjalan dengan lancar. Berbeda dengan Vivi dan Arion yang terus memperhatikan penampilan Alicia yang berbeda. Vivi yang meneliti tangan Alicia tidak memiliki hena. Dan Alicia lebih malu-malu daripada menunjukkan senyumannya pada semua tamu. Arion memberanikan diri bertanya pads Alicia. "Kenapa tidak memakai hena? Apakah tidak kering dan rusak?" tanya Arion baik-baik. Keenan yang tadinya menyapa tamu undangan dan melihat Alicia sedikit pendiam pun menghampiri istrinya itu. Ketika ditanya oleh ayahnya, jawaban Alicia gugup. "Sayang? Kamu sakit ya?" tanya Keenan khawatir, ia menggenggam tangan Alicia memastikan suhu tubuhnya namun normal dan tidak panas. Alice menggeleng. "Aku tidak sakit. Hanya saja, hena yang kemarin aku pakai rusak. Jadi, aku membilasnya dengan air daripada hena-nya semakin jelek," jawab Alice jujur. Tidak ada yang tau dirinya adalah Alice, hanya karena menjadi pengganti saja semua orang percaya. Tapi orang tua Keenan tidak. "Tidak apa. Lagipula mau pakai hena ataupun tidak, kamu tetap cantik sayang," puji Keenan dengan baiknya sampai Alice berani menatap manik matanya dan menampilkan senyumannya. "Ayo makan. Sajian yang enak pasti kamu menyukainya Alicia. Jangan lupa, minta di suapi dengan Keenan ya?" ujar Vivi dan Alice mengangguk. "Ikut aku sayang. Kita makan berdua. Agar terlihat romantis seperti pengantin baru. Iya kan?" Keenan menaik-turunkan alisnya menggoda Alice, istrinya itu memalingkan wajahnya. 'Kenapa aku jadi deg-degan ketika dekat dengan kak Keenan ya?' batin Alice sedikit bingung. Tidak, jantung yang berdegup kencang bukan berarti ia jatuh cinta langsung pada Keenan. Pria itu adalah milik kakaknya, dan ia tidak mempunyai hak untuk mencintai Keenan karena bukan suaminya meskipun sebagai pengganti saja agar nanti saat kakaknya kembali menjadi senang karena sudah menikah dengan Keenan. "Ada dessert es krim. Apakah kamu nanti akan-" Keenan melambaikan tangannya di depan wajah Alice yang tengah melamun. "Sayang? Jangan melamun. Aku makan sendirian?" Keenan cemberut. Alice tersadar dari lamunan-nya. "Eh? Mau. Sepertinya sangat lezat sebagai makanan penutup nanti. Apa saja es krimnya. Aku suka" "Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini sayang?" tanya Keenan ingin tau. Sebelumnya Alicia tidak sabar menunggu hari spesial ini. 'Tidak. Maaf kak Keenan, aku sama sekali tidak bahagia jika nantinya aku harus hidup bersama kak Keenan. Seharusnya yang ada di posisi ini adalah kakak, bukan aku,' batin Alice menjawab dalam hatinya, ucapan itu enggan ia utarakan. Lebih baik di pendam daripada Keenan merasakan kecewa sekaligus sedih kalau dirinya bukan Alicia. "Aku bahagia kak," jawab Alice dengan keterpaksaan. Keenan yang merasa aneh di panggil 'kak' itu pun sedikit curiga. "Kak? Kenapa kamu memanggilku kakak sayang? Aku ini suamimu. Panggil saja mas." Alice menjadi malu dan menundukkan matanya. Kenapa bibirnya bisa bebas memanggil Keenan dengan sebutan kakak? Dalam hati, Alice merutuki kecerobohannya sendiri. "Iya, mas Keenan," Alice tersenyum manis. Arion yang mendengar percakapan itu pun tertarik. Sejak kapan Alicia memanggil Keenan kakak? Arion berpikir sebentar, yang memanggil Keenan itu hanya Alice saja. Apa mungkin? "Ma," Arion berbisik memanggil Vivi. "Iya? Ada apa?" Vivi mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang sedari tadi banyak pesan masuk, mengirimkan ucapan selamat atas pernikahan Keenan dan Alicia. "Sepertinya itu bukan Alicia. Lihat saja, dia lebih malu-malu daripada menjadi periang. Dan memanggil Keenan dengan sebutan kakak. Apakah kau percaya?" tanya Arion meminta pendapat Vivi, percaya atau tidak yang penting ia sudah memberitahunya. Memang sedikit mengejutkan, tapi Arion berharap itu adalah Alicia. Vivi menautkan alisnya. "Bukan Alicia? Memangnya ada bukti? Aku sama sekali tidak percaya," Vivi menolak informasi yang di sampaikan oleh Arion, belum tentu akurat dan benar hanya asal menuduh saja. "Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Keenan nanti," Arion menyerah, Vivi ingin kebenaran. *** Karena selalu memikirkan kata-kata Arion tadi, Vivi mengajak Keenan berbicara untuk memastikan kebenaran itu. Jika bukan Alicia tapi Alice yang menikah dengan putranya. "Apakah tadi Alicia memanggilmu kakak?" tanya Vivi mengintrogasi. Menunggu jawaban Keenan dengan tidak sabar. Wajah kakak-adik itu sangat mirip dan tidak bisa di bedakan. Keenan mengangguk. "Iya. Tadi Alicia memanggilku dengam sebutan kakak. Ada apa ma?" Vivi menghela nafasnya, benar. Pasti ini adalah Alice. Vivi harus memberitahukan hal ini pads Keenan daripada bersembunyi di balik identitas orang lain. "Sebenarnya istrimu itu Alice. Coba kamu lebih teliti memperhatikan dia. Memanggil kakak, sikapnya malu-malu dan lebih banyak pendiam. Sedangkan Alicia? Dia selalu tersenyum, ramah, juga mudah bergaul. Ayahmu tadi sudah curiga dengan ini, maka dari itu mama bertanya tentang hal ini apakah benar." Keenan terdiam. Berpikir sejenak, apa yang di katakan oleh mamanya itu benar. Istrinya bukan Alicia, hati Keenan merasa sakit juga kecewa. Ternyata selama pernikahan ini di laksanakan, ia di bohongi oleh Alice. Kecurigaan itu benar, apalagi Alice tidak memakai hena dan menggunakan alasan klasiknya untuk menghindar. "Dimana sekarang Alice?" wajah Keenam berubah marah dan pandangan matanya menjadi sinis, ia tidak sabar bertemu Alice dan meminta penjelasan. Vivi tersenyum senang. Akhirnya Keenan menyadarinya. "Alice sedang tidur di kamarmu. Dia kelelahan," jawab Vivi memberitahu. Ia ingin tau seperti apa ketika Keenan memarahi Alice, sebenarnya bagus juga memiliki istri berpendidikan seperti Alice, namun Keenan tidak mencintainya. Langkah Keenan yang lebar itu menuju kamarnya. Membuka pintu dengan kasar sehingga berbunyi keras sampai membangunkan Alice yang tertidur nyenyak. Alice yang tidak tau kedatangan Keenan tiba-tiba dengan marah pun membuatnya sedikit takut dan memeluk tubuhnya sendiri. Semoga saja amarah Keenan bukan mengetahui identitas dirinya dan fakta yang sebenarnya. "KAU! TURUN DARI RANJANGKU!" seruan Keenan dengan intonasi tinggi dan membentak itu membuat Alice menurut dan langsung turun dari ranjang Keenan. Tidak tau alasan Keenan marah, Alice hanya bisa diam dan takut berbicara. "MENGAKU!" Keenan mendekati Alice. Wajahnya lebih dekat dengan Alice yang hanya beberapa senti saja sampai istrinya itu mundur dan membentur tembok. "M-mengaku apa mas? Aku ada salah dengan mas?" tanya Alice dengan gugup dan suara yang gemetar. Seumur hidupnya, ia tidak pernah di bentak. Orang tuanya selalu bersikap lemah lembut. "KAU BUKAN ALICIA!" Keenan berseru marah. "Jangan berharap tidur satu ranjang denganku. Dan aku membencimu Alice," Keenan berbisik nakal di telinga Alice, senyuman jahatnya itu membuat Alice menunduk ketakutan. "Tapi mas. Aku ini Alicia! Bukan Alice!" Keenan pergi begitu saja tidak mau mendengarkan kebohongan lagi dari bibir Alice. "Mas Keenan," Alice menangis, ia harus menjelaskan alasan sebenarnya di balik pernikahan yang salah ini. Menjadi pengantin pengganti karena kakaknya menghilang. Seharusnya Keenan tau. Tapi Alice masih takut, Keenan di selimuti oleh amarah yang menyala-nyala. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN