MAU MERAJUK YA MERAJUK AJA

1119 Kata
Jika Adit berpikir bahwa Kalina akan merayunya dia salah. Kalina bukanlah tipe wanita yang mudah terprovokasi hanya dengan Adit merajuk seperti tadi. Maka wanita itu pun hanya diam ketika suaminya mendiamkannya. Hingga akhirnya Adit sendiri yang memeluk Kalina saat mereka berdua sudah di tempat tidur. "Kamu marah?" Tanya Adit. "Loh, bukannya kamu yang tadi marah-marah, Mas?" "Habisnya kamu terkesan nggak percaya sama aku. Selama ini aku berusaha menjadi suami yang baik buat kamu. Rasanya nggak dipercaya itu nggak enak loh," kata Adit. Kalina hanya terkekeh mendengar perkataan Adit kemudian dia pun mengelus pipi suaminya itu. "Aku nggak pernah lho bilang nggak percaya sama kamu. Selama ini kalau misalkan aku nggak percaya sama kamu, nggak mungkin aku mau kamu kasih kamu modal untuk buka restoran pizza kamu sekarang. Aku juga nggak pernah protes kamu kasih uang aku berapa. Setiap bulan paling aku hanya mengecek pembukuan restoran kamu aja. Tapi aku nggak pernah ngambil keuntungan dari restoran itu begitu saja tanpa seijin kamu. Padahal kalau mau aku bisa aja melakukan hal itu karena itu adalah aku sebagai istri. Jangan kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu juga suka ke klub malam sama teman-teman kamu. Aku tahu hanya selama ini aku tidak pernah komplain, kan? Tapi masalah kamu ingin membuka restoran yang lain itu harus aku pikirkan dulu untung ruginya. Kita memang suami istri mas tapi soal keuangan dan bisnis itu beda lagi. Apalagi bisnis ini kamu akan menggunakan namamu sendiri. Tidak memakai namaku seperti biasa. Jadi, dalam hal ini aku harus curiga dong sebagai istri." "Kamu kan udah tahu alasannya apa, Sayang. Aku cuman nggak mau dibilang katanya cuman menjalankan usaha punya istri. Aku juga mau lah punya aset sendiri atas namaku." "Aku mengerti makanya aku mau melakukan audit dulu ke restoran pizza kita supaya aku tahu selama ini pengeluaran kamu itu larinya ke mana. Masalah tas dan sepatu yang digunakan menggunakan kartu kredit aku nggak ambil pusing, deh. Meskipun aku juga merasa heran kenapa sih kamu mau pinjemin uang sebanyak itu sama temanmu. Terus temen kamu yang mana? Robby kan belum punya istri." "Sebenarnya kartu kredit itu dipinjam Robby. Emang nggak punya istri tapi dia punya gebetan sekarang. Makanya dia pinjem uang. Aku nggak enak lah kalau misalkan aku nggak kasih dia pinjam. Selama ini kan dia banyak juga membantu pekerjaanku." "Pinjem kalau buat hal yang perlu sih Nggak masalah Mas. Dia itu pinjem buat foya-foya. Dia pinjem buat bayarin ceweknya. Perempuan kayak gitu pasti bukan perempuan baik-baik. Masak baru pacaran aja udah berani minta tas dan sepatu yang branded dengan harga puluhan juta apalagi nanti kalau sudah menikah. Sementara aku tahu sendiri bagaimana pekerjaan Robby itu. Gajinya paling banyak 10 juta sebulan. Kalau dia meneruskan hubungan dengan perempuan hedon itu dalam waktu singkat Robby bisa jadi gembel. Suruh teman kamu itu ke sini biar aku tatar dia. Sekalian bawa deh perempuan yang mau jadi calon istrinya itu. Aku jadi penasaran kayak gimana sih model pacarnya Robby sampai dia tergila-gila dan memberikan semua yang dia punya. Sampai belain minjem duit temennya," kata Kalina panjang lebar. Adit hanya bisa menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka jika Kalina bisa sedetail itu. Padahal sebelumnya Kalina tidak pernah melakukan audit seperti ini. Meskipun baru rencana tapi jelas saja Adit merasa ketar-ketir. Selama ini dia memang jarang memberikan uang kepada Kalina. Dia merasa usaha yang dijalani Kalina jauh lebih menghasilkan. Dalam sebulan saja omset Kalina bisa ratusan juta. Jadi, sepertinya uang puluhan juta saja tidak akan ada artinya untuk Kalina. Artinya Adit harus bisa bermain cantik supaya dia bisa mendapatkan sebagian dari harta istrinya itu. Yang penting Lisna tidak teledor dan ceroboh. Karena sepertinya perempuan itu sudah mulai ingin menguasai dirinya. Tetapi Adit tidak bisa berbuat apa-apa karena apa yang dia rasakan bersama Lisna sangat jauh berbeda dengan apa yang dirasakan bersama Kalina. Kalina itu sangat rapi dalam hal apapun. Dia juga sangat suka mengatur apa yang dia akan lakukan. Sementara Lisna begitu penurut. Dan Adit merasa dihargai sebagai seorang laki-laki. "Emangnya uang empat ratus juta itu besar banget ya kalau aku mau bikin restoran?" "Yang nggak sih tergantung kamu mau bikin restorannya seperti apa. Tapi empat ratus juta itu memang besar kalau hanya kamu ingin membuat sebuah restoran biasa. Aku memang tidak mengizinkan kamu untuk membuka franchise pizza kamu di kota lain. Nantinya kamu akan bolak-balik ke kota itu hanya untuk melihat usaha kamu di sana. Bukannya aku nggak suka kamu mengembangkan sayap Tapi selama restoran yang ada juga sudah memberikan keuntungan Kenapa nggak sih? Aku aja nggak pernah berusaha untuk membuka cabang." "Justru kamu salah, Lin. Kamu nggak lihat banyak pengusaha-pengusaha yang buka cabang sana-sini. Kamu kenal kan dengan dokter kecantikan. Bukannya ada salah satu dokter kecantikan yang sekarang buka cabang di kota lain? Seharusnya kamu meniru hal yang seperti itu. Klinik kecantikan kamu juga udah mulai punya nama. Harusnya kamu bisa buka coban di kota A atau kota mana. Kan nggak harus kamu datang ke sana setiap hari." Sebetulnya Kalina memang sudah memikirkan masalah ini. Tetapi yang ada dalam pikiran Kalina adalah ... Jika dia membuka cabang di sana-sini tentu waktunya akan sedikit tersita. Kesibukannya yang sekarang saja sudah membuat Dia terkadang melupakan Cindy Putri semata wayang mereka. Cindy terkadang protes kepada Kalina karena tidak punya waktu untuk bermain dengannya. Ditambah lagi Adit sendiri jarang sekali ada di rumah. "Aku akan pikirkan lagi Mas. Kalau seandainya kamu meminta modal seratus juta mungkin aku tidak akan mengaudit pembukuan kamu. Ini empat ratus juta loh. Nominalnya cukup besar hanya untuk membuat restoran. Emangnya kamu buka restoran seperti apa?" "Aku mau membuka restoran Korea dengan konsep all you can eat. Dan nantinya restoran itu juga akan menyediakan makanan-makanan Korea. Kan belum ada restoran yang seperti itu. Nanti konsepnya itu akan didesain dengan nuansa Korea. Bahkan aku akan mendatangkan ginseng langsung dari Korea Selatan. Semua itu kan butuh biaya." Kalina mengetuk-ngetukkan tangannya ke atas nakas yang ada di sampingnya. Jika dia langsung menolak pasti Adit akan curiga. Sepertinya Kalina harus bermain cantik dulu supaya suaminya itu tidak sadar jika dirinya sudah curiga. "Ya sudahlah aku akan pikirkan lagi sekarang udah malam kita tidur aja. Aku minta maaf kalau sempat mencurigai kamu." "Iya, Sayang." Adit pun mengecup pipi Kalina kemudian dia langsung membaringkan tubuh dan memejamkan mata setelah menyalakan lampu tidur. Kalina sendiri hanya bisa berpura-pura tidur sambil menunggu Adit terlelap. Setelah beberapa lama dengkuran halus pun terdengar pertanda Adit sudah pulas tertidur. Kalina pun bergegas bergerak cepat, dia mengambil ponsel milik Adit dan mencoba membukanya. Ponsel yang diberi password itu ternyata menggunakan tanggal lahir Cindy. Sampai sini Kalina masih merasa lega. Tetapi tiba-tiba saja kedua matanya terbelalak saat melihat pesan yang baru masuk. "Ingat ya, Mas kamu ada janji sama aku untuk beli mobil!" Seketika tangan Kalina pun mengepal. Siapa dia berani meminta mobil kepada suaminya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN