Angga duduk bergabung bersama mereka. Senyum kebahagiaan di wajah Chelsea membuat bibir Olive mendadak kaku. Kata yang ingin diucapkannya terpaksa ia telah kembali. Ia tak ingin membuat Chelsea kembali hancur hanya karna praduganya. Ia harap, pemikiran tentang Angga yang tak sempat ia ungkapkan bukan lah kenyataan. “Olive ...” panggilan Angga membuyarkan lamunannya, Olive tersenyum tipis. “Apa kabarmu, Liv?” lelaki itu mengulurkan tangannya yang langsung disambung dengan Olive. “Baik, aku pikir, kamu lupa jalan pulang dan nggak akan kembali lagi,” sindir Olive. Chelsea melotot ke arah sahabatnya. Angga tersenyum miris, perkataan wanita itu memang pantas ditujukan padanya. Ia harusnya lebih cepat mencari jalan pulang, bukannya menerima takdir begitu saja. Akan tetapi, ia memang berniat m