33. Something Weird

1089 Kata
“Permisi.” Selena berucap dengan nada lembut. Ia pun membungkuk, memperlihatkan rasa hormatnya dan juga budaya orang Asia. Setelah memberi salam, Selena kembali menegakkan badan. Ada beberapa orang yang bekerja di sini dan mereka tampak sangat sibuk hingga membuat Selena enggan menyapa mereka. Ia mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam. Selena pun mulai mengembuskannya dengan perlahan dan membawa atensi penuhnya pada salah seorang pegawai yang berada dekat dengan tempat Selena. “Permisi,” tegurnya kembali. Lelaki itu pun mendelik. “Ya, ada yang bisa dibantu?” Pertanyaan itu teralun dengan nada dingin, tetapi Selena tak mau ambil hati. Lagi pula ini New York, jangan harapkan keramahan di kota ini. “Aku pegawai baru dan manajer menyuruhku membuat tanda pengenal,” jelas Selena. Terdengar embusan napas panjang dari lelaki itu. Ia akhirnya melepas atensinya dari layar monitor lalu mendongak, menatap Selena. Sejenak memandangi wajah gadis itu kemudian ia mengulurkan tangan menunjuk kursi di depannya. Dengan senyum ramah yang bertahan di wajahnya, Selena pun mengambil langkah menghampiri kursi di depan meja milik lelaki itu. “Boleh kulihat resumemu?” tanya lelaki itu. “Ya, tentu,” jawab Selena sambil menyerahkan map di tangannya kepada lelaki di depannya. Lelaki itu mengangguk. “Kat, tolong bantu Nona ini,” ucap lelaki itu. Wanita yang duduk di sampingnya kemudian bergeming. Ia pun mengalihkan atensinya dari layar monitor ke arah Selena. Ia memandangi Selena sambil mendorong tubuhnya bangkit dari tempat duduk. “Come on,” ucapnya sambil mengedikkan kepala, menyuruh Selena untuk mengikutinya. Setelah menganggukkan kepala, Selena bangkit dan mengikuti wanita bernama Katlyn tersebut. Mereka masuk ke sebuah bilik tempat pembuatan pas foto. “Duduk di sana,” ucap Kat sambil menunjuk kursi di depannya. “Hem,” gumam Selena. Ia merapikan pakaian lalu duduk, sementara Katlyn menyalakan lampu sebelum ia duduk di belakang kamera. “Aku akan mengambil gambarnya dalam hitungan ketiga. Berikan pose terbaikmu,” ucap Kat. Wanita itu menutupnya dengan senyuman geli, seperti mengisyaratkan sesuatu hingga membuat Selena ikut terkikik. “Oke, be ready!” seru Kat sambil mengangkat telunjuknya ke udara. Selena menarik napas dan membuangnya dengan cepat. Ia pun membusungkan d**a, menegakkan badan sambil memasang senyum terbaik. “One ... two ....” Kilatan cahaya berwarna putih langsung menyambar penglihatan Selena. Ia nyaris memejamkan mata. Selena berharap wajahnya tak terlihat aneh atau seperti alien nantinya. “Okay, you doing well, girl!” Selena kembali tersenyum menanggapi ucapan Kat yang disertai acungan jempol. Selena pun bangkit dan menghampiri si lelaki yang tadi mengambil resumenya. Terdengar bunyi printer yang menjadi pertanda bahwa id-cardnya akan selesai sebentar lagi. “Hold a second,” kata lelaki di depannya. Selena menjawabnya dengan anggukkan kepala. “oke, ini dia.” Lelaki itu menyerahkan sebuah papan nama beserta gantungannya. Mendadak jantung Selena berdetak penuh tekanan dan begitu ia merasa sangat penasaran dengan hasil fotonya. Gadis itu pun tersenyum melihat wajahnya yang ternyata cukup bagus, tak seperti alien, tetapi sejurus kemudian Selena mendelikan matanya saat melihat tulisan di bahwa fotonya. Selena Mahendra Secretary Seketika gadis itu mendongakkan wajahnya. “Ah ... maaf,” ucapnya. Merasa sedikit khawatir, Selena pun mencondongkan tubuh dan wajahnya ke depan. “Maaf, kurasa Anda salah menulis jabatanku,” ucap Selena sambil menunjukkan tulisan di bahwa namanya. Lelaki di depannya mengerutkan dahi. Ia pun memandang layar monitor sebelum menjawab, “Tidak, ini sudah sesuai.” Dia kembali menatap wajah Selena. “aku menulis sesuai rujukan asisten manajer.” Kontan, Selena pun mengerutkan dahi. Ia terdiam dalam beberapa detik. Memandang dalam diam dan penuh kebingungan pada lelaki di depannya. “A-a-ah ....” Mulut Selena megap-megap, ia pun tak tahu harus berkata apa. Ia kembali memandang tanda pengenal di tangannya, mendesah sebelum menatap lelaki di depannya. “Kau yakin?” tanya Selena. Lelaki itu memerengut bibir, sekali lagi memandang layar monitor lalu menganggukkan kepala. “Ya,” jawabnya dengan sangat yakin. “Jika kau kurang yakin mungkin kau bisa bertanya ke asisten manajer.” Lanjutnya. Tampak kedua sisi alis Selena mulai mengerut hingga dahinya terlipat. Ia pun mulai menarik tubuhnya secara perlahan, hingga punggungnya menyentuh sandaran. Dengan kening yang menekuk ke dalam, Selena sekali lagi memandang id card nya. ‘Seperti yang sudah kau baca, aku datang sebagai CEO The King Holdings dan tujuanku kemari adalah mengajakmu untuk bergabung di perusahaanku sebagai anggota tim marketing.’ Selena ingat betul kata-kata Kim Seo Joon. Jelas-jelas lelaki itu menyebutkan posisi Selena sebagai anggota tim pemasaran sesuai jurusan Selena dan sesuai yang tertera di resume. Jadi Selena yakin bahwa semua ini hanyalah sebuah kesalah pahaman. “Permisi!” Wanita itu bangkit dari tempat duduk dan bergegas melesat ke luar ruangan. Ia mendapati seorang wanita yang duduk dekat pintu menuju ruangan manajer. Maka sudah dipastikan bahwa dialah sekretaris dari Ms. Jenner. “Excuse me.” Selena berucap dengan nada lembut dan meminta atensi. Wanita itu langsung mengarahkan pandangannya pada Selena. “Ya, ada yang bisa kubantu?” Selena mendekat sambil mengangkat tangan dan menunjukkan tanda pengenal di tangannya. “Aku mendapatkan ini dari pembuatan tanda pengenal dan sepertinya Anda salah menulis jabatanku,” ucap Selena. Sekilas wanita itu memindahkan tatapannya pada benda yang berusaha ditunjukkan oleh Selena. Ia kemudian mengerutkan dahi dan menggelengkan kepalanya. “Itu sudah benar,” jawabnya. Selena kembali menukik alisnya. “Bagaimana mungkin, aku melamar di devisi marketing, bagaimana bisa aku memakai tanda pengenal sekretaris di sana,” ujar Selena. Wanita itu mengembuskan napasnya dengan tenang kemudian menjawab, “Nona, kami hanya menerima perintah dari atasan. Kebetulan yang kosong hanya posisi sekretaris dan Anda mendapatkan rekomendasi khusus dari Mr. Kim untuk menempati posisi tersebut,” ujar wanita itu panjang lebar. Tak ada reaksi berlebihan dari Selena. Ia hanya mengerutkan dahi sementara membiarkan pikirannya terusik oleh jabatannya. Bunyi berdering yang tiba-tiba bergema membuat Selena bergeming. Ia pun menoleh, melihat wanita di depannya menjawab telepon. “Ya, Mr. Kim,” Wanita itu kembali mendongak, menatap Selena. “ya, dia berada di sini. Ya, sudah selesai, Mr. Kim,” Ada jeda pada ucapannya. Cukup lama lalu akhirnya ia menjawab, “baik, Mr. Kim.” Setelah menaruh gagang telepon kembali ke tempatnya, wanita bertubuh ramping itu kembali mendongak, menatap Selena. “Anda diminta Mr. Kim untuk segera ke ruangannya,” ucap wanita itu. Selena masih dalam kebingungan hingga ia memilih untuk diam. Wanita itu kemudian bangkit dari tempat duduknya. “Mari kuantar kamu ke ruangan presdir Kim,” ucap wanita itu. Selena tampak mengerjapkan mata, menggoyangkan kepala dan menarik kesadaran penuh. Tak ada perlawanan, Selena membiarkan gadis itu membawanya. Hati Selena berkedut, pikirannya pun melayang dan seketika, sekelumit kecurigaan tiba-tiba memenuhi kepala Selena. ‘Apa maksudnya!’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN