Bab 11 : Merindukan Dia

965 Kata
"Gara-gara Lo! pacar gue pergi," ucap Bunga Dengan dengan wajah menahan tangis. Djaki meraba pipinya yang panas akibat pukulan Bunga. "Gue minta maaf. gue gak tau lo punya pacar lagi." Bunga menatap sinis "Lo pikir gue bakal gamon, will never." Setelah itu Bunga bergegas pergi. Farrel tidak tahu harus berkata apa, ia berjalan masuk sambil melirik Djaki sekilas. Sungguh miris melihat temannya terkapar tak beraturan sepertinya mereka habis mengkonsumsi. "Rel Lo udah berhenti? gue gak pernah liat lo konsumsi lagi," tanya Ihsan. Farrel menggeleng pelan "Gue belum bisa Shan." Ihsan mengerutkan kening "Terus Lo konsumsi di mana?" Farrel menghela nafas "Gue bawa ke rumah, gue gak bisa tidur tanpa itu." Ihsan tidak menyangka Farrel lebih gila dari yang lainnya. Ihsan berdiri mendekati jendela, miris sekali melihat mereka seperti itu kapan balik ke jalan yang bener dan jalani hidup tanpa obat ilegal. "Rel sampai kapan begini, gue muak liat kalian seperti ini," lirihnya. Farrel diam tak menjawab "Mau nunggu sampe polisi tau?" tanya Ihsan kesal. "Gue gak tau," jawab Farrel. Harsya duduk di kursi menghela nafas panjang ia sangat bosan dari tadi hanya keluar masuk rumah, Bilal yang selalu Harsya jahili malah tidur ia jadi kesepian. Ting... Suara notifikasi handphone Harsya, ia segera melihatnya. Dina Sha tadi gue ketemu Devan di toko buku. Harsya Info gak penting. Dina Siapa tau Lo kangen. hehe Harsya Gak banget. Maksud Lo apa sih gue gak suka ngebahas Devan dia itu cuma masa lalu jangan di ungkit-ungkit. Dina Hehe. Gue cuma mau bilang kalau gue merasa aneh dengan sikap Delia saat ketemu Devan. Harsya sudah tahu pasti Delia sangat excited bertemu Devan, dia berpura-pura tidak tahu saja pada Dina. Harsya Emang sikapnya gimana? Dina Dia kaya kesenangan gitu terus tatapan nya beda. Gue bukan mau merusak hubungan pertemanan kita ya, gue cuma heran aja. Harsya Ya gapapa lah kalo pun Delia suka Devan gue kan udah putus, gak akan masalah. Dina Yakin Lo? Harsya yakin lah Harsya meletakkan ponselnya di atas meja ia tahu ini bakal terjadi Delia pasti akan bersama Devan, walaupun masih tersisa sedikit rasa itu harus segera dihapuskan karena sahabat lebih penting dari kekasih. Tiba-tiba Harsya teringat Farrel apa lelaki itu mencarinya? sayang sekali ia tak bisa menghubunginya, Farrel sangat kaya tapi ia tak pernah melihat dia sholat atau ke mesjid sangat disayangkan pikir Harsya. Hujan deras mengguyur kota bandung, Farrel melihat jam yang tertempel di dinding kantornya menunjukkan pukul 22 : 00 waktunya untuk pulang setelah seharian mengecek dokumen dan menatap layar monitor membuat dirinya sangat lelah. Suasana parkiran sudah sepi hanya tersisa tiga mobil di sana, satu milik Farrel dan dua lagi entah milik siapa. Farrel melihat ayahnya dari spion mobil ternyata belum pulang. Ia menyipitkan matanya saat melihat seorang wanita keluar dari mobil menghampiri Ayidan wanita itu ingin memeluknya namun Ayidan segera menghindar setelah itu mereka terlihat berdebat beradu argumen, suara mereka tak terdengar karena jarak yang terlalu jauh membuat Farrel sangat penasaran. Farrel melajukan mobilnya meninggalkan parkiran setelah Ayidan dan wanita itu berhenti bicara dan pergi dengan mobilnya masing-masing. Apakah ayahnya akan menikah lagi? batinnya. Lina sedang menyiapkan makan siang, ia melihat ponsel Harsya bergetar. drit...drit... "Sha ada telepon," teriak Lina. "Siapa?" "Mana ibu tau." ucapnya Harsya melihat layar handphone, ternyata Bu Rini. "Assalamualaikum, ada apa Bu?" ucapnya. "Waalaikumsalam Harsya masih di kampung?" tanya Bu Rini. "iya bu." "ohh ibu kira sudah kembali ke Bandung. Tadinya ibu mau minta Kamu untuk jaga toko soalnya ibu ada urusan." "maaf bu Harsya masih di sini hehe." "iya gapapa, itu saja yang ingin ibu sampaikan, ibu tutup ya." "Iya bu." Telepon berkahir. "Siapa?" tanya ibu. "Bu Rini yang punya toko bunga," ujarnya. Lina mengangguk paham. Fatih bermain game dengan suara yang sangat keras, ia meluapkan kekesalan dengan bermain game. Farrel yang baru pulang setelah mengecek pembangunan perumahan merasa terganggu dengan suara berisik dari kamar Fatih. Saat membuka pintu kamar Farrel menghampiri Fatih. "Lo budeg?" tanyanya. Fatih melirik "Gue lagi main, jangan ganggu." Farrel tersenyum kecut "Turunin volume nya." Fatih berdiri "Gue gak mau," ucapnya. "Gue bilang turunin volumenya?" sentek Farrel. Fatih menyeringai "Kenapa gue harus nurut lo hanya orang yang lahir dua tahun lebih cepat, jangan so," ucapnya meremehkan. Farrel mengangguk-ngangguk lalu memberikan satu tonjokan di wajah Fatih. Akh.... Fatih meringis pelan, ia menatap dengan tajam. Tanpa pikir panjang, Fatih melemparkan pukulan ke arah Farrel dengan keras,Farrel pun balas dengan pukulan yang sama kerasnya, dan suara pukulan memenuhi ruangan. Sebelum pertarungan semakin serius, tiba-tiba Iqbaal datang dan berdiri di antara mereka "Berhenti bang!" ucapnya. mencoba menghentikan pertarungan.Fatih dan Farrel sama-sama terkejut, melihat satu sama lain napas mereka terengah-engah setelah pertarungan yang sengit. Saat mereka masih dalam keadaan terengah-engah, tiba-tiba Ayidan muncul di balik pintu dengan ekspresi marah. Dengan suara keras, dia memanggil mereka berdua, "Fatih, Farrel! Ke ruanganku sekarang juga!" Fatih dan Farrel saling bertukar pandang dengan ekspresi yang menggambarkan kecemasan. mau tak mau mereka mengikuti Ayidan. Bunga mengetuk pintu rumah Delia. Tuk...tuk... "Bunga...," ucap Delia. "Hayy, sorry gue gak bilang mau ke sini." "Santai, ayo masuk wajah lo menandakan ada masalah yang mau diceritain." Bunga mengangguk sambil tersenyum masam. Bunga menceritakan hubungan nya yang renggang akibat Djaki yang muncul lagi dan juga tentang pertemuan pertama dia dengan Djaki yang tidak baik, Bunga meminta saran apa yang harus ia lakukan. "Menurut gue lo datang ke rumah fatih dan jelasin semuanya," ucap Delia. "Gimana kalo dia ngusir gue, di telepon juga gak aktif," ujarnya. "Kalo dia beneran cinta sama Lo , gak akan diusir." Bunga hanya diam tak menjawab. "Percaya kata gue, lo besok datang ke rumahnya terus jelasin, kalo diusir lo segera telepon nanti gue beri pelajaran." ucapnya. Sore ini Ihsan berkeliling kota Bandung mengendarai motor Kawasaki Ninja berwarna hitam miliknya. Ia berhenti sejenak di Masjid untuk melaksanakan sholat ashar. Setelan selesai melaksanakan sholat Ihsan melihat seorang perempuan tengah duduk bertopang di ubin masjid memandang jalanan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN