Bab 10 : Menghilang

1057 Kata
Farrel melajukan mobilnya menuju kosan Harsya, ia khawatir terjadi sesuatu dengan perempuan itu. Saat tiba di kosan, Farrel segera keluar menutup pintu mobil kasar. "Harsya!... "Harsya..." panggil Farrel sambil mengetuk pintu. "Sha..." teriak Farrel karena tidak ada jawaban. Tetangga Harsya keluar mendengar kegaduhan Farrel. "Ada apa a?" tanya ibu paruh baya. Farrel menoleh "Saya teman Harsya, Harsya kemana ya? dari tadi dipanggil tidak keluar." "Ohh, Harsya tadi siang dijemput kakaknya bawa tas besar tidak tahu mau kemana." jelas si ibu. Mata Farrel melebar ia mengangguk perlahan "Terimakasih infomasi nya." Si ibu masuk kembali. Saat di mobil Farrel menyentuh pelipisnya, ia menyisir rambut nya kasar lalu memukul pedal stir berkali-kali meluapkan amarah. Kemana Harsya pergi ? Apa dia akan kembali?. Pikiran Farrel dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan itu, bagaimana jika dia tidak bertemu lagi. Hatinya gundah pikirnya tidak tenang. Andaikan saja ia melewatkan meeting mungkin ia tahu keadaan Harsya, Farrel semakin keras memukul pedal stir. Farrel berjalan menuju ruang keluarga kemudian duduk dengan tangan bertumpu di kepala. Fatih melihat Farrel seperti sedang bingung menghampiri "Kenapa lo bang?" Farrel melirik "Mending Lo pergi gue lagi pusing " Fatih menyesal bertanya ia segera beranjak takut jika Farrel ngamuk. "Bang," panggil Iqbal lalu duduk di samping Farrel. "Apa," jawab nya datar. "Laptop aku gangguan, tolong benerin bang," ujarnya. "Kamu minta tolong Fatih aja, Abang lagi pusing banget," keluh Farrel. "Bang Fatih nyuruh ke bang Farrel." Farrel segera beranjak wajahnya mengeras menahan amarah." ikut Abang." Iqbal mengikutinya. Farrel menendang pintu kamar Fatih, membuat Fatih terlonjak kaget dari kasur. "Lo gila bang?" ucapnya. Farrel mencengkram baju Fatih "Kenapa lo nyuruh Iqbal benerin laptop nya ke Gue. Lo gak denger tadi gue bilang lagi pusing hah!" sentek Farrel. Pembuluh darah tampak tegang di leher Fatih. "Iya bang gue salah, gue yang bakal benerin.sekarang lepasin dulu tangan lo gue sesek." Farrel melepaskannya lalu pergi keluar. Fatih melirik Iqbal "Puas Lo!" ucap Fatih. Iqbal hanya tertawa meledek. Harsya bangun dari tidurnya rasanya ia tidur sangat nyenyak semalam. Pagi ini rasanya sangat fresh menghirup udara pedesaan yang begitu asri dan sejuk. "Sha ayo makan," teriak si ibu dari dapur. "Iya bentar," jawabnya. Semua anggota keluarga telah berkumpul di meja makan yang diisi dengan banyaknya lauk pauk. "Wahh kayaknya enak semua nih,"kata Harsya. "Sok cepet makan." Titah ayahnya. "Kamu libur berapa lama Sha?" tanya Yara. "Satu bulan mungkin." "Sha pak ustadz ada di sini," kata si ibu. Harsya memutar bola matanya "Ya terus, aku harus bilang wow." Si ibu tertawa "Sekedar info." Harsya keluar rumah ia berencana untuk berjalan-jalan. "Harsya..." Seseorang memanggilnya dari belakang ia menoleh wajahnya langsung berubah takjub "Safira!" ucapnya excited. Safira berlari ke arahnya lalu memeluknya, "Kangen banget," lirihnya. "Gue juga,"ucap Harsya. Mereka duduk di kursi dekat alun-alun masjid. "Gak nyangka,bisa ketemu lo lagi setelah 4 tahun," ucap Safira."Gue sih sering pulang kalo libur semester, Lo tuh yang gak pernah pulang," kata Harsya. "haha. gue kan udah dikontrak jadi gak bisa pulang sebelum kontrak habis." Harsya melirik kearahnya "Lo betah kerja di jepang?" Safira mengangguk perlahan. "Gue belajar banyak disana," ucapannya. "Pas awal ngalamin culture shock gak?" tanya Harsya. "iya gue hampir gak betah gara-gara itu, tapi sekarang karena udah terbiasa jadi betah deh." Harsya tersenyum bangga. "Lo kuliah jurusan apa?" tanya Safira. "Manajemen," jawabnya. "Enak gak tinggal di Bandung?" Harsya menghela nafas "Ada enaknya ada gak enaknya." Safira tersenyum kecil. "Semua tempat juga gitu." Farrel tidak fokus bekerja hari ini, pikirnya masih bertanya-tanya tentang Harsya. Farrel baru sadar sekarang kenapa ia tidak pernah meminta nomor telepon Harsya. Sekarang ia tak tahu harus menghubungi siapa. "Pak Farrel di luar ada seseorang yang ingin bertemu anda," ucap Indri. "Suruh masuk." "Baik pak." "Farrell..." teriak Reta menghampirinya. Sial ternyata reta, ia menyesal menyuruh masuk. "Farrel. kamu gak kangen aku?" ucapnya manja. Farrel memutar bola matanya malas menjawab. "ihh Farrel! jalan-jalan yu," ajak Reta. "Gue banyak kerjaan, mending Lo Sekarang keluar!" sentak nya. Reta melirik sinis "Aku bilangin ke om Ayidan, kalo kamu ngusir aku." "Bilang aja sana, gue gak peduli." Reta menggigit bibir bawahnya "Farrel jangan galak gitu dong kita kan mau nikah," ucapnya. "Lo aja gue gak mau." Reta cemberut lalu melangkah pergi dengan sepatu dihetak-hentakan. Farrel sangat risih dengan Reta yang cerewet dan manja apalagi dia mengaku untuk menikah dengan dirinya membuat ia semakin muak. dritt...dritt... "iya Sha," ucap Farrel. "Sha siapa sha?" kata Ihsan di sebrang telepon. "Maksudnya Shan," Farrel menjelaskan. "Lo ke markas ke sekarang keadaan mereka kacau." "Gue ke sana sekarang." Delia pergi ke perpustakaan bersama Dina mereka berencana untuk membeli buku n****+ populer bulan ini. "Delia, itu kayanya Devan deh," ucap Dina menunjuk Devan yang duduk membaca buku. Mata Delia langsung bersinar "Iya bener, gue samperin ah." Dina merasa aneh melihat raut wajah Delia. "Gue boleh duduk di sini," ucap Delia. Devan menatapnya "Delia, gue kira siapa, boleh ayo duduk." Devan mempersilahkan. "Devan kamu apa kabar?" tanya Dina. "Baik din, Lo gimana?" "Alhamdulillah baik, setelah kamu putus dari Harsya, belum pernah ketemu lagi." Devan tersenyum canggung. "Udah atuh din, masa ngomongin mantan gak baik," kata Delia. Dina mengangguk paham tapi ia merasa aneh dengan ekspresi Delia. "kalian lagi cari buku apa?" tanya Devan. "Kita lagi cari n****+ yang populer Dev," jawab Delia. Devan mengangguk perlahan. Hiks.hiks... Bunga nangis sendirian di halte bus ia sedang ada masalah dengan Fatih, gara-gara Djaki mantannya yang menghubungi nya kembali saat handphone Bunga di pakai Fatih. Fatih marah besar karena cemburu dan menuduh Bunga selingkuh, Bunga ingin menjelaskan namun Fatih malah pergi meninggalkan nya. Bunga beranjak pergi, saat di perjalanan melewati bangunan terbengkalai ia tak sengaja bertubrukan dengan seorang lelaki, ia tak melihat wajahnya karena menunduk "sorry gak sengaja," ucapnya. "Lo, pacar Fatih kan?" tanya Farrel memastikan. Bunga mengangkat wajahnya "Kak Farrel," ucapnya. "Lo kenapa nangis?" Bunga tak menjawab ia menggigit bibir bawah menahan air matanya. "Gara-gara Fatih?" tanya Farrel. Bunga malah menangis sesenggukan ia tak bisa lagi menahannya. Mendengar ada suara Farrel di luar, Djaki beranjak keluar. Ia melihat Farrel berdiri dengan seorang perempuan di depannya menangis pilu. "Farrel Lo apain tu cewek," tanya Djaki. Farrel menoleh mengangkat bahu. Bunga merasa kenal dengan suara itu ia menoleh ke arah Djaki, Mata Bunga melebar ekspresi wajahnya menggambarkan kemarahan. "Lelaki Sialan!" teriak bunga lalu berlari ke arah Djaki meninjau wajahnya keras. Djaki yang terkejut dan tak siap dengan serangan dadakan langsung terhuyung ke belakang. Farrel melotot terkejut dengan aksi bunga kemudian menggelengkan kepala perlahan. Ia tak mengerti apa ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN