Hari ini, adalah hari paling bahagia dalam hidup seorang Selena Mahendra. Wajah bulat yang cantik dengan rambut cokelat panjang bergelombang. Selena mengikatnya kuncir, terlihat rapi. Namun, dia membiarkan beberapa helai terjuntai membingkai kedua sisi wajahnya.
“Berhenti di depan,” kata Selena.
Taksi yang membawanya dari Harlem ke Brooklyn pun berhenti dan Selena bergegas turun. Setelah memberikan beberapa lembar uang, gadis cantik itu pun memutar lututnya. Matanya melebar, sedang bibirnya terbuka.
“Wow ….” Selena bergumam. Tatapannya naik. Memandang bangunan sebelas tingkat di depannya. Ada patung singa besar dengan mahkota di atas kepalanya, kemudian tulisan The King Holding di samping patung tersebut. Selena tak bisa menahan bibirnya untuk tidak berdecak kagum.
Seketika dia ingat, hari di mana dia pernah kemari. Itu sudah lama, tapi saat kembali berada di depan bangunan mewah ini, Selena merasa jika inilah hari terbaiknya.
Selena menarik napas dalam-dalam. Menutup mata lalu bergumam dalam hati, ‘Ayah, Bunda, doakan anakmu ini.’ Selena kembali membuka mata. Embusan napas panjangnya menggiring gadis itu untuk mulai mengambil langkah. Memasuki bangunan bertingkat di depannya.
Wanita muda itu sudah tahu di mana letak ruangan personalia, sehingga dia tak perlu bertanya lagi pada si gadis brunette yang adalah petugas front office. Selena langsung menuju lift bangunan dan menekan tombol tiga. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah tiba di sana.
Selena juga sudah menghapal di mana letak ruangan tersebut, sehingga jalannya begitu mulus sampai ke ruangan personalia. Seberapa pun dia tahu kalau kali ini lamarannya akan langsung diterima, tapi Selena tetap merasakan kegugupan yang sama seperti pertama kali dia membawa lamaran ke gedung ini.
Sekali lagi menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan entakkan. Selena berhasil menghilangkan setitik kegugupan itu dan mulai mengangkat tangannya.
TOK TOK TOK
“Masuk!” seru seseorang dari dalam.
Selena menarik sudut bibir. Berusaha memasang senyum sumringah. “Selamat pagi,” sapa Selena lebih dahulu.
Ada banyak orang di sini. Mereka bekerja di balik kubikel dan semuanya tampak sibuk. Sepertinya hanya ada seorang yang menyahut tadi, dan dia seorang wanita. Lalu di mana dia? Selena memalingkan wajahnya ke samping. Gadis itu memutuskan untuk menghampiri seorang pegawai lelaki yang tengah berkutat dengan berkas-berkas di atas meja kerjanya.
“Permisi,” ucap Selena. Tak ada tanggapan, lalu Selena kembali memanggil. “Excuse me ….” Masih tak menyahut. Selena menghela napas lalu membuangnya dengan cepat. Akhirnya dia memanjangkan tangan. Telunjuknya mengetuk-ngetuk pundak lelaki tersebut dan itu sanggup membuat dia bergeming.
Tatapannya memanjat tangan Selena sampai ke wajahnya. Dilihat pria itu senyum manis yang terpatri di wajah Selena, membuat manik hitamnya melebar. Parasnya sanggup memberitahu jika dia seorang yang berasal dari Asia.
“Ya?”
Mulut Selena terbuka selama beberapa detik. Sedikit ragu, tapi akhirnya dia berhasil mengembalikan suaranya dengan berdehem terlebih dahulu.
“Ak- aku … aku datang untuk membawa lamaran,” ujar Selena.
Pria di depannya mengerutkan dahi. Dia menatap map berwarna cokelat yang berada dalam genggaman Selena. Lalu, perlahan-lahan tangannya mulai meraih. Mengambil benda itu dari tangan Selena.
“Selena Mahendra,” gumam pria itu. Sedetik kemudian mata cipitnya membesar. Dia langsung memutar pandangan pada Selena dan memandang gadis itu dengan raut wajah terkejut.
“Anda Selena Mahendra?” tanya pria itu.
Untuk beberapa saat Selena terdiam. Manik cokelatnya tak kalah melebar. Sedikit terkejut dengan respon yang ditunjukan pria di depannya. Lalu Selena mulai membuka mulutnya, “Y- ya.”
Lelaki yang tengah duduk itu langsung melesak dari kursinya. “Mari, kuantar ke ruang maneger,” kata pria itu.
Masih terkejut, tapi Selena mencoba mengikuti lelaki tersebut. Gadis itu menggoyangkan kepala sambil mengembuskan napasnya dari mulut. Mereka berhenti pada sebuah pintu yang masih satu ruangan dengan ruangan tim HRD. Lelaki itu berhenti untuk mengetuk pintu. Setelah terdengar suara dari dalam, dia baru berani menekan gagang pintu.
“Permisi, Ms. Jenner,” ucap lelaki itu. Dia berbalik dan mengedikkan kepalanya, menyuruh Selena ikut masuk.
Pria yang mendahului Selena itu memberikan berkas Selena pada maneger personalia. “Namanya Selena Mahendra,” bisik lelaki itu. Membuat wanita dengan panggilan Ms. Jenner itu membulatkan matanya.
“Oh, mari.” Wajah wanita itu terlihat sumringah. “Jangan sungkan. Silahkan duduk,” ucapnya ramah. Tangannya menunjuk kursi di depannya.
Selena masih bingung. Ada apa dengan mereka. Oh, apakah ini ada hubungannya dengan Kim Seo Joon? Sepertinya Selena lupa siapa yang sudah merekrutnya. Wanita muda itu memberikan senyum terbaiknya pada manager HRD.
Tak ada basa-basi lain, wanita yang dipanggil Ms. Jenneri itu langsung memberikan sebuah dokumen dalam map berwarna biru.
“Bacalah. Semua mengenai kontrak. Apa-apa yang bisa dilakukan selama bekerja, jam kerja dan hal-hal yang tak boleh dilakukan selama bekerja.
Sambil terus mempertahankan senyumnya, Selena pun mengambil benda itu. Matanya mendelik, menatap Ms. Jenner sekilas kemudian mulai membaca berkas di tangannya. Selena tidak terkejut lagi, sebab dia ingat perkataan Kim Seo Joon, jika dia tinggal memasukkan berkas ke bagian HRD.
Gadis itu mulai membaca dengan teliti kalimat demi kalimat yang tertulis pada isi kontraknya dengan perusahaan. Di mana dia akan bekerja selama lima hari dalam sepekan. Jam kerjanya dimulai pukul sembilan sampai pukul empat sore. Selena akan menjalani Training selama tiga bulan dan dia diwajibkan untuk memenuhi segala tanggung jawab. Gajinya sudah lengkap tertera di sana dan hati Selena makin merasa lega. Dia akhirnya bisa bekerja sesuai dengan bidangnya.
Setelah membaca berkas itu dengan teliti, dia kembali menatap Ms. Jenner.
“Sudah baca semuanya?”
Selena menjawab sumringah. “Ya,” kata gadis itu.
Ms. Jenner mengangguk. Ia meraih pena di sudut meja, lalu memberikannya pada Selena.
“Kalau begitu silahkan tanda tangan,” kata wanita itu.
Selena meraih benda itu. Dia menghela menarik napas panjang. Kelebat perasaan gugup kembali dirasakannya saat tangan kanannya mulai bergerak di atas dokumen tersebut. Selena mengentakkan napasnya satu kali saat ia berhasil menandatangani surat kontrak.
Ms. Jenner mengambil dokumen itu lalu menaruhnya di atas meja. Wanita itu kembali membawa atensi penuhnya pada Selena. Sementara gadis tersebut hanya berdiam diri sambil memasang senyum di wajah.
“Tunggu apa lagi?” tanya Ms. Jenner.
Senyum di wajah Selena mulai pudar. Terganti dengan kerutan di dahi. “Ma- maaf, ak- ak.” Selena menggagap.
Ms. Jenner mendesah. “Kau sudah boleh bekerja mulai hari ini.”
Seketika bola mata Selena membesar. “Ha- hari ini?” tanya gadis itu.
Hanya anggukkan kecil yang diberikan Ms. Jenner lalu tangannya menunjuk pintu keluar. Mulut Selena terbuka melepaskan kekehan kecil. Dia masih tidak menyangka kalau dirinya akan langsung bekerja hari ini.
“Ms. Mahendra?”
Selena kembali menatap Ms. Jenner. “Y- ya.” Dia masih agak syok.
“Aku lupa memberitahumu. Sebelum ke ruangan marketing, kau harus pergi ke ruangan sebelah dan asistenku akan membuatkan id-card untukmu,” ujar Ms. Jenner.
Senyum Selena merekah selebar wajah. Dia bangkit dari tempat duduknya. “Terima kasih,” ucap Selena sambil membungkukan badan.
Wanita di depannya hanya mengaggukan kepala dan sekali lagi menunjuk pintu keluar. Selena bergegas. Keluar dari ruangan maneger dan melesat ke bagian pembuatan id-card.
Setelah Selena keluar, Ms. Jenner meraih gagang telepon.
“Ya.”
“Kami sudah menerima berkasnya dan hari ini dia sudah mulai bekerja,” ujar Ms. Jenner.
“Kerja bagus,” ucap suara di seberang sambungan telepon.
Sudut bibir Ms. Jenner terangkat membentuk seringaian. Satu pekerjaannya beres.