Dhaffin mengambil napas untuk sejenak, berusaha untuk dapat menepis segala rasa. Terutama di bagian mata yang semakin memanas. Dirinya tak pernah ingin menunjukan pada siapapun kelemahan ini. Meski begitu, dia sadar bila dirinya lemah. Ada banyak ketakutan yang tersimpan, kecemasan, minder dan hal-hal lain yang membuat dirinya merasa bila hanya selalu menjadi pihak yang bergantung pada orang lain. Padahal ini menyangkut nyawanya sendiri. Namun mengapa orang lain begitu keras mencoba melindunginya? “Aku selalu ketakutan bila aku menyadarkan diriku sendiri bila segala hal yang aku lakukan pada akhirnya akan berakhir mengecewakanmu. Menambah satu lagi luka ditubuhmu. Tapi jauh dilubuk hatiku aku juga ingin bisa berkiprah, aku ingin bisa melindungimu juga. Aku tahu hanya dengan pemikiranku s