Bab 9 : Senyuman manis

1196 Kata
tuk...tuk... "Sebentar" ucap Farrel, lalu segera beranjak dari kasur. Saat membuka pintu ia terkejut melihat seseorang di hadapannya. "Jam berapa sekarang?" tanya Ayidan. Farrel melihat jam di kamarnya, 11:00 matanya membesar, mampus dia kesiangan lagi. "Gara-gara gak becus atur waktu vendor utama yang bertanggung jawab atas pasokan material konstruksi untuk proyek berhenti kerja sama." Wajah Farrel berubah pucat. Plak!... Ayidan memukul wajah Farrel. "Kalo gak niat kerja ngomong, saya tidak butuh orang malas dan tidak bertanggung jawab." tegasnya, lalu Ayidan berjalan pergi meninggalkan Farrel yang mematung. Farrel bergegas menuju kantor ia mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi, ia harus segera menyelesaikan masalah ini. Farrel menghubungi beberapa vendor yang dapat memenuhi kebutuhan pasokan mereka dengan cepat dan efisien. Hari ini cuaca cukup panas, buktinya Harsya telah menghabiskan dua buah es cream. "Ayo masuk Sha" ucap Delia. "Iya bentar, tanggung ini dikit lagi," jawabnya. Delia mengajak Harsya untuk melakukan photo booth karena sedang viral dan Delia tak mau ketinggalan. "Mana liat hasilnya," kata Delia. "Nih, bagus ternyata," ucap Harsya. "Iya bagus banget, besok harus ajak Bunga dan Dina. Harsya melihat Farrel dari jendela cafe duduk sendirian ia mengajak Delia untuk menghampirinya. "Hey!" ucap Harsya. Farrel menoleh ke arahnya. "Gue liat lo dari kaca luar terus ke sini deh," jelasnya. "Ohh, duduk. Lo mau pesen apa?" ucap Farrel. Harsya dan Delia duduk di depan Farrel "Kenalin ini temen gue," ujarnya."Gue Delia Putri," ucap Delia. "Gue Farrel Dwi," jawabnya. handphone Farrel berbunyi ia segera mengangkatnya. "iya saya ke sana sekarang," ucapannya pada orang di telepon. "Sha gue harus pergi sekarang, sorry ya," ucap Farrel tak enak. "Oh iya gapapa ko, gue kan sama Delia," jawabnya kemudian mulutnya melengkung membentuk senyuman, 'sangat manis' pikir Farrel. Farrel segera sadar bukan saatnya untuk terpesona. ia berjalan meninggalkan cafe saat melewati kaca, matanya melirik ke arah Harsya yang ternyata tersenyum ke arahnya. "Harsya! itu lelaki yang Lo ceritain," tanya Delia. Harsya mengangguk. "Sumpah, ganteng banget," ujar Delia. "Iya, gue juga awalnya terpesona ternyata ada lelaki setampan itu." Farrel tiba di tempat yang dijanjikan seorang vendor yang akan menggantikan yang sebelumnya berhenti tanpa sebab. ia duduk di antara kursi yang ada, tak lama kemudian vendor itu datang. Mereka berdiskusi dan bernegosiasi cukup lama hingga akhirnya vendor itu setuju untuk bekerja sama dalam pembangunan. Saat kembali ke kantor Farrel tiba-tiba tersenyum sendiri teringat akan senyuman Harsya di cafe yang sangat manis menurutnya. tuk...tuk.... "Masuk" ucap Farrel. "Pimpinan ingin bertemu anda di ruangannya," kata sekertaris Farrel. bernama Indri. "Saya kesana sekarang." Indri meninggalkan ruangan. "Pak Farrel berada di depan," ucap Asisten kepercayaan Ayidan. "Suruh dia masuk." "baik pak." lalu berjalan keluar. Farrel membuka pintu lalu masuk, kemudian duduk di kursi berhadapan dengan Ayidan."Kamu sudah mendapatkan vendor baru?" tanya Ayidan. "Tadi aku bertemu dengan vendor baru dan setuju untuk bekerja sama mereka akan mengirim pasokan material konstruksi mulai dari hari ini," ujarnya. Ayidan mengangguk perlahan ia tahu Farrel orang yang cerdas dan cepat dalam menyelesaikan masalah. itulah alasan sebenarnya Ayidan menghentikan sementara Layla agar Azam mempelajari pekerjaan Layla dan suatu hari akan mengangkat dirinya menggantikan posisi Layla. "Kalo begitu kamu boleh keluar sekarang," ucap Ayidan. Farrel beranjak dari duduknya kemudian pergi. Ayidan sebenarnya sangat menyayangi Farrel hanya tidak menunjukkan saja. Penyakit bipolar nya yang kerap kambuh dan tanpa ia sadari telah menyiksa Farrel. Setelah kematian istrinya Ayidan mangalami bipolar sehingga ia menjadi jarang bergaul bersama anak-anaknya ia takut tidak bisa mengontrol diri dan menyakiti mereka. tuk...tuk.... "Siapa ya" pikir Harsya. Harsya berjalan lalu membuka pintu. "Assalamualaikum," ucapnya. Harsya terkejut dengan kedatangan Yara kakaknya bersama suaminya Nata. "Waalaikumsalam, kenapa gak bilang kalo mau datang?" tanya Harsya. "Biar surprise lah," jawab Yara. "Bilal mana kenapa gak dibawa?" ucap Harsya kecewa. "Kasihan jauh, jadi teteh titip aja ke ibu." Harsya cemberut. "Betah Sha di kosan ini?" tanya Nata. Harsya mengangguk perlahan "Di betahin aja a, males nyari lagi," lirihnya. "Kita sengaja datang kesini buat jemput kamu, besok kita pulang bareng," ujar Yara."Disuruh ibu ya?" Yara menggeleng. "Teteh ada urusan. sekarang aja ini baru pulang dari gunung Tangkuban perahu." "Ohh, kirain sengaja jauh-jauh buat jemput doang," ucap Harsya. Pagi ini Harsya sedang paking baju dan barang, yang akan ia bawa ke Garut. Setelah selesai ia duduk lalu teringat Farrel. Sebaiknya ia menemui Farrel dulu sebelum pulkam. Harsya sudah menganggap Farrel adalah temanya sehingga merasa tidak enak pergi gitu aja apalagi waktunya lama dan siapa tahu nanti mencarinya karena tiba-tiba hilang. Maka dia harus pamit terlebih dahulu. Harsya minta ijin sebentar kepada Yara untuk menemui temanya sebelum pulkam, Yara memberikan waktu sampai pukul 13:00 harus sudah kembali. sekarang pukul 10:00 masih ada waktu sekitar tiga jam untuk menemui Farrel. Harsya bingung harus menemui Farrel di mana. Ia biasanya selalu bertemu secara tidak sengaja dengannya. bisa-bisanya ia baru teringat sekarang kenapa ia tidak memiliki no telepon Farrel padahal mereka sudah sering bertemu jadi gini akibatnya. Harsya memutuskan untuk pergi ke rumah Farrel. Untungnya ia masih ingat letak rumah Farrel karena dekat dengan kampus dan paling mencolok diantara rumah lainnya. Harsya menekan bel rumah Farrel. Setelah tiga kali menekan datang seseorang membuka gerbang "Cari siapa," tanyanya. "Farrel nya ada?" ucap Harsya. "Den Farrel belum pulang sepertinya masih di kantor," ujarnya."Saya boleh minta alamat kantor nya?" Bi inah menjawab "Boleh, neng siapa nya den Farrel?" Harsya mengulurkan tangan "Saya Harsya bi, temannya Farrel." Bi inah mengangguk perlahan "Saya bi Inah." "Neng ini alamatnya." Bi inah memberikan secarik kertas. "Makasih ya bi, saya pergi dulu." Pamit Harsya. "Iya neng hati-hati di jalan." Harsya menoleh lalu tersenyum simpul. "Tumben den Farrel punya temen cewek," ucap bi Inah. Harsya sampai di tempat yang sesuai dengan alamat yang diberikan bi Inah. Ia berjalan masuk ke dalam kantor tersebut kemudian bertanya kepada resepsionis. "Kak, saya temanya Farrel, boleh tolong bantu saya untuk menemui nya?" "Apakah anda sudah memiliki janji bertemu sebelumnya?" ucapnya ramah. "Belum sih," Harsya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kalo begitu tunggu sebentar, saya hubungi dulu sekertaris nya." "ohh iya" lalu duduk di kursi depan reception. "kak," ucap resepsionis. Harsya segera berdiri menghampiri " Gimana kak?". "Pak Farrel sedang meeting bersama pimpinan jika kakak ingin bertemu harus menunggu sampai meeting selesai.". "Begitu ya, kira-kira masih lama ga? tanya Harsya. "Sepertinya sebentar lagi." Harsya melirik smartwatch di tangannya ia telah menunggu sekitar 40 menit, meeting belum selesai juga. Akhirnya Harsya memutuskan untuk pergi saja, menunggu Farrel selesai meeting yang ada malah di tinggalkan teh Yara. Farrel melirik jam tangannya pukul 14:30 ia meregangkan tubuhnya, duduk selama 4 jam saat meeting membuat dirinya pegal. sepertinya pekerjaan hari ini selesai ia bisa pulang. Indri datang menghampiri "Pak tadi ada yang ingin bertemu," ujarnya. "Siapa?" tanya Farrel. "Katanya teman pak Farrel." "teman!" ia mengerutkan kening."Sekarang masih menunggu?" Indri berkata "Sudah pergi pak." Farrel mengangguk perlahan. "Yaudah kamu boleh keluar." ucapnya. Sampai rumah Farrel masih penasaran siapa temannya yang ingin bertemu biasanya Hanif, Azam, Ziyad, Ihsan, dan Djaki selalu menelepon jika ingin bertemu tidak pernah datang langsung ke kantor. Bi inah meletakkan minuman di meja."Tadi teman den Farrel ke sini," ucap bi Inah," nyari den Farrel." Farrel menautkan alisnya "Siapa bi?" Bi Inah mengingat nama perempuan tadi. "Harsya den, katanya mau ketemu ada perlu. Karena bibi bilang den Farrel belum pulang dia minta alamat kantor." Wajah Farrel berubah cemas mengapa Harsya mencarinya. Ada apa?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN