"Pada akhirnya dia harus pasrah mendengar ocehan yang dikatakan."
***
Mungkin Cris kemarin bisa lolos dari beberapa Pertanyaan Mamanya. Tapi, untuk pagi ini bahkan dia harus ijin kuliah karna sudah telat mendengar ocehan Mamanya. Papanya pun hanya bisa pasrah kena oceh telah membantu anaknya menutup-tutupi.
"Papa juga kenapa enggak bilang sama Mama kalau anaknya babak belur kayak gini. Ini kalau enggak diobatin terus malah infeksi gimana?" tanya Mamanya sambil mengelap Luka Cris dengan tissue.
"Ma pelan-pelan ini sebenernya enggak papa kok. Cuma Luka kecil aja."
"Luka kecil Dari mana lihat ini bonyok. Lagian kamu ngapain bantuin orang kalau kamu sendiri bonyok terus dia gimana keadaannya?" tanya Mamanya lagi.
"Ya dia enggak papa dia sempet pergi pas aku terkepung terus pas dia pergi ya aku mulai dikeroyok tapi enggak papa kok, Ma. Dia pergi karna nyari pertolongan juga. Kalau dia enggak nyari pasti aku bisa lebih kenapa-kenapa."
"Mana ada dia yang udah ditolongin malah kabur. Aturan dia lah yang tanggung jawab bukan malah kabur. Lagian Cris, Cris kamu itu kalau mau bantu orang jangan malah buat kamu sendiri bahaya."
"Iya, Ma Maaf. Lagian udah terjadi juga. Aku enggak papa kok, Ma," ucap Cris. Mamanya selesai juga mengobatu Luka pada wajah Cris.
"Udah kamu makan terus istirahat gaada ke luar hari ini."
"Ma aku kayak anak kecil aja enggak boleh ke luar. Lagian kalau makan nanti aja lah Cris belum lapar."
"Mama masak babi tuh kesukaan kamu. Buruan makan."
"Babi?" tanya Cris lagi.
"Iya kenapa? Kamu kayak enggak pernah makan babi aja. Biasanya juga kalau Mama bilang masak Babi kamu langsung cepet banget ambil piring." Mamanya Cris santai mengucapkan hal tersebut. Cris terlihat ragu karna setelah dia mendengar kajian dari Hafidz ada yang membahas kalau daging Babi itu Haram.
-Flashback on-
Seperti biasa Crisyza selalu saja antusias dengan majlis yang diadakan oleh Hafidz Dan rekan-rekannya. Perasaannya selalu ingin sekali mendapatkan laki-laki itu.
Beberapa saat mereka menunggu Tim Hafidz pun masuk. Cris langsung saja menutup kerudungnya dengan rapi. Dia ingin selalu terlihat rapi dihadapan Hafidz. Syukur-syukur dia kena notice laki-laki itu.
Dalam kajian tersebut Cris mendengarkan dengan seksama. Dia juga tidak lupa fokus dengan mendengarkan ya. Hingga sampai di penjelasan mengenai daging Babi Haram. Cris langsung mengerutkan keningnya. Cris selama ini makan daging tapi tidak pernah ada istilah Haram.
"Jadi, kalian pasti sudah tahu daging Babi itu Haram kenapa bukan?" tanya Hafidz. Mereka semua menjawab tapi hanya Cris yang tidak tahu. Cris celingukan. Lalu, ada yang tunjuk tangan di belakang. Suaranya dari belakang. Orang tersebut pun ternotice oleh Hafidz.
"Yak mbaknya kayaknya antusias. Antusias mau ngapain nih,Mbak?" goda Hafidz tapi masih dengan nada yang biasa saja.
"Eh engga kok saya hanya ingin menjawab setau saya aja, Kak."
"Oke mbaknya tahu kenapa?" tanya Hafidz dengan senyumnya. Cris iri seandainya aja dia tahu pasti dia notice Hafidz selama ini jika bertemu Hafidz di belakang pasti hanya dijawab dengan dingin kecuali dengan yang lain.
"Shela, Kak."
"Oke Sheila apa yang kamu tahu kenapa kita tidak boleh makan daging Babi?" tanya Hafidz lagi.
Ahhh ... Cris merasa iri dengan senyum yang dilontarkan Hafidz pada Sheila yang ingun menjawab. Andai saja dia tahu alasannya. Dia pasti akan kena senyum dari Hafidz.
"Ya karna dalam Al-Qur'an emang Babi itu diharamkan lagian apa yang diharamkan kan juga sebenernya tidak baik untuk dikonsumsi yang aku tahu sih itu aja, Kak," ucap Sheila. Cris yang melihatnya kesal. Ganjen banget sih jadi cewe. Bisa enggak senyumnya itu biasa aja. Dalam hati Cris mendumal aturan dia yang mendapat senyum itu bukan orang lain.
"Oke terimakasih, Sheila. Tepuk tangan dulu untuk Sheila."
"Huuu...." jawab mereka semua lalu menepuk tangan untuk Sheila kecuali Crizya.
"Baik saya jelaskan sedikit. Babi tidak boleh dikonsumsi memang karna sudah jelas dalam Al-Qur'an bahwa memakan babi itu haram. Dan memang yang Haram itu memang tidak baik. Babi itu kan terdapat cacing pita sehingga tidak Bagus untuk dikonsumsi."
Criszya pun mengangguk dia baru tahu kalau memang Babi dalam Islam dilarang. Selama ini dia makan saja karna tidak ada larangan untuk dimakan. Tapi, kenapa hanya Islam. Kenapa agamanya tidak.
Seketika Zya pun semakin interest dengan Islam. Tapi, dia juga tidak mungkin meninggalkan agamanya dari sang orang tua. Untung saja hubungan yang dulu berakhir.
Zya melihat senyum Hafidz seakan terhipnotis. Apa dia harus pindah agama Islam agar kemungkinan dekat dengan Hafidz. Tapi, bagaimana dengan kedua orang tuanya.
-Flashback off-
"Ma emang kita tu boleh ya makan Babi?" tanya Cris saat mereka sudah sampai di meja makan.
"Kamu ngapain sih nanya kayak gitu? Biasanya juga makan tinggal makan. Makanan itu rezeki, Cris jangan suka bilang kayak gitu di deket makanan."
"Emangnya kenapa agama kita ga ngelarang buat ga makan Babi? Kenapa cuma Islam aja."
"Kamu ngomong apa sih. Udah ayo makan keburu dingin nanti kamu enggak suka Mama suruh angetin lagi. Udah ayo makan."
"Ma Cris kayaknya udah enggak mau makan Babi lagi. Cris enggak suka lagi makan Babi."
"Kenapa? Kamu kok ngomongnya aneh sih."
"Di agama Islam Babi aja dilarang, Ma kenapa di agama Kristen engga. Kenapa cuma Islam aja." Papa Mamanya langsung menengok ke arah Cris. Jawaban anaknya kali ini sejujurnya membuat Reyna heran. Biasanya tidak pernah sang anak tanya gitu.
"Ya intinya Babi kan ga sehat. Kalau kita makan. Lagian kan ada makanan lain kayak ayam, sapi kenapa harus Babi."
"Cris udah makan enggak usah ngomong apa-apa lagi. Kita masih dikasih makan aja ini bersyukur." Papanya angkat bicara untuk mengingatkan anaknya dari pada ada keributan di meja makan mereka.
"Pah tapi—"
"Cris kamu dari tadi udah buat Mama kamu pusing. Udah sekarang kamu makan aja enggak usah banyak nanya." Cris pun mengambil pairing. Dia pun mengambil makanan sambil malas-masalan.
Reyna memperhatikan Cris kenapa anaknya ini berbeda sekali dari biasanya. Apakah sedang ada yang disembunyikan anaknya.
"Ma udah makan gausah marah-marah lagi. Cris juga udah ngambil makanannya loh. Udah enggak usah marah lagi." Mamanya pun dengan raut wajah masih bertanya-tanya kenapa anaknya berbeda.
"Kalau kamu enggak mau enggak usah dimakan, Cris," ucap Reyna. Dari pada anaknya Makan dengan terpaksa.
"Enggak kok, Ma. Aku suka." Reyna pun melanjutkan makannya. Mereka semua melanjutkan makan dengan tenang.