PERKARA MEMINTA NAFKAH

1246 Kata
Dengan mengikuti instruksi yang sudah diberikan oleh salah seorang teman Kalina, wanita itu pun berhasil menyadap wa sang suami. "Lihat saja kamu, Mas. Sekali kamu berkhianat aku lempar kamu kembali ke jalan!" gumam Kalina kesal. Selama ini, dia tidak pernah menuntut apapun kepada sang suami. Bahkan nafkah pun dia tidak menuntut yang besar. Bukan hanya itu keluarga suaminya selalu meminta uang kepada Kalina. Bahkan ibu mertua Kalina yang hedon itu selalu meminta uang bulanan. Memangnya siapa yang memberikan kalau bukan Kalina? Adit hanya tahu beres aja. Kalina menahan diri untuk tidak membalas pesan yang masuk itu. Melainkan mencari bukti lain di ponsel suaminya itu. Selama ini Kalina tidak pernah membuka handphone Adit. Bagi Kalina ponsel itu adalah privasi masing-masing sehingga dia merasa tidak perlu untuk membuka ponsel milik suaminya. Tetapi kali ini dia terpaksa harus membukanya. Dan betapa terkejutnya Kalina saat melihat galeri. Ada satu file yang disembunyikan. Saat dia membukanya betapa terkejutnya Kalina melihat foto Adit bersama seorang wanita yang sama. Wanita itu cukup cantik dengan tubuh mungil dan rambut panjang yang diberi pewarna pirang. Tetapi melihat dandanannya saja Kalina sudah tahu kalau wanita itu pasti bukan wanita baik-baik. Lihat saja semua pakaian yang di foto itu kurang bahan semuanya. Bahkan ada satu foto yang membuat Kalina merasa jijik. Di foto itu si wanita bahkan tidak mengenakan penutup d**a sama sekali. Dan terlihat tangan Adit sedang memegang d**a wanita itu dengan berani. Dengan cepat, Kalina pun mengirimkan semua foto-foto itu ke ponselnya sendiri. Tak lupa setelah itu dia menghapus riwayat pengiriman. Setelah itu Kalina membuka m-banking milik suaminya. Tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Memang tidak ada jumlah transferan ke rekening perempuan. Hanya ada beberapa transferan ke rekening orang tua Adit. Kalina mengetahui nomor rekening orang tua Adit karena setiap bulan dia juga rutin mengirimkan ke rekening orang tuanya Adit begitu juga kepada adik Adit yang masih kuliah. Namun, yang membuatnya heran ada beberapa tarikan tunai dalam jumlah yang besar. "Belanja apa dia sampai tarik dua puluh juta begini? Memang tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencari tahu siapa perempuan ini." Setelah memeriksa m-banking barulah Kalina memeriksa chat pribadi Adit. Ternyata ada juga riwayat chattingnya bersama dengan Robby sang sahabat. Robby : Perempuan kayak Lisna itu jangan diseriusi, bro. Kamu kan udah ada istri yang baik. Kalo aku sih rugi kasi dia belanja ini itu mulu. Dia itu lagi mau morotin kamu. Ingat Kalina dan Cintya. Adit : Tapi, goyangannya hot! Kalina langsung mengepalkan tangan membaca chatting itu dia pun segera berinisiatif untuk meng-capture screen semua chat dari Robby. Dia mengerutkan dahi membaca chat dari Robby. Melalui chatting itu Kalina mengetahui jika Lisna adalah seorang dancer striptis di klub besar di Jakarta. Tetapi, wanita bernama Cintya itu tidak dibahas sama sekali. Sepertinya Kalina harus mencari tahu siapa wanita yang bernama Cintya itu. "Memalukan! Pacaran sama dancer striptis. Memang gila kamu, Mas." Setelah merasa cukup mencari informasi di handphone Adit. Kalina pun memeriksa kembali barangkali ada yang terlewat. Setelah itu dia menyimpan ponsel itu kembali. Dia tidak mau Adit curiga. Tetapi dia harus bergerak dengan cepat sehingga suaminya itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Puas mencari bukti-bukti Kalina pun langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur tidak lupa dia mengunci ponselnya sendiri dengan password yang Adit tidak mungkin tahu. Pagi harinya seperti biasa Kalina menjalankan ibadah salat subuh, kemudian menyiapkan sarapan. Meskipun ada pembantu rumah tangga, tapi Kalina selalu menyempatkan diri untuk membuatkan sarapan pagi bagi suami dan anaknya. Adit sendiri baru akan bangun jika Kalina sudah membangunkan dan mengatakan sarapan siap. Namun pagi itu Kalina enggan untuk membangunkan sang suami karena dia masih merasa kesal dengan penemuannya semalam. "Tumben kamu nggak bangunin aku, Sayang? Untung aku nggak kesiangan," sapa Adit pada Kalina yang sedang menikmati sarapan dengan Cindy. "Kamu kan nggak masalah kalau restoran siang. Restoran kamu itu kan bukanya jam sebelas." "Iya tapi kan aku harus nganter Cindy." "Nggak usah, hari ini Cindy biar aku yang nganter. Udah lama juga aku nggak ke sekolahnya Cindy. Sekalian aku mau bayar SPP sama bukunya," kata Kalina. Kemudian wanita itu langsung menadahkan tangan kepada Adit. "Loh minta apa nih, Sayang?" "Ya minta uang buku dan SPP Cindy lah. Kamu kan Papanya Cindy. Masa aku mau minta SPP sama uang bukunya sama laki-laki lain?" "Tumben banget kamu minta uang aku?" Kalina langsung meletakkan sendok yang ia pegang di atas piring kemudian mengangkat wajah dan menatap Adit dengan tajam. "Yang namanya suami itu wajib memberikan nafkah kepada istrinya, Mas. Apalagi kamu itu kan punya usaha yang cukup besar. Dulu, waktu kamu masih kerja di bank setiap bulan kamu kasih setengah dari gaji kamu itu ke aku. Tapi, kenapa ya setelah kamu punya usaha sendiri, kamu tuh ngasih aku uang kayak ogah-ogahan. Ya ... kamu tahu kebutuhan di rumah ini sangat banyak. Dan, niat kamu buka usaha itu kan karena kamu pengen ngasih aku nafkah yang layak? Terus kenapa sekarang jadinya kayak gini?" Adit merasa tertampar dia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal tetapi lelaki itu pun langsung mengeluarkan dompetnya dan memberikan sejumlah uang kepada Kalina. "Ini cuman buat bayar SPP sama buku. Terus nafkah aku mana kamu transferin dong sekarang." "Transfer? Aku nggak ada uang cash lagi." "Ya transfer, dong! Kamu kan punya m-banking. Aku yakin kok saldo kamu itu lebih dari seratus juta. Atau mulai sekarang lebih baik ATM yang kamu gunakan untuk usaha aku yang pegang. Mau aku juga yang mengontrol keuangan di restoran kamu?" "Ya jangan dong kalau keuangan di restoran. Itu kan uang modal semua." Adit memang terbiasa menyimpan uangnya di dua ATM. Rekening yang pertama adalah rekening untuk uang pribadinya. Di rekening itulah dia menyimpan keuntungan dari restoran bersih. Sementara ATM yang satunya digunakan untuk keperluan restoran. Adit memang terbiasa melakukan hal itu karena Kalina yang mengajarinya. Kalina bilang keuangan memang tidak boleh disatukan antara bisnis dan juga pribadi. Kalina memang pengusaha yang cukup sukses, dia pun mengajari bagaimana caranya untuk berusaha kepada Adit. Tetapi, kini sepertinya Adit mulai bermain api sehingga Kalina merasa perlu untuk memadamkan api itu dengan air bah sekalian. "Ya udah jangan marah-marah, Sayang. Ini aku transfer sekarang. Kamu ini kenapa sih pagi, ini? Lagi PMS, ya?" tanya Adit sambil mentransfer sejumlah uang kepada Kalina. Padahal tadinya uang yang diberikan kepada Kalina itu akan ia pakai untuk membeli mobil bagi Lisna. Adit memang tidak akan memberikan Lisna mobil baru. Tetapi dia akan membelikannya mobil second. Terpaksa kalo ini dia harus menggunakan uang simpanannya yang tidak Kalina ketahui. Selama ini ternyata Adit juga menggunakan ATM yang berbeda untuk menyimpan uangnya. Kalina tidak tahu ternyata akan hal ini. Melihat nominal uang yang ditransferkan oleh Adit, Kalina hanya tersenyum. Meskipun semalam dia sudah melihat jumlah saldo di rekening Adit dia memang tidak mau asal mengambilnya saja. Dia juga tidak mau Adit curiga jika dia sedang mengawasi gerak-gerik sang suami. "Nah, gitu dong, kalau ditransfer kayak gini kan istrinya seneng. Ya udah aku sama Cindy pergi ke sekolahnya dulu. Nanti siang kita makan siang bareng ya?" Kata Kalina dengan manis. Meskipun Kalina melakukan hal yang manis itu dengan muak. Tetapi, dia sadar jika saat ini dia harus bermain rapi dan cantik demi membongkar semua kebusukan sang suami itu. "Nanti siang aku yang ke butik kamu, deh. Jam sepuluh nanti aku pergi ke restoran dulu. Jam satu aku jemput di butik. Kita makan di restoran di depan butik kamu aja. Di sana kan makanannya enak-enak. Udah lama kita nggak makan di sana." Kalina hanya menganggukkan kepalanya kemudian mengecup pipi Adit sekilas. "Cindy pergi dulu ya, Papa," kata Cindy yang mengikuti jejak sang ibu mencium pipi Adit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN